Sasuke menghunuskan pedang pada Sai yang tengah duduk santai di kediamannya.
"Aku akan membunuhmu jika memang itu yang akan membuat rencana Naruto lancar,"
Sai mengulum senyumnya dan menatap Sasuke tanpa rasa takut,
"Kau berani menghunuskan pedang padaku padahal kau tahu statusku? Cukup berani," komentar Sai santai,
"Kau membuatnya begitu menderita. Maka aku tak peduli akan statusmu. Kau bisa jatuh cinta pada siapapun asal jangan Naruto."
"Dan siapa kau berani memerintahku? Dengar. Pangeran Agung tak akan pernah naik tahta meski aku mati sekalipun. Kudeta akan terjadi, dan aku mencoba menghentikannya dengan cara menjadi Putra Mahkota. Bukankah harusnya kalian berterimakasih?"
"Kau malah membuatnya semakin rumit Pangeran Sai!! Dan persyaratan macam apa yang kau berikan pada Naruto?! Aku tak akan pernah menerimanya!!"
"Itu hanya keinginanmu!! Semua keputusan ada ditangan Naru." ujar Sai tersenyum miring.
"Ahh benar... Akan kuberitahu sebuah rahasia. Ayahku, akan mati dalam waktu dekat ini." lanjut Sai.
.
.
.
Kushina menatap putra dan calon menantunya yang kini duduk dihadapannya.
"Jadi kapan kalian akan menikah?" tanya Kushina,
Kedua sejoli yang tak pernah akur itu saling bertatapan.
Keduanya tak menyangka jika sang ibu suri ini berkunjung ke kediaman Menma saat Sakura tengah berkunjung untuk menyusun rencana pembatalan perjodohan mereka.
"Tentu secepatnya!!" jawab Menma saat sang ibu menatapnya penuh harap.
Sial. Dia salah berbicara,
Lihat wajah cerah dan penuh harapan dari ibunya itu.
Sungguh. Dia tak ingin melihat ibunya berwajah kecewa.
"Kalau begitu ibu akan berkonsultasi dengan Tuan Orochimaru untuk penentuan tanggal."
"A..."
Sakura menatap Menma saat pemuda itu menggengam tangannya untuk tak mencoba protes.
"Tentu Ibunda. Aku akan selalu menerima keputusanmu,"
Kushina mengangguk senang.
"Ah benar. Waktu itu ibu melihat seseorang dengan mata mirip kakakmu, tapi wajahnya tertutup. Tapi ibu yakin dia begitu cantik, namanya Naru." jelas Kushina.
Ada raut bahagia disana,
"Naru?" beo Menma merasa tak asing.
"Dan juga ibu melihat Neji. Kau ingat? Pria yang merupakan kepala prajurit kakakmu. Dia masih hidup!!"
Menma mengangguk, "Naru? Ah iya aku ingat. Dia juga tengah dengan Sasuke-nii."
"Sasuke? Benarkah? Syukurlah. Ibu khawatir jika kematian kakakmu membuatnya terpuruk seperti Kakashi yang sampai sekarang belum juga ada keinginan menikah karena kehilangan cintanya."
"Kehilangan cintanya. Bolehkah hamba tahu kisah cinta Jenderal Kakashi Yang Mulia?" tanya Sakura antusias,
Menma menggelengkan kepala. Sekarang dia yakin, jika gadis disampingnya ini mengagumi Jenderal yang menjadi bujangan lapuk itu.
.
.
.
"Kepala Prajurit Sakumo memberi hormat pada Yang Mulia Putra Mahkota."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crown - 宝座 [END]
FanfictionYang dia lakukan hanyalah berkorban untuk keluarganya meski harus meninggalkan orang yang dia cintai. Statusnya yang merupakan seorang putri dia buang demi keluarganya. Membiarkan kekasih hatinya menganggap dirinya tiada. Semua karena perebutan taht...