21. Perjuangan Rafka

289K 14.2K 180
                                    




Nasya merintih ketika kapas berakohol itu menyentuh lukanya.

"S-sakit bang."

"Tahan bentar, dikit lagi Sya."

Setelah selesai, Nathan merapikan kotak P3K dan meletakkan ditempatnya semula.

"Abang udah bilang sama kamu, stop dekat dekat sama dia. Kenapa kamu bandel banget sih, kalau udah kaya gini kan abang jadi makin khawatir sama kamu. Baru juga kemarin keluar rumah sakit, untung ini ngga papa."

Nasya hanya menunduk diam.

"Sya abang mohon, abang gagal jaga kamu. Arrghh." Nathan menarik rambutnya frustasi.

"Bang Nathan hiks , Nasya minta maaf. Nasya hiks tau Nasya salah hiks, abang jangan kaya gitu Nasya takut hiks."

Nathan mengusap pipi Nasya lalu merengkuhnya. "Maaf, udah bikin kamu takut."

"Bang Nasya mau pulang."

Nathan melerai pelukannya dan menggendongnya. Diperlakukan seperti itu Nasya terus meronta  minta diturunkan, apalagi saat melewati lapangan basket banyak yang menggunjingnya. Ia pikir sekolah sudah sepi karena jam pulang sudah dari  tiga puluh menit yang lalu, namun ia salah hari ini ada latihan basket dan otomatis banyak siswi yang menontonnya.

"Abang." Panggil Nasya.

"Hmmm."

"Bang Nathan ngga latihan?" Tanya Nasya.

Nathan hanya menggeleng.

"Kenapa?"

"Kamu lebih penting dan lebih berat." Candanya.

Nasya terbelalak. "Abang kok jahat sih." Ucapnya dan terus memukul dada bidang Nathan.

"Aduhhh. Udah Sya sakit, nanti kamu jatuh."

Nasya mengerucutkan bibirnya.

Nathan membuka pintu mobilnya lalu mendudukkan Nasya.

"Tunggu sini, abang mau ambil tas dulu. Jangan kemana mana."

"Iya bawel."

Sepeninggalan Nathan, Nasya tidak menutup pintu mobilnya. Karena ia paling tidak bisa berlama lama dengan AC. Nasya memainkan ponselnya dan membuka aplikasi instagram miliknya, namun hanya ia scroll saja karena tidak ada yang menarik disana.

Nasya tersentak ketika ada yang menggenggam tangannya. Lalu ia menoleh.

"Ra-Rafka."

Rafka mengangguk. "Sya aku mohon maafin aku, ini semua cuma salah paham. Please dengerin penjelasan aku dulu ya, aku mohon." Ucap Rafka dan bersimpu dengan tangan Nasya yang masih ia genggam.

Hati Nasya sudah begitu sakit, namun ia masih mencintai laki laki itu sepenuhnya. Disisi lain ia tak mau mengecewakan Nathan.

Nasya berusaha melepaskan genggaman Rafka. Namun Rafka semakin mengeratkannya.

"Lepas!"

Rafka mendongak. "Ngga Sya, aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu. Aku ngga mau kehilangan kamu, tolong, kasih aku kesempatan." Ucap Rafka memohon.

"Ngga Rafka aku udah kecewa sama kamu dan aku udah ngga mau lagi percaya sama kamu."

Mata Nasya mulai memanas dan mengalirlah air dari sudut mata Nasya.

"Aku janji Sya, aku ngga akan ngecewain kamu lagi, aku janji untuk itu."

Rafka berdiri dan menatap kedua mata Nasya, melihat Nasya menangis hatinya semakin sesak. Ia mengulurkan tangannya untuk mengusap air mata Nasya.

Ketua OSIS in Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang