5

322 47 4
                                    

~~Happy Reading~~

.

.

.

"Kalian bahkan baru bertemu sehari, Pangeran. Jadi, ia pasti belum menyadarinya," sahut sang panglima perang kerajaan. Pria yang sudah Taekwoon anggap sebagai pamannya itu memang sangat dekat dengannya. "Tapi..kenapa ia tak sadar akan ketulusanku? Hatiku...bahkan terasa hangat saat bersamanya. Tidakkah ia juga merasa demikian, paman?" tanya sang pangeran lesu.

"Ia pasti akan merasakan kesungguhan pangeran suatu saat nanti, jadi jangan pernah menyerah untuk mendapatkannya." Taekwoon menoleh dan menatap pria itu. "Lalu, aku harus bagaimana jika sekarang ia ingin kembali ke dunianya? Aku tak sanggup membiarkannya pergi, paman," ujar Taekwoon.

"Aku tahu ini memang sulit, tapi kau harus ingat satu hal, Pangeran. Jika memang kau mencintainya, maka kau harus menjamin kebahagianya. Jangan pernah egois, karena itu mungkin akan menyakitinya," saran Jokyun, sang panglima. Ucapan Jokyun membuat Taekwoon terdiam, namja itu masih mencoba untuk mencerna perkataan pamannya itu.

.

.

.

"Tidak, putri. Putri bahkan sangat cocok bersama pangeran." Hakyeon menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ani..bagaimana bisa seorang gadis sepertiku memiliki kekasih seperti pangeran? Ia bahkan sangat tampan, tak mungkin ia menyukai gadis jelek sepertiku," bantah Hakyeon lagi.

"Ahh..kenapa putri sangat merendah? Putri sangat cantik."

"Sudahlahh.. jangan membahas hal ini lagi, dan juga itu. Berhenti memanggilku putri, aku bukanlah putri kalian. Cukup panggil aku Hakyeon," tutur Hakyeon. Para pelayan yang telah selesai membantu Hakyeon berpakaianpun saling memandang.

"Apakah kami pantas memanggil putri seperti itu?" Hakyeon mendesah pelan, "Tentu saja, aku sudah berkata bukan jika aku ini bukanlah putri kalian. Aku hanyalah orang biasa seperti kalian," tutur gadis itu lagi.

Perkataan Hakyeon sontak membuat mereka kembali bingung, mereka mulai kembali saling menatap guna mengetahui makna dari kata 'orang' yang disebut gadis di hadapan mereka itu. "Ah..maksudku, aku hanyalah toria biasa seperti kalian. Jadi, berhenti memanggilku dengan sebutan putri, cukup panggil Hakyeon. Mengerti?" Para pelayanpun akhirnya mengangguk-anggukkan kepala mereka mengerti.

"Lalu, sekarang kemana aku harus pergi?" tanya Hakyeon. "Aku akan mengantarkan putri ke tempat pangeran menunggu, lewat sini putri," tutur seorang pelayan. "Eish..Hakyeon!" protes gadis itu saat sang pelayan kembali memanggilnya dengan sebutan putri.

"Ah..maafkan aku put- Hakyeon-ssi," ujar sang pelayan lagi. Hakyeon tersenyum lebar dan mulai melangkah meninggalkan kamar gantinya. "Em.. siapa namamu?" tanya Hakyeon. Sang pelayanpun menoleh dan menatap sekilas gadis itu lalu kembali menundukkan kepalanya. "Namaku adalah Sora," jawabnya.

"Ahh begitu. Oh ya, Sora-ya, apakah raja dan ratu sedang berada di istana?" tanya gadis itu. "Tidak, Hakyeon-ssi. Mereka sedang berada di Bertoria untuk membahas kembali masalah perjodohan pangeran yang akan dibatalkan." Hakyeon mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, pantas saja jika lorong-lorong besar dan mewah ini terlihat sangat sepi. Ngomong-ngomong tentang perjodohan, jika orangtua Taekwoon pergi ke Bertoria untuk membatalkan perjodohan, itu artinya ia benar-benar akan menikahi Taekwoon? Tidak...ia tak bisa melakukan itu.

