~~Happy Reading~~
.
.
.
Keadaan telah kembali seperti semula. Portal keamanan istana telah dibuka, warga telah kembali ke rumah mereka masing-masing, dan keadaan raja dan ratu sudah kembali stabil. Setelah kejadian semalam Wongeun memutuskan untuk tidak kembali menuju Tandtoria, ia berkata bahwa dirinya ingin memperbaiki kerajaannya, dan juga meminta maaf atas kehadirannya yang amat lambat semalam. Ia harus menggunakan waktu tersebut untuk menghentikan ritual, karena cara terbaik menghentikannya adalah saat pamannya lengah.
"Keadaannya sudah stabil, Pangeran. Tolong berikan ramuan ini saat putri terbangun, karena aku yakin tubuhnya akan terasa sedikit sakit."
Taekwoon hanya terdiam menanggapi ucapan sang uisa tanpa mengalihkan pandangannya kepada tubuh Hakyeon yang terbaring di atas ranjangnya. Akhirnya, sang uisapun membungkukkan tubuhnya dan beranjak meninggalkan kamar sang pangeran.
"Apa kau kecewa berada di sisiku? Maafkan aku.. Kumohon jangan pernah berpikir untuk pergi. Aku amat mencintaimu," lirihnya menggenggam sebelah tangan Hakyeon seraya menyalurkan aura ketenangan. Setelah mengecup pelan punggung tangannya, ia beranjak mendekati rak bukunya. Digapainya sebuah buku dengan warna hitam dominan menghias, kemudian ditatapnya cover buku tersebut dalam. Buku ini yang membuatnya dekat dengan Hakyeon. Tak disangka kisah cintanya benar-benar jauh dari kisah yang ada di dalam buku ini. Tapi, satu yang selalu Taekwoon simpan dalam dirinya.
'Jika memang ia ditakdirkan bersamamu, maka jangan pernah biarkan ia pergi.'
"Eunghh..Woonie..," rancau Hakyeon pelan saat matanya yang masih tertutup bergerak gusar. Taekwoon yang tentu saja mendengarnyapun segera meletakan bukunya di atas meja dan beranjak duduk kembali ke kursi di samping ranjangnya.
Digenggamnya sebelah tangan Hakyeon erat sembari menatap sang putri dengan khawatir. "Yeonie ah, ireona~ Apa yang terjadi?" tanyanya saat kepala Hakyeon ikut bergerak gusar.
"Maafkan aku..maaf. Ini semua demi kebaikanmu, jangan akh!"
Erangan Hakyeon diakhiri dengan terbukanya mata sang empu. Napasnya nampak tak beraturan, Taekwoonpun yang melihat hal tersebut segera merengkuh tubuh mungilnya.
"Tenanglah..kau berada disisiku, Yeon ah."
Deru napas Hakyeon mulai tenang, kemudian Taekwoon menjauhkan tubuhnya dan menatap manik caramelnya lembut. "Gwenchana?" Hakyeon mengangguk pelan. Sang pangeranpun mengelus pucuk kepalanya pelan dan membantunya duduk bersender pada kepala ranjang.
"Minum ini, tubuhmu pasti masih sakit."
Hakyeon menggeleng dan menggapai gelas tersebut. "Aku baik-baik saja, Woonie. Jangan khawatirkan aku," ujarnya ceria sembari tersenyum. Ia tak ingin sang pangeran terus saja menyalahkan dirinya, karena yeoja itu tahu bahwa semuanya telah selesai. Jadi, tak ada yang perlu diungkit kembali.
"Tapi--/ Sudahlah..semua telah berakhir," potong Hakyeon.
Taekwoon mulai merekahkan senyumnya perlahan, lalu tangannya terangkat menggapai kedua tangan Hakyeon. "Semuanya telah berakhir, maka upacara pernikahan akan dilaksanakan segera. Aku akan menjamin jika tak akan ada lagi halangan," tuturnya lembut seraya sesekali mengecup punggung tangan sang putri.
Hakyeon tersenyum. Tangan kanannya bergerak menangkup sebagian wajah Taekwoon dan mengusapnya lembut. "Terima kasih, Woonie. Kau sudah berlaku sebagai pangeran sejati dengan mengorbankan nyawamu untuk rakyatmu, tapi maaf.. kurasa hubungan kitapun harus ikut berakhir," ucapnya pelan.
![](https://img.wattpad.com/cover/53682084-288-k525174.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I CAN
FantasySeorang manusia yang seenaknya datang ke duniaku dan masuk ke kehidupanku. Sosok yang membuatku mulai mengerti, seorang pangeran itu juga makhluk hidup. Makhluk yang tak dapat hidup tanpa orang lain. Ia mengajarkanku apa makna dari kata bahagia. I...