Nasya dan Nathan tengah duduk santai diruang keluarga rumahnya sambil menonton televisi.kress kress
Hanya suara televisi dan suara dari Nasya dan Nathan yang sedang memakan keripik singkong cemilan kesukaan mereka, hanya itulah yang ada sekarang.
"Bang." Ucap Nasya. Nathan hanya membalas ucapan adiknya dengan deheman.
"Menurut abang salah ngga sih kalau Nasya terus lanjutin ini semua." Tanya Nasya.
Nathan menautkan kedua alisnya. "Maksud kamu?"
"Ya abang tau sendiri kan, Nasya ga enak bang sama Rafka. Nasya takut." Ucapnya dengan nada khawatir.
"Takut kenapa sayang? Selagi kamu ngga menyakiti hati dia Kamu ngga akan salah. Toh Rafka juga belum tau kan? Manfaatkan waktu kamu Sya. Aku ngga mau kamu murung lagi." Jelas Nathan.
Nasya menghembuskan nafasnya dalam.
"Udah 4 bulan bang, Nasya sama dia. Ya mungkin emang perasaan itu baru tumbuh sedikit, tapi ngga sebanding sama rasa sayang Nasya buat Satya."
"Abang tau kan gimana deketnya Nasya sama dia? Dia cinta pertama Nasya bang, kata orang cinta pertama itu susah dilupain. Nasya takut Rafka kecewa bang." Ucapnya frustasi.
Nathan tersenyum tipis. "Kamu takut dia kecewa Sya." Tanya Nathan yang diangguki oleh Nasya.
"Itu artinya kamu takut kehilangan dia, kamu udah sayang sama dia." Lanjutnya.
Nasya masih mencerna baik baik ucapan kembarannya itu.
Dddrrrttt Dddrrrtttt
Bunda is calling
Nasya membelalakkan matanya melihat siapa yang menelfonnya. "Bunda telfon bang." Ujarnya.
Nasya menggeser tombol hijau dan
me-loadspeaker nya"Hallo Bun. Assalamualaikum." Sapa Nasya.
"Hallo sayang Waalaikumsalam. Kamu lagi apa nak." Tanya wanita diseberang sana.
"Nasya lagi curcol Bun." Sambar Nathan.
"Abang rese Bun." Rengeknya.
Wanita disana terkekeh. "Abang stop godain adiknya terus"
"Kamu lagi ada masalah sayang."
"Urusan cowo Bun." Jawab Nathan dan langsung lari menuju kamarnya.
"Abang diem." Teriaknya kesal.
"Sayang jangan keras keras. Kamu ada masalah apa sayang, ayo cerita sama Bunda."
"Bunda tau Rafka kan?" Tanya Nasya.
"Rafka temannya Nathan itu kan?" Tebaknya.
"Sebenarnya Nasya udah 4 bulan pacaran sama dia Bun." Jujur Nasya.
"Ya bagus dong, berartikan kamu-"
"Bukan gitu Bun, Nasya sama Nathan taruhan." Potongnya cepat.
"Taruhan?" Ujar wanita disebrang sana tak mengerti.
"Jadi begini Bun..."
Flashback on.
"Iya bang, abang masih ingat ngga sih. Kalau kita udah gede nanti, kita akan bawa pasangan kita kesini."
"Inget lah Sya. Kan gue sekarang udah punya pasangan, tinggal lo nya aja kapan punya pasangan."