Nasya terus berlari keluar dari kafe. Hingga tarikan tangan kembarannya yang menghentikan langkahnya.
"Sya kamu mau kemana?" Tanya Nathan terus menggenggam tangannya.
"Apa abang ga denger tadi cowo tengil itu bilang apa? Dia nembak Nasya bang. " Ujar Nasya.
Nathan menatap mata Nasya. "Sya, dengerin abang. Kamu inget kan taruhan yang waktu dirumah pohon itu?"
Nasya mencoba mengingatnya, dan Nasya mengangguk kecil.
Nathan tersenyum tipis. "Ini kesempatan buat kamu Sya. Apa kamu mau kalah sebelum perang? Kalau iya sih abang seneng Sya abang bisa minta apapun yang abang mau. "
Nasya membulatkan matanya. Kalau Nathan yang menang, Nathan bisa meminta apapun? What? apapun? Bisa tekor kalau dia minta yang aneh aneh.
"Nggak pokoknya, Nasya ngga boleh kalah. "Ujar Nasya.
"Ayo bang, kita masuk lagi. " Lanjutnya dan langsung menarik paksa Nathan memasuki kafe lagi.
Nasya dan Nathan menghampiri Rafka dan Rizal, ehh ternyata si Affan udah ada disitu aja. Mereka sedang bercanda habis habisan.
Nasya mendekati Rafka dan langsung menariknya keluar.
"Eeeh Sya, lo mau bawa gue kemana. " Tanya Rafka.
"Udah lo ikut gue. " Jawab Nasya.
Nasya dan Rafka sudah hilang dari pandangan ketiga temannya itu.
"Woy Than, lo sebebarnya ada hubungan apa sih sama si Nasya. " Tanya Rizal penasaran.
"Dia kembaran gue. " Jawab Nathan santai.
Lihatlah ekspresi Rizal dan Affan sekarang, matanya yang membulat dengan bibir terbuka lebar yang menunjukkan betapa terkejutnya mereka.
Nathan yang melihat ekspresi kedua temannya itu langsung tertawa terbahak bahak. "Biasa aja kali muka lo pada. "
"Gue bener bener ngga nyangka Than. " Ucap Affan.
"Kok lo ngga cerita sih kalau punya kembaran. " Ucap Rizal bingung.
* * * * *
"Nasya lo mau bawa gue kemana? Lo cukup gandeng tangan gue, jangan tarik tarik gue gini sayang. " Ucap Rafka.
Nasya langsung menatapnya tajam. "Sayang sayang pala lo peang. "
"Kamu lucu banget sih kalau lagi marah. Tambah sayang jadinya. "
"Bacot lo. "
Rafka mengusap bibir Nasya pelan. "Cewe itu ngga boleh ngomong kasar. "
Nasya yang diperlakukan seperti itu langsung menegang.
"Lo-lo apa apaan sih. " Katanya gugup.
"Sebenarnya lo mau ngapain bawa gue kesini? " Tanya Rafka.
"Gue mau jadi pacar lo. " Jawab Nasya pelan.
"Lo ngomong apa sih, gue ngga denger Sya. "
"Gue mau jadi pacar lo, puas. " Teriak Nasya dan langsung pergi meninggalkan Rafka.
Rafka tersenyum penuh kemenangan dan langsung mengejar Nasya.
Nasya mempercepat langkahnya dan menghampiri kembarannya yang tengah menyantap makan malamnya.