~~Happy Reading~~
.
.
.
Sejak Taekwoon menyeret paksa Hakyeon memasuki kereta kuda, namja itu tak lagi berkata sepatah katapun kepada Hakyeon. Hal ini membuat Hakyeon semakin menyesal, ia tahu ia salah karena mengabaikan ucapan Taekwoon. Tetapi, Wongeun adalah sahabatnya.
"Pangeran..maafkan aku. Jujur saja, aku tak bisa menjauhi Wongeun. Ia adalah sahabatku," lirihnya sembari menatap lantai kereta. "Kenapa kau tak mengerti, Hakyeon ah? Ia adalah penyihir!" Sontak Hakyeon mengangkat kepalanya. "Pangeran, tak semua penyihir itu jahat. Kau harus percaya itu," bujuk Hakyeon seraya menatap Taekwoon.
"Wongeun itu berbeda, ia tidak seperti penyihir yang lain. Ia bahkan memilih tinggal di sini dari pada di kerajaannya, Pangeran." Hakyeon sangat ingin meyakinkan Taekwoon jika Wongeun bukanlah penyihir jahat, ia ingin masalah di antara mereka selesai.
"Kumohon percayalah pada--/ Kau menyuruhku percaya? Ia telah membunuh dongsaengku, Hakyeon ah. Bagaimana aku bisa percaya padanya?! Aku tak ingin ia juga menyakitimu, jadi menjauhlah darinya!"
Brak
Hakyeon bahkan Taekwoon terkejut saat merasakan kereta yang mereka taiki bergoncang. Taekwoon sejenak menutup matanya, lalu saat matanya kembali terbuka, ia menggertakan giginya marah. Ternyata dugaan kepala sekolah benar, para penyihir itu akan menyerangnya saat perjalanan pulang.
"P-Pangeran, apa yang terjadi?" tanya Hakyeon takut. Pasalnya yeoja itu mulai mendengar sebuah benturan dan juga teriakan dari luar kereta. Taekwoon mendekatkan tubuhnya dengan Hakyeon, lalu memeluknya dan menyandarkan kepala Hakyeon di dadanya guna menenangkannya. "Abaikan saja, anggap kau tak mendengar apapun," lirih Taekwoon.
Hakyeon perlahan menutup kelopak matanya, ia benar-benar takut jika nanti akan terjadi sesuatu pada mereka. Jadi, ia mempercayakan segalanya kepada Taekwoon. Taekwoon yang tahu jika yeoja dipelukannya sedang ketakutan pun mengerahkan riamonya untuk menutupi indra pendengarannya.
"Kau akan baik-baik saja," lirih Taekwoon lagi seraya mengelus surai Hakyeon lembut. Yeoja mungil itu pun mulai tenang, setelah tak mendengar apapun lagi, ia mencoba membuka kelopak matanya perlahan. Tetapi, ketika pandangannya mengarah ke luar, ia sontak melebarkan matanya.
'Wongeun?' batin Hakyeon tak percaya.
.
.
.
Kepulangan Taekwoon dan Hakyeon ke istana disambut senang oleh penghuni istana. Sebenarnya mereka sangat khawatir dengan keadaan keduanya tadi, takut-takut para penyihir akan melukai mereka. Tetepi, saat melihat keduanya pulang dengan selamat, mereka dapat bernapas lega.
"Syukurlah putri baik-baik saja," ujar Sora setelah pelayan itu bertemu dengan Hakyeon di ruang utama istana. Hakyeon yang sempat melamun akhirnya mengalihkan padangannya menatap pelayan pribadinya itu. "Aku tak apa, Sora-ya. Lagipula, ada pangeran di sana," tutur Hakyeon.
Sora terkekeh pelan lalu kembali menjawab. "Woahh.. aku tak dapat membayangkan pangeran yang melindungi putri tadi." Seketika pipi Hakyeon merona, ia kembali teringat saat Taekwoon memeluknya guna memenangkannya tadi.
'Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku?' batin Hakyeon. "Berhenti mengkhayal!" protes Hakyeon seraya menggembungkan pipinya. Sontak Sora membungkam bibirnya untuk menahan tawanya. "Bawa Putri Hakyeon ke kamarnya," ujar Taekwoon menghentikan tawa Sora.
Namja itu melangkah mendekati Hakyeon dan Sora, lalu tersenyum kearah Hakyeon. "Kembalilah kekamarmu dahulu, ada yang ingin aku bicarakan dengan kedua orang tuaku." Hakyeon mengangguk mengerti, lalu Sora pun membimbing Hakyeon menuju kamarnya.
"Putri, apa kau lihat itu?? Aku tak pernah melihat senyuman pangeran yang begitu lembut, ia pasti sangat mencintaimu kan?" goda Sora. Hakyeon yang entah kenapa tiba-tiba merasa malu itu meremas jubahnya pelan guna meredam malunya. "Berheti menggodaku, Sora!" Pelayan itu bukannya terdiam malah tertawa kecil, ia gemas melihat tingkah putrinya yang amat imut itu.
Setelah Hakyeon membersihkan diri, para pelayannya mengantarkannya ke dalam kamar dan memakaikan putri mereka itu pelembab dan juga lotion untuk menjaga kulitnya saat malam. "Pastikan kalian tak membicarakanku di belakangku, mengerti??" Hakyeon menghentikan langkah ketiga pelayannya itu, lalu terdengar kekehan dari ketiganya.
"Aku serius. Jangan membicarakanku!" pinta Hakyeon lagi sedikit kesal. "Kami mengerti, Putri. Selamat malam kkk," jawab Woori seraya berlari kecil keluar dari kamar Hakyeon diikuti kedua temannya. "Aishh..mereka suka sekali menggodaku. Euhh.." rengek Hakyeon seraya mendudukkan dirinya ke atas ranjang.
Cklek
"Apa ada yang mengganggumu?" tanya Taekwoon lembut seraya berjalan memasuki kamar Hakyeon. Hakyeon yang awalnya ingin berbaring pun kembali mendudukkan tubuhnya. "A-anu..eum, bukan apa-apa," jawab Hakyeon dengan cengirannya.
Taekwoon berdiri di samping ranjang Hakyeon dan mengangkat selimutnya. "Eh, apa yang ingin kau lakukan? Tidurlah di kamarmu!" protes Hakyeon seraya menggapai selimutnya dari genggaman Taekwoon. Namja itu terkekeh lalu duduk di pinggir ranjangnya. "Berbaringlah, aku tahu kau lelah," jawabnya.
Pipi Hakyeon kembali merona, malu sekali dirinya karena salah menduga. Ia pun beranjak berbaring dan menyelimuti tubuhnya. "Kita tidak akan datang ke sekolah untuk beberapa saat, sangat berbahaya di sana. Jadi, kita akan tetap di dalam istana. Dan untuk jalan menuju ke duniamu, aku minta maaf. Aku masih belum dapat mengetahuinya," jelas Taekwoon sembari menatap Hakyeon.
Hakyeon mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Walaupun ia sangat ingin cepat-cepat kembali, ia tak dapat memaksakan Taekwoon. "Terimakasih, Pangeran," ucap Hakyeon. "Panggil aku dengan namaku, tak apa." Hakyeon menatap namja itu bingung.
"Aku lebih senang mendengarnya. Baiklah, ini waktunya kau tidur. Selamat tidur dan mimpi indah, Hakyeon ah," tutur Taekwoon seraya beranjak meninggalkan kamar Hakyeon.
"Pang-ah maksudku, Taekwoon ssi. Sebenarnya.. tadi aku melihat Wongeun saat kereta berguncang," lirih Hakyeon. Mendengar nama Wongeun tersebut di antara kalimat Hakyeon, namja itu membalikkan tubuhnya dan menatap Hakyeon kaget.
'Lee Wongeun? Arggh pecundang itu! Lihat saja kau!' geram Taekwoon di dalam hatinya. Marah, ia sangat marah terhadap namja itu. Hakyeon tak boleh mendekatinya bagaimana pun caranya.
.
.
.
TBC
How about this chapter? Masih ada yang memihak Won geun kah? Wkwkwk
Entah kenapa aku juga terpana akan ke-sweetan mereka wkwk. Adakah yang merasakan hal yang sama?
Gimme ur comment about this chap!!
Thanks for reading and sorry for typos^^
#hhanie

KAMU SEDANG MEMBACA
I CAN
FantasySeorang manusia yang seenaknya datang ke duniaku dan masuk ke kehidupanku. Sosok yang membuatku mulai mengerti, seorang pangeran itu juga makhluk hidup. Makhluk yang tak dapat hidup tanpa orang lain. Ia mengajarkanku apa makna dari kata bahagia. I...