Bagian 17 : Ambisi Sai

1.8K 291 28
                                    

"Aku ingin bertemu Naru." ujar Sai yang kini didepan kamar Naruto,

"Nona tengah sakit, dan dia tak ingin orang mengunjunginya."

"Aku memaksa."

"Seorang Pangeran seperti kau sekalipun aku tak akan membiarkan masuk!!"

"Aku hanya ingin memberi tahu jika aku akan diangkat sebagai Putra Mahkota!!" ujar Sai dengan suara sedikit dikeraskan,

"A-apa..."

"Aku pergi."

.

Neji langsung memasuki kamar, menatap Naruto yang duduk dilantai dengan wajah pucat,

"Ya-yang Mulia..."

"Ne-neji... yang ku-kudengar barusan itu..."

"Yang Mulia,"

"Aku harus menemui Sai. Aku benar-benar harus keluar, aku harus pergi menemuinya,"

"Dengan kondisi Anda yang masih terluka? Aku akan memberi tahu Sasuke," ujar Neji dingin,

"Di-dia... Dia akan diangkat menjadi Putra Mahkota!! Posisi yang seharusnya diisi oleh adikku,"

"Dan membiarkan orang-orang tahu bahwa Anda masih hidup?"

Naruto menggigit bibirnya,

"Bi-biarkan Sai tahu siapa aku,"

"Yang Mulia!!" seru Neji protes.

"Jika dia naik menjadi Putra Mahkota maka keberadaan adikku akan menjadi ancaman baginya, dan perang saudara akan terjadi."

"Setidaknya tunggu Sasuke, dan Iruka datang kesini,"

"Keputusanku sudah bulat, satu jam lagi kita berangkat,"

Neji mengangguk kaku. Dia tak tahu keputusan Naruto benar atau salah, karena dia tahu sebenarnya Sai juga tahu identitas Naruto entah bagaimana, tapi tetap memilih diam saja.

.

.

.

"Ayahanda," sapa Sai saat melihat ayahnya berkunjung ke kediaman pribadinya diluar istana,

Nagato mengangguk, dan mengusir rombongannya agar meninggalkan mereka berdua.

"Kau menerima titahku? Kau ingin menjadi Putra Mahkota?" tanya Nagato memastikan,

Sai tersenyum dan mengangguk.

"Kau tahu, aku ini putra selir yang tak memiliki hak menduduki tahta. Dan kau putraku yang lahir dari seorang selir juga, itu artinya kau tak memiliki hak duduk di tahta, aku sekarang berkuasa karena saat itu Pangeran Agung masih kecil, tapi sekarang dia sudah dewasa dan kau akan mengambil posisi Putra Mahkota? Sai..."

"Aku memang putra seorang selir, tapi hanya Ayahanda dan Ibu suri saja yang tahu akan hal ini. Orang-orang hanya tahu aku adalah putra Raja yang sekarang dan Permaisuri."

"Apa kau benar-benar menginginkan posisi itu? Sai tanggung jawabmu sebagai Putra Mahkota akan sangat berat,"

"Aku tahu. Tapi aku membutuhkan posisi itu untuk meraih sesuatu Ayahanda. Karena dengan kekuasaanku yang sekarang ini tidaklah cukup,"

"Aku akan membantumu untuk itu. Aku akan menggunakan kekuasaanku sebagai Raja untukmu. Jadi lepaskan posisi yang kau inginkan itu putraku,"

Sai tersenyum dan menggeleng, "Kekuasaan Ayahanda tak sebesar paman Yahiko bukan? Ayahanda menjadi bonekanya. Karena itu aku akan mengambil posisi Putra Mahkota agar bisa mencapai sesuatu yang kuinginkan."

Crown - 宝座 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang