Happy reading❤Maaf kalau ngga seperti yang diharapkan, sedih jadinya😰
"Sayang, buruan keluarga Rafka udah datang." Ucap Rika diambang pintu kamar putrinya.
"Bunda Nasya takut Bun." Nasya berjalan mendekati Rika.
Rika mengusap kepala Nasya. "Takut apa sayang, cuma pertemuan keluarga kan?"
"Udah ngga usah takut, buruan ngga enak buat tamu nunggu." Rika menggandeng tangan Nasya dan berjalan menuju ruang tamu.
Diruang tamu sudah ada keluarga Angkasa, hanya saja Nasya tidak melihat Natasya. Mungkin tidak ikut. Nasya melihat Rafka terlihat sangat tampan, walaupun hanya mengenakan kaos putih polos dibalut dengan kemeja kotak kotak lengan pendek. Nasya tidak meragukan ketampanannya lagi sekarang.
Disatu sisi Rafka tercengang melihat kekasihnya yang terlihat anggun mengenakan dress berwarna hitam yang diberi aksen berupa pita besar berwarna gold pada bagian pinggang. Walaupun hanya dengan sedikit polesan yang nampak natural, Nasya sudah terlihat sangat cantik.
"Ayah, Bunda." Nasya mencium punggung tangan kedua orang tua kekasihnya.
Vidya tersenyum. "Kamu cantik sekali sayang."
"Makasih Bunda. Bunda juga terlihat sangat cantik malam ini." Balas Nasya sopan.
"Ah kamu bisa aja Sya." Ujar Vidya.
Nasya duduk disamping Rafka karena hanya itu yang tersisa. Nasya merasakan tangan Rafka menggenggam tangannya. Nasya menoleh, dan melihat Rafka tengah tersenyum manis kepadanya.
"Kamu apaan sih?" Bisik Nasya.
Rafka malah semakin mengeratkan genggamannya.
"Kamu cantik." Bisik Rafka tepat ditelinga Nasya.
Seakan ada angin lewat, kini pipi Nasya dihiasi dengan semburat merah.
"Kamu ngapain bisik bisik Rafka." Kata Dika saat melihat kelakuan anaknya.
Rafka nyengir kuda. "Biasa Yah, anak muda."
Dika hanya geleng geleng. "Jadi langsung aja ya Pak Andre, Bu Rika. Maksud kedatangan kami kesini, saya mau melamar Nasya untuk Rafka, anak kami."
"Kalau saya sih, terserah Nasya aja Pak." Balas Andre yang emang sudah tau maksud kedatangan keluarga Rafka.
Dika mengangguk mengerti.
"Jadi gimana Nasya, apa kamu mau menerima lamaran Rafka?" Tanya Rika pada Nasya.
Nasya mengangguk kecil.
Sungguh, ia tak tau harus berkata apa. Lidahnya terasa kelu, jantungnya berdetak sangat cepat, dan tubuhnya terasa panas dingin karena nervous. Namun Rafka memberinya kekuatan dengan tetap menggenggam tangan kekasihnya.
"Tuh kan, Rafka bilang juga apa Yah. Nasya pasti mau." Ujar Rafka dengan PD-nya dan mengundang tawa.
"Jadi acara tunangannya mau dilangsungkan kapan?" Tanya Dika.
"Secepatnya dong Yah." Sambar Rafka.
Vidya menatap putranya tajam. "Kamu ini, gak sabaran banget jadi orang."
Nyali Rafka langsung menciut dan memilih diam.
"Bagaimana kalau setelah ujian kenaikan." Usul Rika.
"Boleh, jadi dua minggu lagi ya?" Ujar Vidya menyetujui.
"Terus nikahnya kapan Yah?"
Semua orang menoleh kearah Rafka, bahkan Nasya juga menoleh. Seakan tak percaya dengan pertanyaan yang dilontarkan Rafka.
"Kalau nikah, nunggu kamu mapan dulu Raf. Emang kamu mau ngasih makan anak istri kamu apa nanti." Jawab Dika sinis.
"Kan Rafka udah punya tabungan Yah, cukup kok kalau cuma buat ngasih makan. Ya nggak Yang?" Rafka menaik turunkan alisnya dan langsung mendapat cubitan dari Nasya.
"Rafka, tante sama om ngga ngelarang buat kamu nikah sama Nasya. Tapi apa ini ngga terlalu muda? Apa kalian sudah siap? Nantinya kan kalian juga mau kuliah." Ujar Rika meyakinkan.
"Rafka siap tante. Kalau masalah kuliahkan bisa habis nikah." Jawab Rafka mantap.
Nasya? Iya hanya bisa pasrah menerima kenyataan bahwa ia juga menginginkan itu.
"Ya sudah, kalian nikah setelah lulus nanti. Gimana Pak Dika? Bu Vidya?" Putus Andre.
"Kami serahkan sama Rafka dan Nasya saja Pak. Soal pernikahan kan berlaku seumur hidup. Jadi biar mereka yang menentukan." Balas Dika.
"Raf, kamu yakin?" Tanya Nasya pada Rafka.
"Yakin 1000% Yang, asal kamu tetap berada disamping aku." Rafka meyakinkan.
"Aku percaya sama kamu."
Rafka tersenyum senang dan menarik Nasya keluar tanpa mendengar panggilan dari orang tuanya.
"Rafka kamu ngapain sih?"
"Aku mau peluk kamu." Jawab Rafka lalu memeluk Nasya dengan erat, sangat erat.
"Rafka kamu mau aku mati sekarang? Aku ga bisa nafas Raf."
Rafka spontan melepas pelukannya. "Maaf sayang, aku terlalu senang."
"Iya sayang, masuk yuk." Ajak Nasya yang diangguki Rafka.
Pengen cepet ending ngga sih?
Kalau aku sih pengen banget.Mau sad ending atau happy ending?