Berhubung hari ini hari kelulusan
Dan alhamdulillah eyke mendapat amplop teror bertuliskan "LULUS"
Maka dari itu, eyke mau berbagi kebahagiaan. Yeayyy🎉🎉Happy reading❤
Maaf keun otak author lagi geser😄
Sebelum berangkat sekolah, Nasya pergi ke rumah sakit dulu untuk mengantarkan sarapan untuk pujaan hatinya. Untuk itu pagi buta ia harus bergulat dengan dapurnya dan ia juga harus berangkat ekstra pagi karena tidak ingin terjebak macet.
Nasya membuka pintu kamar rawat Rafka dan terlihat Rafka masih terlelap dalam tidurnya. Nasya menggoyangkan tubuh Rafka pelan.
"Hey.. Bangun boy." Ujar Nasya tepat ditelinga Rafka lalu meniupnya.
Rafka yang merasa geli pun langsung membuka matanya.
"Sayang, ngapain disini?" Tanya Rafka dengan suara khas bagun tidur.
"Bawa sarapan buat kamulah."
Rafka melihat jam dinding lalu matanya terbelalak. "Sayang, ini jam setengah enam aja masih kurang sepuluh menit Yang."
"Ya emangnya kenapa sih? Katanya kangen."
Rafka tersenyum ketika mengingat hal itu."Morning Kiss Yang."
Nasya memutar bola matanya jengah lalu menciumnya singkat.
"Yang satu belum Yang." Rafka menunjuk pipi kirinya.
"Udah ah, itu aja dulu. Takutnya kebablasan." Ujar Nasya mengikuti gaya bicara Rafka tadi malam, tapi rupanya ia salah besar.
"Takut kebablasan? Emmm.. Maksud kamu, kamu mau ini?" Rafka menunjuk bibirnya.
Nasya melotot. "In your dream babe."
"Yakin gak mau sekarang Yang." Rafka mulai menggoda Nasya.
"Stop menggodaku, atau aku pulang sekarang." Ancam Nasya.
Rafka spontan menggeleng.
"Oh ya Yang, tadi malam aku didatengin suster gitu masih muda lagi."
"Emmm cantik dong pastinya." Timpal Nasya.
Rafka mengangguk antusias sambil membayangkan wajah cantiknya. " Terus dia periksa aku dan dia juga pegangin tangan aku. Terus dia bilang kalau-"
"Dia cinta sama kamu." Potong Nasya cepat.
"Ya Allah Yang, dia bilang kalau aku boleh pulang hari ini."
Nasya menunduk. "Baguslah."
"Hey, kamu kenapa?" Rafka mengangkat dagu Nasya hingga mau tak mau ia harus menatap kekasihnya.
"Kamu cemburu?" Tanya Rafka.
"Ng-nggak lah. Ngapain cemburu." Elak Nasya.
"Yakin?"
"Ya-yakin lah. Ngapain cemburu kalau orang itu udah jadi milik aku." Balas Nasya dengan PDnya.
Rafka terkekeh. "Pinter ya sekarang pacar aku."
"Jadi dulu aku ngga pinter gitu?"
"Pinter lah, lebih tepatnya pintar buat hati aku sepenuhnya milik kamu."
"Receh parah."
"Receh sih, tapi pipinya merah gitu." Rafka tertawa keras lalu dengan cepat Nasya membungkam mulutnya hingga diam.
"Udah ya, aku berangkat sekolah dulu." Nasya mencium tangan Rafka lalu pergi.
Rafka hanya geleng geleng melihat kekasihnya kalau lagi blushing selalu menghindar.