Happy Reading!!
Liburan semester selama dua minggu sudah berlalu, dan itu artinya mereka harus kembali ke sekolah tercinta. Walaupun masih berat meninggalkan kegiatan bermalas malasan selama dua minggu ini.
Begitu juga berlaku buat Nasya, gadis itu masih memejamkan matanya dan memeluk guling yang memberikan kenyamanan ketika ia tidur. Walaupun jarum jam sudah menunjukkan pukul 05.55
Nasya menggeliat ketika ada tangan yang mengusap kepalanya. Perlahan ia membuka matanya dan menampilkan pria dengan balutan seragam putih abu abu dan ransel yang bertengger dipunggungnya.
"Selamat pagi sayang."
Nasya tersenyum. "Pagi."
"Buruan mandi, udah jam enam sayang. Udah aku siapin airnya, ayo bangun calon istri." Rafka mengangkat tubuh Nasya dan diturunkan ketika sudah memasuki kamar mandi.
"Ayo, aku tunggu dibawah." Rafka mengacak rambut kekasihnya lalu berjalan keluar kamar.
"Tumben ngga minta morning kiss."
Nasya menutup pintu kamar mandinya dan 15 menit kemudian keluar dengan seragam yang sudah melekat dibadannya dan rambut basah yang masih terbungkus handuk.
Nasya duduk didepan meja riasnya dan mulai mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Setelah selesai semuanya, Nasya turun dengan tangan kanannya menenteng tas berwarna abu yang sering ia kenakan.
Satelah selesai sarapan, mereka langsung berangkat karena jarum jam sudah menunjukkan pukul 06.40. Itu artinya 20 menit lagi bel akan berbunyi.
*****
Setelah mengantarkan tuan putri menuju kelasnya dengan aman sentosa menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia. Rafka melangkahkan kakinya menuju kelas barunya.
Didepan kelas Rafka terlihat sangat ramai, yang biasanya segerombol perempuan kini menjadi segerombol laki laki. Entah apa yang sedang mereka lihat sampai segitunya.
Rafka berjalan mendekati mereka, ternyata disana juga ada kedua temannya. Affan dan juga Rizal.
Rafka mengabaikan itu dan melangkahkan kakinya menuju bangku yang diduduki oleh Nathan lalu duduk disampingnya."Ada demo apaan Than?"
Nathan menoleh. "Mantan lo Raf."
"Maksud lo?"
"Dia, dia udah balik dari New York."
Deg
Rafka menelan salivanya lamat lamat. "Ma-maksud lo, Inara?" Tanya Rafka memastikan.
Nathan mengangguk. "Iya, dan lo tau apa artinya?"
"Gue tau, hubungan gue sama Nasya bisa ancur." Rafka mengacak rambutnya frustasi.
"Saran gue sih lo backstreet aja. Lo tau kan seberapa nekatnya Inara? Gue cuma takut adek gue kenapa napa."
Rafka menunduk lesu. "Gue ke kelas Nasya sekarang."
Saat Rafka berdiri tiba tiba ada yang memeluknya.
"Rafka aku kangen." Cicit wanita yang memeluk Rafka.
Tanpa membalas pelukan dari wanita itu, Rafka berusaha melepaskannya. "Udah ya, sekarang lepas."
Gadis itu melerai pelukannya dan menatap Rafka dengan tatapan yang dulu bisa membuatnya tak berdaya. Tapi kali ini tidak, Rafka sudah muak dengan tatapan itu.