Hari minggu ini Nasya isi dengan kegiatan yang gak menguras otaknya, tidur misalnya. Nasya capek karena semalaman setelah keluarga Rafka pulang ia tak bisa tidur, alhasil dia membuka laptopnya dan menonton film Indonesia yang belum sempat ia tonton. Bukannya jadi ngantuk Nasya malah semakin ngga bisa tidur, dan memikirkan masalah pertunangan dan pernikahannya.
Kalau masalah pertunangan Nasya tidak mempermasalahkan hal itu. Tapi kalau pernikahan ia masih sedikit ragu. Ah sudahlah, toh ia juga belum menjalaninya.
Walaupun matahari sudah tinggi, namun Nasya masih enggan menuruni tempat tidur kesayangannya. Bahkan ia sama sekali tak menghiraukan ponsel yang sedari tadi berdering. Yang terpenting sekarang Nasya bisa mengistirahatkan otaknya sebelum ujian kenaikan berlangsung.
Walaupun masih minggu depan, namun Nasya harus mempersiapkan mulai dari sekarang. Belum lagi kegiatan Osis yang menguras otaknya dan menyita banyak waktu. Meskipun Fino sudah banyak membantunya, namun tugas Nasya masih banyak lagi.
Apalagi besok Senin ada upacara bendera bersama dengan serah terima jabatan Ketua OSIS kepada Ketua OSIS baru yang sudah dipilih beberapa hari yang lalu.
Nasya ingin memejamkan matanya lagi, namun suara pintu terbuka mengharuskan ia membuka matanya lagi. Takutnya ada maling karena ia sendirian dirumah.
Bukannya maling, malah yang datang adalah pria tampan yang semalam melamarnya.
"Kebo banget sih calon istri." Rafka duduk ditepi ranjang.
Bukannya menjawab Nasya malah menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Sayang, ayo bangun. Aku mau ajak kamu jalan." Rafka menarik selimut itu, namun Nasya menahannya.
"Gak mau, capek mau tidur."
"Ya udah aku juga mau tidur." Rafka menaiki ranjang dan tidur disamping Nasya sambil memeluknya.
'Mampus gue.' -Batin Nasya.
"Rafka pergi gak?"
"Ngga mau, capek mau tidur." Rafka mengeratkan pelukannya, ia tau kalau kekasihnya mati kutu didalam sana.
"Rafka bukan muhrim, ngga boleh disini ihh." Nasya berusaha mendorong tubuh Rafka dari dalam selimutnya.
Rafka terkekeh lalu mencium kening Nasya dari balik selimut. "Iya sayang, buka selimutnya dulu."
Nasya membuka sedikit selimutnya dan hanya kelihatan satu matanya.
Rafka tertawa geli melihat mata kekasihnya. Matanya bengkak, ada lingkaran hitamnya juga.
"Sayang kamu semalam ngga tidur apa gimana sih?" Tanya Rafka disisa tawanya.
"Ngga bisa tidur Raf. Kamu ditelfon juga ngga aktif." Kesal Nasya.
"Uluh uluh sayang, sini peluk." Rafka melentangkan tangannya dan Nasya langsung memeluknya.
"Maaf ya, semalam low bat Yang. Emangnya mikirin apa sih? Hmmm."
"Pernikahan kita." Ucap Nasya jujur.
"Sayang, aku memang masih banyak kekurangan. Tapi aku janji, aku bakal lindungi kamu, tanggung jawab lahir batin juga. Kamu percaya kan sama aku?"
Nasya mengangguk. "Aku percaya Rafka, tapi aku takut. Aku takut gak bisa jadi istri yang baik buat kamu."
"Sayang dengar ya, aku juga belum bisa jadi suami yang baik buat kamu. Tapi aku bakal usaha jadi yang terbaik buat kamu. Kita belajar sama sama ya?"
Nasya mengangguk dan tidur dalam pelukan Rafka.
Nasya emang gitu ya? Tadi bilang bukan muhrim tapi sekarang tidur aja pelukan. Malu malu mau eta mah.*****
Saat memasuki pekarangan rumahnya, Nathan melihat motor Rafka. Namun saat masuk ia tak menemukan keberadaanya, hingga Nathan membuka pintu kamar Nasya dan melihat mereka tidur berpelukan. Lalu Nathan mengeluarkan ponselnya dan langsung memfoto mereka.
"Awas ae lo Raf." Gerutu Nathan.
Nathan kembali ke ruang keluarga dan menonton tv bersama Bella.
"Nasya mana Than?" Tanya Bella.
"Lagi tidur." Balas Nathan dan duduk disamping kekasihnya.
"Bukannya diluar ada motor Rafka? Kok dia ngga ada?"
"Ya dia lagi tidur sama Nasya."
Bella ternganga. "Tidur? Dikamar Nasya?"
Nathan mengangguk lalu memasukkan keripik singkong favoritnya kedalam mulut kekasihnya.
Mendapat perlakuan itu, Bella spontan memukul lengan Nathan karena kaget."Nathan apaan sih? Kalau ketelen langsung gimana? Kamu mau aku mati?" Kesal Bella.
"Iya sayang, maafin Nathan ya? Nathan khilaf Yang." Ujar Nathan dengan menampakkan wajah penyesalan.
"Bodo ah, kesel gue." Bella memalingkan wajahnya.
Nathan menidurkan kepalanya dipangkuan Bella." Maaf Neng, Abang khilaf. "
Bella diam, sedangkan Nathan melanjutkan menonton tv. Nathan tau kalau Bella tak bisa lama lama marah padanya, jadi biarlah moodnya balik sendiri.
"Pacaran lancar amat Bang." Seru Rafka saat melewati ruang keluarga.
Nathan menoleh lalu tersenyum. "Biasalah Raf, bayi besar lagi merajuk."
Rafka tertawa. Lalu Bella menatap Nathan tajam.
"Marahin Nathan dong Bel, biar tambah seru."
"Apa lo Raf? Masih mau ngerasain bogeman gue? Atau mau lo gue buat ngga direstuin bonyok gue?" Ketus Nathan.
"Mana bisa Than, bentar lagi gue tunangan sama dia." Elak Rafka.
Nathan mengambil ponselnya lalu memperlihatkan foto yang tadi ia ambil. "Gimana? Tercyduk kan lo!" Nathan tersenyum smirk.
Rafka hendak merebut ponsel Nathan, namun Nathan sudah terlebih dulu memasukkan kedalam saku celananya.
"Yahh Than, lo kan temen gue kan ya? Hapus dong Than. Masa lo mau bikin adek lo sedih lagi." Rayu Rafka.
Nathan menatap Rafka jijik. "Bacot lo. Gue akan hapus tapi lo harus bayarin gue dikantin selama sebulan aja lah, gimana?"
"Kecil itu mah, mau sampai lulus juga gue jabanin."
"Okke sampai lulus." Ujar Nathan enteng.
Rafka melotot kaget begitu juga dengan Bella.
'Bulshit! Matre amat ni orang.' -Batin Rafka.
Rafka yang mengingat tujuan utamanya turun ke lantai langsung bergegas menuju dapur dan mengambil minum lalu kembali ke kamar kekasihnya.
Keep reading❤
Maaf keun kalo pendek, emang biasanya pendek kan ya? wkwk.
Next part nunggunya agak lama yeu, ngga papa kan ya? Jangan sedih atuh, aku mau bertapa dulu mencari sebongkah berlian😅See you next part, jaga hati kalian selagi aku belum update🙏.
Ketjup jauh dari Tata😘