"Anda adalah kekasih pangerankan?" tanya Sora membuat Hakyeon tersadar. Hakyeon menoleh dengan malas, "Sudah kubilang bukan, Sora-ya. Berapa kali lagi aku harus mengatakannya?" jawab Hakyeon kesal. "T-tapi, kenapa pangeran membatalkan perjodohannya jika memang bukan karena Hakyeon-ssi? Lagipula pangeran tak mungkin membawa seorang gadis ke dalam istana jika gadis itu bukanlah kekasih pangeran," tanya Sora lagi.

"Eum.. mungkin saja pangeran masih belum siap akan pernikahan. Jadi, ia membatalkannya, dan untuk masalah aku datang ke istana itu adalah...karena aku sedang ingin berkunjung saja hehe," jawab Hakyeon asal. "Tapi.. Ia harus menikah tahun ini juga, jika tidak kutukan akan ia dapatkan." Sontak perkataan Sora menghentikan langkah Hakyeon.

"Apa maksudmu dengan kutukan?" tanya Hakyeon penasaran. "Iya..itu memang sebuah tradisi di kerajaan, apakah Hakyeon-ssi tak mengetahuinya? Seorang pangeran yang sudah berumur 20 tahun harus menikah, jika tidak maka ia akan terkena kutukan dari dewa. Dan biasanya kutukan itu sangatlah menyesakkan, bisa jadi ia kehilangan elemennya atau mungkin sesuatu hal lain yang buruk. Karena sebuah pernikahan di dalam sebuah kerajaan adalah sebuah kesempurnaan, jika seorang pangeran tidak menikah di waktunya maka ia tak pantas menjadi seorang pangeran. Maka dari itu, para dewa akan mengutuknya dan membuatnya tak dapat lagi menjadi seorang pemimpin kerajaan," jelas Sora.

"Kalau begitu seharusnya ia tak membatalkan perjodohannya dengan putri mahkota dari Bertoria, bukan? Kenapa ia harus membatalkannya?" tanya Hakyeon. Ia tak menyangka jika masalah pernikahan saja terlihat sangat rumit di dunia itu.

"Kau sangat ingin aku menikah dengan putri itu?" Keduanya sontak menoleh saat suara Taekwoon mengintrupsi obrolan mereka. Si pelayanpun melangkah mundur untuk sedikit menjaga jarak. "A-anu..tentu saja kau harus menikah dengan putri itu," sahut Hakyeon.

Greb

"Ikut aku!" ujar Taekwoon seraya menarik lengan Hakyeon dan berjalan keluar istana. "Kumohon lepaskan tanganku, ini sakit," tutur Hakyeon seraya mencoba melepaskan cengkraman Taekwoon di lengannya. Kemudian, saat mereka telah sampai di depan kereta kuda yang telah terparkir rapih, Taekwoon melepaskan cengkramannya.

"Ashh.." lenguh Hakyeon sembari mengelus-elus lengannya yang sedikit membiru. Taekwoon yang melihat hal itu tentu saja terkejut, ia tak tahu mengapa ia bisa bertindak kasar kepada yeoja manis itu. Sepertinya ia terlalu tersulut emosi karena perkataan yeoja itu tadi.

"Sebaiknya kau menjaga ucapan kepada pangeranmu, etikamu sangat buruk di hadapan seorang pangeran, Hakyeon," ujar Taekwoon dingin. Seketika namja itu tersentak dalam hati, ia kembali melakukan hal yang tak sesuai dengan hatinya. Sebenarnya, ia ingin sekali meminta maaf kepada yeoja itu, namun egonya benar-benar menguasai dirinya.

Hakyeon terdiam sejenak, lalu membungkuk. "Maafkan hamba, Pangeran. Saya akan menjaga ucapan sejak saat ini, maafkan saya," tutur Hakyeon. Taekwoon menggeleng-geleng dalam hati.

'Tidak, jangan katakan itu. Seharusnya kau membantahku,'

.

.

.

TBC

Okayy... Ini dia kelanjutannya. Maaf ya baru update lagi XD

Bagi kalian yang bingung dengan kelanjutannya, maka harap dibaca ulang dari chapter satu ya. Soalnya ceritanya sudah berubah versi wkwkwk.

Thanks for reading and sorry for mistakes.

Give me ur comment, please^^

#hhanie


I CANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang