10. Rafael dan Aristo

1.1K 110 13
                                    

  "Tha kamu buat kerajinan apa untuk tugas prakarya besok?" tanya Meysha di kantin saat jam istirahat.

Rere melirik tak menjawab karena memang pertanyaan itu bukan untuknya, ia hanya sedang ikut-ikutan nimbrung meskipun  membicarakan tugas prakarya yang harus dikumpulkan besok, dan dia tidak tahu apa-apa karena memang Rere tak sekelas dengan Meysha dan Athaya.

"Kaligrafi yang aku lukis menggunakan manik-manik di atas kertas karton!" jawab Athaya semangat.

"Briliant! Pasti kaligrafi surat al barokah ya?" Meysha menebak.

"Al baqarah! Bukan al barokah, hidupmu tuh gak barokah," sentak Rere greget.

"O iya tah haha," Meysha balas tertawa, Athaya pun ikut-ikutan tertawa.

        Esoknya para siswa kelas XI IPA 1(kelasnya Athaya) membawa hasil karya nya masing-masing, tak terkecuali Athaya dan Meysha. Terlihat yang paling mencolok itu adalah hasil karya Rafael, berupa lampion mewah berwarna hijau yang setiap sisinya dilukis berbagai gambar menggunakan cat lukis. Ya maklum orang berduit palingan juga ngebayar seniman, bikinin kerajinan buat tugas prakarya nya.

El menghampiri meja Athaya, semua orang tahu apa yang ingin ia perbuat pada gadis itu.

"Karya kamu jelek!" ejek Rafael sambil menarik kaligrafi Athaya dan membawa nya keluar.

"Rafael mau kamu apakan kerajinanku?" teriak Athaya sambil mengejar El.

"Akan kubuang sampah ini!" jawab El.

Meysha pun ikut mengejar Athaya "Heh kurang ajar kamu El!"sentak Meysha

"Jangan mendekat!atau aku buang benda ini," pinta El sambil tangannya ia ulurkan keluar balkon sekolah sambil memegang kaligrafi Athaya.

"Sepertinya aku harus belikan kamu hati El!" sentak Meysha.

"Buang aja El buang!" Januar mendukung.

Sebenarnya niat El memang hanya untuk bercanda saja, namun tidak lagi saat Gery dengan sengaja menyenggol tangan Rafael lalu membuat kaligrafi Athaya jatuh sungguhan, dan itu sudah menjadi bukan bercanda lagi.

 Rafael tidak tahu betapa susahnya bagi Athaya untuk membuat kaligrafi itu, butuh waktu dan cukup menguras uang jajannya, memang manusia berduit itu tak pernah menghargai usaha orang lain.

"Ay maaf maaf!" sesal El.

Athaya tak menggubrisnya ia langsung duduk lemas dilantai dan menangis.

"Tha kaligrafi kamu selamat!" seru Meysha.

Athaya langsung bangkit dan diikuti oleh El yang memastikan.

       Terlihat jauh dibawah seorang siswa yang mempunyai perawakan jangkung menatap keatas, tepatnya menatap Athaya. Hanya satu kata yang diucapkan Athaya sambil bibirnya merekah

'Aristo!'

Meysha dan El menatap Athaya bersamaan, mungkin dalam pikiran mereka mempunyai pertanyaan yang sama

'bagaimana bisa Athaya mengenal Aristo?'

      Athaya segera berlari ke bawah untuk mengambil kaligrafinya. Meysha tidak ikut, ia hanya memantau dari atas.

"Ar makasih!"

"Kamu bakal dapet nilai prakarya besar karena ini!" puji Aristo sambil masih mengamati benda itu.

Lalu ia melirik Athaya mengembalikan kaligrafinya dan mengusap dengan manja puncak kepala Athaya yang ditutupi rapi oleh jilbab.

"Jagain kaligrafinya supaya gak loncat-loncat lagi ke bawah balkon." Aristo tersenyum sambil berlalu.

"Makasih Ar!" ulang Athaya pada Aristo.

   Terlihat di atas balkon El memperhatikan mereka, menatap tak suka pada perbincangan antara Aristo dan Athaya. Kemudian El segera masuk kelas lagi karena Athaya sedang menuju ke sana juga.

"Tha maaf ya, tadi tuh aku cuman niat bercanda aja, tapi si Gery tuh yang nyenggol tangan aku." sesal El.

"Yang penting kaligrafi aku gak apa-apa," jawab Athaya tenang

"Huuuuu untung yang kamu kerjain Athaya, yang sabarnya selangit, kalo aku nih pasti aku udah jatohin kamu juga dari atas balkon," tegas Meysha.

"Nenek lampir dasar!" hina El sambil berlalu.

Jangan berhenti di part ini ya, karena ceritanya akan semakin lebih seru. Mkasih

Salam_IchaYuniar

          

About ATHAYA ✔#pastelwattpadseries Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang