11. Terimakasih lagi Aristo

1.1K 102 17
                                    

"Darimana kamu kenal kak Aristo Tha?" tanya Meysha pada suatu hari.

"Perpus!" jawab Athaya singkat karena ia sedang memakan bekalnya.

"Kamu beruntung!" seru Rere yang saat itu juga sedang ada di kelas Athaya dan Meysha.

"Emang dia itu siapa?" Athaya penasaran.

"Aristo Febian adalah cowok paling sempurna menurut aku, ya meskipun wajahnya gak seganteng si El sih. Tapi dia keren, mantan ketua osis, juara paralel, jago karate dan... Ketua seni lukis." jelas Meysha semangat.

"Tapi dia dingin, cuek, anti banget sama yang namanya cewek, sampe-sampe banyak orang yang berfikir bahwa dia itu gay. Tapi pendapat itu terpatahkan sekarang saat seorang Athaya berhasil kenalan sama ka Aristo!" tambah Rere.

"Sampe segitunya?" Athaya makin penasaran.

"Iya, menurut aku dia itu misterius, gak punya banyak temen, sering terlihat menyendiri, basecamp nya itu kalo nggak perpus, ya ruang seni nya. Kalo disapa sama cewek, mukanya itu datar, gak pernah ngeliat dia ketawa." Meysha bersabda.

"Gak pernah ketawa?aku pikir dia orang nya humoris, dia itu suka ngelucu gitu dan kita suka ketawa bareng." jawab Athaya sambil mengingat lagi awal pertemuan mereka.

"Oh ya? Sumpah kamu beruntung Tha!" teriak Meysha.

***
Saat pulang sekolah, Athaya berniat ingin ke kamar mandi. Ia berniat minta antar kepada Meysha, tapi gadis itu rupanya sedang buru-buru karena ada acara keluarga. Kemudian Athaya pergi ke kelas Rere

"Re anter ke toilet," ajak Athaya

"Sorry Tha, aku ada kerja kelompok sekarang."

"Oh gitu? Yaudah deh gak apa-apa," jawab Athaya

"Beneran Tha gak apa-apa?" tanya Rere

"Iya, aku bisa sendiri. "

"Yaudah kalo gitu, aku duluan ya." Rere berpamitan pada Athaya.

Akhirnya mau tidak mau Athaya ke toilet sendiri, bermodalkan nyali dan sesuatu yang tak bisa ditahan lagi. Athaya bergegas menuju toilet dan langsung memasuki salah satu kamar mandi, ia bahkan tak sadar ada seseorang yang memerhatikannya.

"Nginep kamu hari ini disitu! Rasain kamu dasar alien!" hardik Bianca sambil mengunci Athaya dari luar.

Sepertinya ia masih tak terima tentang kejadian waktu itu, lalu ia pergi meninggalkan Athaya.

Athaya menangis, berteriak, menggebrak-gebrak pintu yang berharap akan terbuka.

"Buka!! Siapapun buka pintunya!!"

"Aku mohon buka, aku takut!!"

"Umi, abi tolongin Athaya!!"

Athaya terus terisak, sampai tanpa sadar ia berteriak satu nama."ARISTO!!"

BRUGG!!

Tiba-tiba pintu terbuka dengan paksa karena dorongan keras dari luar, dan ternyata nama yang tadi diteriaki lah yang membukanya.

"Ar!"

Athaya tak sengaja memeluk Aristo, dan menangis dalam pelukannya. Aristo mengelus-ngelus punggung Athaya dengan lembut.

"Kamu kenapa kekunci?"

"Pintunya tadi rusak," jawab Athaya bohong tak mau masalah ini memanjang, sambil terbata-bata karena masih menangis

"Aku takut Ar!"

"Aku anter pulang ya." Aristo menyarankan.

Entah kenapa saat itu Athaya merasa tidak mau melepaskan pelukannya, dia merasa aman sekali saat seperti itu.

"Tha mending ikut aku yuk," ajak Aristo.

"Kemana? Ntar aku dimarahi Kak Zahra."

"Kalau gitu biar aku minta izin sama kakak kamu lewat telfon ya." Athaya mengangguk.

*****

Dan ternyata Aristo mengajak ke monas sore itu, impian terbesar Athaya dan salahsatu tujuan Athaya pindah ke Jakarta adalah untuk melihat monas, dan impian itu terwujud karena Aristo.

"Ar kenapa kamu ajak aku kesini?" tanya Athaya

"Apa yang kamu rasain sekarang?" Aristo nanya balik.

"Seneng banget Ar!"

"Ya itulah tujuan aku," jawab Aristo lembut.

"Makasih makasih makasih makasih Aristo Febian!!aku seneng banget hari ini!!!" teriak Athaya girang.

Jujur semenjak ia pindah ke Jakarta baru sekarang ia merasakan kebahagiaan sesungguhnya, dan itu berkat Aristo.

"Jangan bilang makasih terus Tha," seru Aristo.

"Kenapa?"

"Aku jadi berasa kayak pahlawan."

"Yaudah gak apa-apa Ar, berasa kayak pahlawan aja seterusnya," seru Athaya.

"Ahahaha ok ok Tha!"

Mereka di monas sampai malam, sekitar sampai jam tujuh mereka baru pulang.
Saat itu adalah saat dimana Athaya mematahkan teori orang-orang bahwa Aristo adalah cowok paling cuek dan dingin. Athaya merasa beruntung saat itu karena dialah wanita satu-satunya yang merasakan sisi lain dari seorang Aristo.

"Ar kenapa sih kamu mau temenan sama aku?" tanya Athaya saat mereka sedang di mobil sedan milik Aristo yang saat itu sedang menuju pulang.

"Aku pengen ngerasain temenan sama alien," canda Aristo,

memang di sekolah Athaya terkenal dengan sebutan alien, alasannya pasti kamu udah tahu sendiri. Karena Athaya adalah satu-satunya siswi yang berjilbab, dan berbeda.

"Haha oh gitu, terus gimana rasanya?"

"Rasanya takut," jawab Aristo

"Kenapa takut?"

"Ia takut, takut bakal ditinggalin ke planetnya naik ufo."

"Haha nggak ko aliennya udah menetap di bumi."

"Oh syukurlah."

"Hahahah." mereka tertawa bersama, memang gak jelas tapi asalkan bisa buat bahagia.

Akhirnya mereka sampai di kostan Athaya, Aristo tidak seperti Rafael yang mengantar Athaya hanya sampai depan gang kostan. Namun Aristo mengantar sampai dia bertemu dengan Kak Zahra untuk memastikan agar Athaya aman.

"Malem kak," sapa Aristo

"Malam, gak masuk dulu?" tanya Kak Zahra.

"Yang pasti Athaya aman, saya tenang kak. Saya mau langsung aja," jawab Aristo tenang

"Kalau begitu makasih ya udah mau antar Athaya."

"Iya kak sama-sama."

Bagaimana part kali ini? Semoga makin meningkat yah. Aku doain semoga kalian punya kuota terus supaya teris bisa baca story aku hehe

See you😍😍

Salam_IchaNissa

About ATHAYA ✔#pastelwattpadseries Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang