Happy Reading.
Nina mengajak Khairah ke kamarnya untuk bercerita kepadanya, sedangkan para suami ditinggalkannya diruang tamu. Abizar tadi sempat protes karena istrinya dibawa oleh Nina, tapi karena Karim bilang turuti aja itu kemauan bumil jadi dia terpaksa menuruti apa kata Karim.
"Oh yah, aku dengar hubungan kamu dengan Salma dan Karin sedang tidak baik, Kok kamu gak cerita sama aku? Kalian sudah tidak menganggap ku teman lagi sekarang?" Kata Nina sambil berkaca-kaca.
Khairah sendiri bingung menghadapi wanita sensitif ini. "Bukan begitu, itu hanya kesalahpahaman saja diantara kita,"
"Maksud kamu? Ayo ceritakan kepadaku apa yang terjadi?" Pinta Nina.
Khairah menceritakan semua yang telah dialaminya kepada Nina, tantang Salma yang membencinya gara-gara dia masih mencintai Farel. Tentang Karin yang tiba-tiba pergi dari kosan mereka karena ingin menemui kedua orangtuanya. Lalu tentang dirinya yang menikah dengan Abizar. Semuanya dia ceritakan kepada Nina.
"Dari awal aku juga sudah bisa menebak kalau Salma suka sama Farel, dulu aku suka meledeknya dan menggodanya di saat aku goda pipi Salma selalu bersemu merah, dan aku juga bisa melihat bahwa Farel juga mencintainya." Jelas Nina.
"Farel mencintai Salma?" Tanya Khairah sedikit terkejut karena dia tidak tau apapun.
"Iya," jawab Nina.
"Lalu kenapa waktu itu Farel menghitbahku?" Tanya Khairah bingung.
"Aku juga kurang tau soal itu," kata Nina.
"Aneh sekali," kata Khairah.
"Tentang Karin yang pergi dari kosan itu, satu minggu setelah dia pergi, dia ada menghubungiku. Dan dia bilang kalau satu bulan lagi dia akan menikah," kata Nina.
Khairah terkejut mendengar perkataan Nina barusan. "Dia akan menikah? Tapi kenapa dia tidak menghubungiku dan memberitahuku? Apa dia masih marah padaku?" Kata Khairah menunduk lesu.
Nina menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan apa yang dikatakan Khairah barusan. "Mungkin dia lupa menghubungimu Khairah, positif thinking aja. Aku juga waktu menuju acara pernikahan sangat sibuk dan tidak sempat mengundang teman-temanku yang lain," kata Nina.
Tapi Khairah merasa belum puas dengan apa yang diucapkan oleh Nina barusan. Sepertinya memang benar Karin masih marah padanya. Bahkan dihari bahagianya dia tidak turut diundang oleh sahabatnya itu.
"Aku juga minta maaf Khairah, karena aku tidak ada saat itu dan tidak tau hubungan persahabatan kita jadi renggang seperti ini, aku terlalu sibuk memikirkan pernikahanku," kata Nina sudah berkaca-kaca ingin menangis.
Khairah melihat raut muka Nina saat ini, dia lupa kalau Nina sangat sensitif sekarang. "Hua... Biasa.." Nina menangis kencang.
Karim yang sedang mengobrol bersama Abizar diruang tamu pun refleks berlari menuju kamarnya karena mendengar suara Nina yang menangis.
"Ada apa?" Tanya Karim panik sambil membuka pintu itu kencang.
Nina langsung memeluk suaminya itu. "Aku sedih," kata Nina seperti anak kecil yang mengadu kepada ibunya.
Karim melirik kearah Khairah bermaksud menanyakan penyebab Nina seperti itu, tapi Khairah hanya menggelengkan kepalanya tanda tidak tau.
"Aku sedih karena tidak bisa bantu Khairah saat hubungan bersahabat kami renggang," kata Nina.
Sedangkan Karim menepuk jidatnya dan mengelus dadanya. Hal yang seperti itu dipermasalahkan.
"sabar Ini wanita hamil" batin Karim.
Karim telah cape-cape berlari kesini takut ada apa-apa dengan istrinya itu, tapi ternyata saat dia kesini hanya masalah sepele dan Nina menangis karena itu.
Abizar yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Dan menyembunyikan tawanya karena tadi dia melihat Karim yang sedang panik lalu terburu-buru masuk kamar.
