Part 1

366K 9.6K 266
                                    

Hijrah itu bukan hanya untuk menata hati yang telah rapuh tapi juga untuk memperbaiki diri agar lebih baik dari sebelumnya.
_

___________________________________

Happy Reading..

.
.
.

Pov Abizar

Aku terbangun dari tidur lelap yang nyaman. Aku melirik jam menunjukan jam 2 pagi, lagi-lagi aku memimpikan sosoknya. Sosok yang pernah aku kagumi dulu dan mengapa hampir setiap malam aku selalu memimpikannya padahal aku sudah tidak bertemu lagi dengannya setelah 5 tahun belakangan ini.

Tak ingin terlarut dalam pikiraku, aku pun akhirnya memutuskan pergi ke kamar mandi dan mengambil wudhu untuk shalat tahajud, aku ingin meminta petunjuk kepada tuhan. Semoga saja aku di berikan petunjuk untuk bisa menemukannya dan bersamanya kembali.

Setelah aku berdo'a aku melanjutkan membaca al-qur'an sambil menunggu waktu subuh, setidaknya itu yang selalu diajarkan Abi kepadaku.

Tok...Tok... Tok...

"Abizar ayo kita ke mesjid nak!" Abi memanggil namaku dan beliau mengajakku untuk sholat di Mesjid.

"Iya bi." aku pun menyudahi membaca al-qur'anku, karena aku akan sholat berjama'ah di mesjid.

Sesampainya di mesjid, orang-orang merasa asing denganku, mungkin mereka lupa denganku. Maklum saja aku dimasukan ke pondok pesantren oleh Abi dan Umi selama 5 tahun.

"Ini siapa Ustad Zakariya?" tanya seseorang yang baru saja datang ke Mesjid.

Abiku tersenyum kepada bapak-bapak itu, sepertinya Abi terlihat akrab dengan bapak-bapak itu. Abi menepuk pundak ku dan memperkenalkan aku dengan bapak-bapak itu.

"Oh ini kenalin anak saya namanya Abizar,"

Aku tersenyum kepada bapak itu dan dengan sopan aku menyalami orang tersebut. Aku hanya tersenyum kikuk saja, sepertinya aku memang merasa tidak asing dengan sosok pria itu.

"Wah udah dewasa ternyata kamu nak, pantesan bapak merasa tidak asing denganmu," ucap orang itu.

Akupun mengerengit ketika bapak itu berkata seperti seolah dekat denganku, apakah dia kenal denganku. Aku pun mencoba mengingat orang yang ada di hadapanku itu. Tapi sungguh aku sudah tidak ingat lagi.

"Abizar ini pak Hamdan, kamu lupa?" seru abi membuatku menaikan sebelah alisku.

"Oh maaf abi, Abizar lupa," ucapku agak kikuk. Aku memang sudah lupa dengan orang yang ada dihadapanku itu. Mungkin karena aku sering menghapal jadi lupa.

"Ya tidak papa, tapi semoga kamu tidak lupa dengan putrinya," goda abi membuatku sedikit merasa malu. Wanita itu yang selalu membuatku merasa pusing.

"Maksud, abi?"

Aku bingung dengan apa yang diucapkan oleh abi tersebut, apa maksudnya? Apakah aku kenal dengan anak Pak Hamdan itu?

Abi menepuk pundakku seolah menyadarkanku.
"Sudahlah ayo kita sholat sebentar lagi adzan subuh."

Abi masuk ke masjid.

Setelah sholat subuh berjamaah aku pun berniat untuk pulang ke rumah namun, di tengah perjalanku dari masjid, aku melihat seseorang dilihat dari penampilannya dia sepertinya seorang wanita. Aku tidak bisa mengenali orang itu karena dia membelakangiku.

Seperti ada gejolak dihatiku untuk menghampiri wanita tersebut, tapi bagaimana caranya, jika aku menghampiri dia itu artinya kita berduaan dan yang ketiganya itu setan.

Biarlah Takdir Yang Menentukan (Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang