Nagato mengetuk-ngetuk mejanya.
Tak ada orang lain diruang tahta.
Hanya ada dirinya. Kursi tahta, dan barang-barang mewah lainnya.
Ruangan yang begitu dingin membuatnya menggigil ketakutan.
Ketakutan akan tahta.
Ya. Dia takut setiap kali duduk dikursi tahta.
Kursi yang diinginkan banyak orang malah membuatnya takut.
Karena oranglain belum pernah merasakan beban apa yang ditanggungnya setiap kali duduk disana.
Setiap perkataan. Setiap perbuatan. Setiap gerakan. Bahkan setiap napas, jika kita melakukannya saat duduk dikursi tahta akan berdampak pada masa depan kerajaan maupun masa depan orang lain.
.
Nagato membuang nafas.
Perkataan kakak iparnya dulu memang benar. Tahta memang indah sekaligus menakutkan.
Apa kakaknya juga mengalami hal yang sama?
Ahh tidak. Kakaknya yang merupakan pewaris sesungguhnya tak memiliki ketakutan untuk mengambil keputusan,
Kakaknya bisa melawan para pejabat tanpa rasa takut.
"Mungkin sudah waktunya aku meminta bantuan orang itu." gumam Nagato akhirnya.
.
.
.
Ino bagun dari tidurnya. Menatap arah samping,
Ada Sai disana.
Tidur bersama dirinya.
Dia tahu dia selalu menjadi pelampiasan nafsu Sai, karena pria itu hanya menatap satu wanita.
Naru.
.
Dari postur, mereka banyak kesamaan, tapi pesona Naru tak bisa ditandingi.
Aura agung yang melingkupinya membuat dia segan sekaligus iri,
Bukan iri ingin menghancurkan.
Hanya iri dengan alasan positif.
.
Dia tahu yang dilakukannya bersama Sai adalah hal yang dilarang di karavan,
Tapi rasa cintanya pada Pangeran kerajaan Konoha itu tak bisa dianggap remeh.
Dia begitu mencintai Sai.
Pria yang menariknya dari jurang kesengsaraan.
Dulu. Dia bukanlah penari terbaik di karavan,
Dia hanyalah budak pelarian.
Saat dia sekarat, Sailah yang menolongnya.
Dia berhutang nyawa, dan berjanji akan membalasnya suatu hari nanti.
Tapi hutang itu berubah menjadi cinta,
Dia tak masalah meski harus jadi pelampiasan setiap saat.
"Pangeran, bagunlah. Ini sudah siang,"
Ino mengguncang tubuh Sai lembut.
Pria itu membuka mata, menatap Ino sebentar dan membuang nafas lelah.
"Bersihkan dirimu Ino. Bukankah malam ini kau akan tampil lagi? Kakimu sudah sembuh bukan?"
Wajah Ino bersemu merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crown - 宝座 [END]
FanfictionYang dia lakukan hanyalah berkorban untuk keluarganya meski harus meninggalkan orang yang dia cintai. Statusnya yang merupakan seorang putri dia buang demi keluarganya. Membiarkan kekasih hatinya menganggap dirinya tiada. Semua karena perebutan taht...