"Jangan nangis lagi yah, nanti aku buatkan makanan kesukaan kamu," Bujuk Karim kepada istrinya itu.
Nina mengangguk seperti anak kecil yang menurut perintah orangtuanya.
Dan disinilah mereka berempat sekarang. Mereka sedang makan bersama di meja makan. Masakannya buatan Karim dan dibantu oleh Abizar, sedangkan para istrinya hanya melihat saja.
Khairah pun merasa terkejut ketika tadi melihat Abizar bisa memasak. Pasalnya di kontrakannya itu hanya ada makanan instan.
"Kamu heran'kan Khairah kenapa Abizar bisa memasak?" Tanya Karim seperti mengetahui apa yang ada di pikiran Khairah itu.
Khairah menggelengkan kepalanya sambil menunduk tidak menatap Karim.
"Jangan-jangan kamu gak ngasih tau Khairah tentang bisnis kita?" Kata Karim melihat kearah Abizar.
Khairah menatap Abizar karena mendengar perkataan Karim barusan. Jadi Abizar punya bisnis bersama Karim, lalu kenapa Abizar tidak cerita kepadanya.
"Aku belum sempat menceritakannya kepada Khiarah, lagian dia suka kabur kalau aku mau deketin dia," kata Abizar.
Khairah menginjak kaki Abizar karena kesal dengan perkatanya itu. Dia tesingung karena dulu memang Khairah selalu menghindar dari Abizar.
"Aw.. sakit Ai," kata Abizar.
"Kenapa?" Tanya Nina bingung melihat Abizar meringis.
"Eh tidak," jawab Abizar.
"Yaudah ayo kita makan," ajak Karim.
Nina menungkan makan untuk Karim, begitupun Khairah menuangkan makan untuk Abizar.
Mereka pun makan bersama-sama."Enak banget masakannya," puji Khairah ketika dia telah mencicipi makan itu.
"Iya doang kan dimasaknya dengan sepenuh hati, iya gak rim?" Kata Abizar meminta persetujuan dari Karim.
"Pasti, kalau gak enak mana mungkin kita bisa buat restoran," Karim bangga.
"Kalain punya restoran?" Tanya Khairah terkejut.
"Emang kamu gak tau Khairah? Karim mengelola cabang restoran yang di Sinduharjo," kata Nina.
"Biar aku ceritakan agar kamu gak bingung, waktu itu kami berempat sepakat buat bikin rumah makan di solo saat kami sedang SMA," kata Karim.
"Berempat?" Kata Khairah bingung.
"Biar aku yang lanjutkan," pinta Abizar kepada Karim, dan dianguki oleh Karim.
"Jadi aku, Karim, Ilham, dan Ibnu dulu sepakat bikin bisnis bareng di solo sambil pesantren disana. Sekarang rumah makan itu berkembang pesat, hingga kini sudah seperti restoran dan kita membuat cabang restoran itu. Cabang pertama di Sinduharjo dikelola oleh Karim, yang ke dua itu di Jakarta yang di kelola oleh Ibnu dan yang ketiga di kelola oleh diriku sendiri di Bandung. Sedangkan pusatnya yang di solo di kelola oleh Ilham," Jelas Abizar.
Jadi ternyata Abizar dan Gus Ilham sedekat itu, bahkan mereka bikin bisnis bareang. Aku kira mereka hanya sebatas teman masa pesantren doang berarti mereka bisa dibilang sepertiku dengan Nina sahabatan. Pantas saja Abizar waktu itu tidak mendengarkan ceritaku tentang Gus Ilham, itu pasti karena Gus Ilham telah menceritakannya kepada Abizar pikir Khairah.
____________________________________
Assalamualaikum..
Mudah-mudahan kalian suka yah dengan ceritanya.
Terimakasih udah mau baca cerita saya.
Maaf juga nulisnya cuman sedikit karena Author sebanarnya sedang sibuk kuliah sengaja nyempetin buat bikin part ini.
.
Jangan lupa kasih vote.Wasalam Nelly_Nurul
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarlah Takdir Yang Menentukan (Tamat )
SpiritualRank #1 islami (Romance-spiritual) Bagaimana jadinya jika Setelah lama tidak bertemu dan dia meninggalkanmu pergi ke pesantren, kemudian kamu di pertemukan lagi dengan dia dengan cara perjodohan. "Jika memang dia bukan di takdirkan untukku ma...