"Jenderal?" panggil Obito,
"A- Maaf. Kami tengah menyelidiki kasus pencurian besar dikediaman salah satu pejabat, dan karavan Anda menjadi salah satu tersangka,"
"Hooo... Kenapa bisa karavanku?" tanya Mei tanpa rasa takut,
"Kami akan mengecek semua anggota Anda. Karena dari kesaksian salah satu penjaga, dia berhasil melukai satu dari banyaknya pencuri. Jika salah satu orang karavan Anda terluka dipunggung karena pedang. Maka kalian akan diintogasi,"
"Rin. Panggilkan mereka semua," perintah Mei.
Rin yang tengah menatap Obito tak suka itu langsung mengangguk gugup.
.
Selama menunggu Kakashi terus menatap Mei, entah kenapa dia merasa kenal. Apa mungkin karena namanya mirip dengan calon istrinya dulu?
"Apa ada yang salah dengan pakaianku Jenderal?"
"Tidak!" jawab Kakashi tegas, memalingkan wajahnya.
Apa yang difikirkannya?
"Silahkan Anda cek semua anak asuhku sampai puas," ujar Mei membuyarkan lamunan Kakashi.
Jenderal itu menatap satu per satu anggota karavan milik Mei dan mengerutkan dahi,
"Disini mengatakan jika jumlah anggota yang dimiliki Anda ada 15 orang, dan kenapa hanya ada 14?"
Mei mengulum senyum dibalik cadarnya, "Anggota ke-15 adalah Umino Iruka yang saat ini tengah pergi," jawab Mei,
Kakashi menatap Mei tak percaya.
"Baiklah. Kami hanya akan memerikasa sebentar setelah itu pergi," ujar Kakashi mengalah.
Mei mengangguk.
Dia sengaja tak memasukan nama Naruto kedalam anggota karavannya karena takut hal seperti ini terjadi dimasa depan, dan firasatnya benar.
Naruto tak ada disini akibat kecerobohannya sendiri, benar-benar darah lebih kental daripada air. Kakak iparnya itu memiliki kesamaan dengan Naruto, sama-sama bertindak dengan insting tak memikirkan akibat kedepannya nanti.
.
"Baiklah. Karena tak ada hal yang mencurigakan kami pamit," pamit Kakashi,
"Silahkan datang lagi, tentu saja sebagai pengunjung," ujar Mei mengantar Kakashi sampai depan penginapan.
Rin membubarkan rombongan karavan, menatap Mei yang berjalan sempoyongan.
"Anda baik-baik saja?" Jiraya menahan lengan Mei yang terlihat kehilangan keseimbangan.
"Aku... Aku baik-baik saja," jawab Mei yang mencoba berdiri lebih tegak,
Dia bukan Namikaze Mei, dia Mei Terumi, dia harus bisa mengendalikan diri, bertahun-tahun dia memakai topeng yang sempurna, membangun tembok tinggi, dan sekarang hancur begitu saja karena seseorang dari masa lalu? Dia tak akan membiarkan hal itu terjadi.
"Tetapi..."
Mei menepis tangan Jiraya,
"Kau mengira aku lemah Jiraya?!! Aku bukan Naruto. Aku Mei, aku bisa menjaga perasaanku dengan baik. Aku tak akan pernah terbawa arus kerajaan!!" desis Mei,
Jiraya menunduk, tak melihat jika tubuh Mei terhuyung hingga akhirnya ambruk.
Wanita itu hilang kesadaran.
.
.
.
"Aku harus pulang. Ayame terimakasih sudah menolongku, dan berjanjilah untuk tak membocorkan ini semua pada orang lain," pinta Naruto yang sudah bersiap pergi,
KAMU SEDANG MEMBACA
Crown - 宝座 [END]
FanfictionYang dia lakukan hanyalah berkorban untuk keluarganya meski harus meninggalkan orang yang dia cintai. Statusnya yang merupakan seorang putri dia buang demi keluarganya. Membiarkan kekasih hatinya menganggap dirinya tiada. Semua karena perebutan taht...