23. Frustasi Nathan.

280K 13.2K 136
                                    

"Bang Nathan ngapain." Tanya Nasya ketus.

Yap, yang menepuk bahu Nathan adalah Nasya Raquinna Safeera.

"Nasya, kamu ngga papa kan? Abang khawatir sama kamu." Tanya Nathan khawatir.

Nasya tersenyum sinis. "Abang khawatir sama aku? Im fine bang. Terus apa kabar yang didalam sana, abang ngga khawatir?"

Nathan menunduk, lalu menggenggam tangan Nasya. "Maafin abang Sya."

"Kenapa sih abang jadi gini. Abang tau kan Nasya sayang sama Rafka, abang jauhin Nasya dari Rafka mungkin Nasya masih bisa nerima itu bang. Karena Nasya tau, abang ngga mau Nasya kaya dulu lagi. Tapi abang hampir buat nyawa Rafka melayang dan Nasya ngga bisa tinggal diam bang. Permisi." Ucapnya lalu memasuki ruangan Rafka.

Nathan masih menunduk. Ucapan Nasya masih terus menggema ditelinganya. Apalagi saat Nasya bilang kalau nyawa Rafka hampir melayang karenanya. Kalau itu terjadi, Nathan yakin. Nasya pasti akan membencinya, sangat! Belum lagi Bunda dan Ayahnya. Kedua sahabatnya juga akan membencinya.

Nathan melenggang pergi, mungkin adiknya masih butuh waktu untuk memaafkannya.

Sedangkan didalam sana Nasya tengah menyuapi Rafka makan.

"Kamu juga makan dong Yang." Pinta Rafka.

"Iya nanti aku makan."

Rafka mengambil alih sendok dari tangan Nasya.

"Sekarang kamu makan, Aaaa pesawatnya mau masuk." Rafka menyuapi Nasya layaknya menyuapi balita.

Nasya terkekeh. "Kamu pikir aku masih bayi."

Nasya menerima suapan Rafka lalu kembali menyuapi Rafka.

"Sayang." Panggil Rafka.

Nasya menoleh. "Kenapa? Mau minum?"

Rafka menggenggam tangan Nasya lalu meletakkan diatas dadanya. "Selagi jantung aku ini masih berdetak, aku janji aku akan terus menyayangimu. Dan setelah aku pulang dari sini, aku akan melamarmu."

Mata Nasya melotot. "L-lamar?"

Rafka mengangguk antusias." Kamu mau kan?"

"T-tapi-"

Rafka meletakkan jari telunjuknya dimulut Nasya.

"Sssstttt. Kita akan tunangan dulu sayang. Soal nikah? Kita akan bahas itu nanti."

"Kamu yakin?" Tanya Nasya ragu.

Rafka tersenyum. "Sayang, aku ngga mau kehilangan kamu. Cukup ini aja kesalah pahaman kita. Aku bener bener sayang sama kamu dan aku bakal buat keluarga kamu percaya dan merestui kita."

"Iya aku mau." Ucap Nasya lalu memeluk Rafka.

Rafka mengelus kepala Nasya. "Aku akan berjuang buat kamu, jadi tolong semangati aku."

"Iya sayang, semangat."

"Makasih sayang, i love you." Rafka mencium kepala Nasya.

"Love you more."


*****



Bella terus menghubungi Nathan, namun Nathan selalu mengabaikannya. Bella sangat khawatir, karena sudah jam sebelas malam namun Nathan belum juga kembali.

"Kamu dimana sih Than, aku khawatir sama kamu."

Hingga satu ide terlintas dipikirannya. Yap Bella menghubungi kedua sahabat kekasihnya itu. Mungkin saja sedang bersamanya.

Tut

Tut

"Haallo Fan."

"..."

"Fan, lo lagi sama Nathan ngga? tau Nathan dimana?"

"..."

"Dimana? Share lokasi."

"..."

"Okke, gue kesana sekarang."

Tut.

Bella mematikan telefonnya lalu mengambil tas dan kunci mobil dikamar Nathan, lalu menuju tempat yang tadi Affan bilang.


*****


Sejak balik dari rumah sakit tadi Nathan memilih untuk pergi ke salah satu club langganannya dulu. Ia juga sudah menelfon kedua sahabatnya untuk datang kesana.

Dulu saat moodnya buruk Nathan selalu datang kesini. Hingga akhirnya Nasya memarahinya habis habisan ia jadi tak pernah datang kesini lagi.

Namun sekarang? Ia kembali datang dan dengan senangnya meminum barang haram itu hampir 2 botol. Kedua sahabatnya sudah menyuruhnya berhenti, namun Nathan terus menolaknya. Hingga akhirnya mereka menyerah.

"Than Bella nelfon gue nih." Affan menunjukkan ponselnya pada Nathan.

"Ya lo angkat lah." Balas Nathan acuh.

Affan menggeser tombol hijau diponselnya.

"..."

"Iya kenapa Bel."

"..."

"Iya gue lagi sama Nathan ada Rizal juga."

"..."

"Iya ini gue share."

"..."

Tut.

"Kenapa Pan?" Tanya Rizal.

"Nanyain dia lah, biasa." Affan menunjuk Nathan dengan dagunya.

Sedangkan Nathan? Iya tak peduli, yang dipikirannya ia ingin tidur sekarang juga. Kepalanya serasa ingin meledak.

Tak lama kemudian Bella datang dengan nafas ngos ngosan.

"Ya ampun Nathan." Bella duduk disamping Nathan lalu menangkup wajahnya. Kelihatan Nathan sudah mabuk berat.

"Kenapa lo gak larang di minum sih." Tanya Bella kesal.

"Udah gue larang kali Bel, tapi Nathan nya ngotot." Jawab Affan.

Bella menghembuskan nafasnya. "Sekarang lo berdua bantuin gue bawa dia ke mobil. Oh ya motornya kalian urus ya."

"Siap Nona." Jawab Affan dan Rizal serentak.

Affan dan Rizal mulai memapah Nathan, sedangkan Bella sudah berjalan duluan untuk membukakan pintu mobil.

"Thanks ya Fan, Zal. Gue duluan." Pamit Bella.

"Sans Nona." Jawab Rizal dan diangguki Affan.



Gimana? Next?
Yes or no?

Ketua OSIS in Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang