"Yang Mulia, kumohon Anda turun yaa... kepala hamba bisa dipenggal jika Anda terluka. Dan juga, pasti dayang Chiyo akan marah-marah," pinta Ayame, menatap Naruto yang tengah bersantai diatas pohon.
"Ck. Ayame, kau semakin cerewet seperti dayang Chiyo saja. Baiklah, Baik. Aku akan turun, puas."
Naruto dengan cekatan turun dari atas pohon, dan menepuk-nepuk jubah khas putri Konohanya yang sedikit berdebu. Ahh, jangan tanya bagaimana gadis itu menaiki dan menuruni pohon dengan jubah berlapisnya itu, karena itu rumit.
"Yang Mulia bisakah Anda bersikap layaknya Putri. Bagaimana jika Yang Mulia Ibu suri melihat dia pasti akan menambah daftar pelajaran keputrian Anda," ujar Ayame yang membantu merapikan jubah milik Naruto, lambang Naga emas dibagian dadanya terlihat hidup saat terkena sinar matahari.
"Kakak..." teriak Menma berlari menerjang Naruto dan memeluknya erat,
"Menma. kau sudah pulang? Bagaimana, apa perjalanan menuju kuil Naga menyenangkan?" tanya Naruto,
"Sangat menyenangkan. Disana udaranya sejuk, tenang, aku dan Ibunda mengunjungi makam para leluhur dan juga Ayahanda. Seharusnya kakak ikut." jawab Menma terlihat antusias.
"Hormat hamba pada yang Mulia Putri." Kakashi membungkuk hormat.
"Paman Kakashi, kau juga ikut, Uhh aku juga ingin ikut tetapi tak bisa. Aku harus belajar. Oh iya paman, sudah lama kita tidak berlatih ped...
Khem.
... ang,"
"Da-dayang Chiyo, kau ada disini?" tanya Naruto gugup, senyum paksa dia tampilkan, keringat dingin menetes dipelipisnya.
"Hamba sedari tadi berada bersama Pangeran Agung. Berlatih pedang lagi Yang Mulia? Bukankah lebih baik Anda mempelajari tata krama keputrian?" ujar dayang Chiyo menatap tajam sang putri
"Ahaha... Ba-baiklah, oh Kami-sama, Ayame ayo, aku akan terlambat menghadiri pelajaran ilmu klasik. Jaa paman Kakashi, Menma, dayang Chiyo." Naruto beserta rombongannya pergi dari taman teratai tempatnya bermain, meninggalkan Kakashi, Menma dan dayang Chiyo.
"Sudah hamba katakan bukan Yang Mulia, dayang kepala memang menakutkan." bisik Ayame yang diamini oleh Naruto dan rombongan.
.
.
.
.
.
"Yang Mulia apa Anda mendengar hamba?" tanya seorang sarjana yang mengajarkan ilmu klasik pada Naruto.
"Ha'i, silahkan lanjutkan Sensei. Tapi sebelum itu, Bolehkah aku bertanya?" tanya Naruto dari balik tirai.
Ya, memang wajah dari sang putri dirahasiakan dari publik, bahkan di dinding dalam istanapun terkadang Naruto harus memakai caping dan kain tipis agar wajahnya tak dikenali oleh orang-orang dari kerajaan lain yang datang berkunjung untuk melakukan kerja sama.
Peraturan itu ada sejak Nagato memerintah. Dia tak ingin jika keponakannya itu dikenal halayak banyak dan menjadi target, entah itu target untuk hal positif maupun negatif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crown - 宝座 [END]
FanficYang dia lakukan hanyalah berkorban untuk keluarganya meski harus meninggalkan orang yang dia cintai. Statusnya yang merupakan seorang putri dia buang demi keluarganya. Membiarkan kekasih hatinya menganggap dirinya tiada. Semua karena perebutan taht...