~~Happy Reading~~
.
.
.
"Chakaman!" seru sang ratu saat salah satu pelayan ingin membuka pintu kamar sang pangeran. "Ada apa, yeobo?" tanya sang raja tak mengerti. Mereka datang kemari untuk menemui putra mereka, namun saat mereka baru saja ingin bertemu dengannya tiba-tiba sang ratu menghentikannya.
"Kurasa kita dapat menundanya, kita tunggu sampai mereka terbangun saja," jawab sang ratu tersenyum. Ia dapat melihat dengan jelas bahwa putranya sedang tertidur bersama dengan calon istrinya di dalam walau terhalang pintu yang amat besar tersebut, jadi dari pada ia mengganggu momen mereka, lebih baik ia menundanya.
"Mereka?" tanya sang raja bingung. "Ahh.. sudahlah. Ayo kita pergi, yeobo!" ajak sang ratu. "Tapi--/ ahh.. yeoboo," bujuk sang ratu. Akhirnya, sang raja pun mengikuti apa yang permaisurinya katakan. Sang ratu pun semakin merekahkan senyumannya saat mereka berjalan menjauhi kamar sang pangeran.
'Kau berhutang padaku, sayang,' batin sang ratu bangga.
.
.
.
Hakyeon yang merasakan sesuatu berat menimpa pinggangnya pun mulai tersadar perlahan-lahan. Ia membuka kelopak matanya, lalu menyesuaikan sinar yang masuk ke dalam retina matanya. Tak lama ia melihat sebuah wajah berada tepat di hadapannya, sontak ia langsung melebarkan matanya.
'Taekwoon?' lirihnya pelan masih diliputi keterkejutan. Pandangannya turun menuju pinggangnya, ternyata lengan Taekwoon berada di sana. Ya Tuhan, apa yang terjadi kemarin?
'Ahh..Luka itu,' batin Hakyeon. Tak tahu harus berbuat apa lagi, ia kembali menatap wajah Taekwoon. Semakin lama ia menatapnya, hatinya semakin tenang. Wajah Taekwoon memberikan sebuah aura ketengan tersendiri yang membuatnya merasa amat nyaman.
Tangannya terangkat berusaha menyentuh wajahnya, namun sebelum ia sempat menyentuhnya, ia menghentikannya. 'Apa yang aku pikirkan?' batinnya. Kemudian, ia kembali menarik tangannya.
Greb
"Sentuh saja, tak apa," ucap Taekwoon serak sembari menahan tangan Hakyeon. Hakyeon melebarkan matanya, jadi namja itu telah terbangun sejak tadi? Lalu, kenapa namja itu berpura-pura tidur?
Taekwoon mengarahkan tangannya ke depan wajahnya lalu mengecup pelan tangan Hakyeon. "Ada apa, um? Kau terkejut?" tanyanya seraya membuka kelopak matanya guna menatap Hakyeon. "A-ani! Kau ini, sukanya menganggetkan orang. Kau pikir jantungku ini akan selalu berdetak kembali apa, ckck."
Taekwoon tersenyum dan meletakan tangan Hakyeon ke atas pinggangnya. Kemudian, ia kembali meletakan lengannya ke atas pinggang Hakyeon dan memeluknya erat. "Yak! Apa yang kau lakukan??" pekik Hakyeon pelan tak terima. "Diamlah sejenak, aku kedinginan," lirihnya.
Hakyeon mengerucutkan bibirnya kesal. "Eishh! Kau ini kan bisa menciptakan api dengan tanganmu, kenapa kau tidak membuatnya untuk membakarku lagi. Lalu, kau kan tidak akan kedinginan," protes Hakyeon semakin kesal.
"Ahaha.. aku bahkan sudah meminta maaf padamu saat itu, Yeon ah. Berhenti membahasnya," ucap Taekwoon. "Tap—Hmpp." Ucapan Hakyeon terpotong. Tiba-tiba pita suara seperti hilang begitu saja, dan tentu saja ini pasti ulah dari Taekwoon. Yeoja itu pun memutuskan untuk diam di dalam pelukannya. Hahh.. bermacam-macam dengan seorang toria memang sangat menjengkelkan.
'Lihat saja kau jika suatu saat nanti aku mempunyai kekuatan juga. Hishh pangeran jelek,' dumel Hakyeon di dalam hati. Taekwoon terkekeh saat dapat mendengar ucapan Hakyeon di dalam hatinya itu. Yeoja di pelukannya ini sangat manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
I CAN
FantasySeorang manusia yang seenaknya datang ke duniaku dan masuk ke kehidupanku. Sosok yang membuatku mulai mengerti, seorang pangeran itu juga makhluk hidup. Makhluk yang tak dapat hidup tanpa orang lain. Ia mengajarkanku apa makna dari kata bahagia. I...