41. Terbongkar

876 48 9
                                    

Hai hai hai,, gak tahu kenapa aku kayak berat gitu tamatin cerita ini. Ngeliat pembaca juga yang masih sedikit rasanya pngen memprpanjang part gtu.

Tapi no problem aku bakal ttep namatin cerita ini, dan insyaallah bikin sekuel about Athaya nantinya. Jangan ketinggalan ya, 😂😁😀

Happy read_

Waktu sudah menunjukan pukul empat sore, tiga jam setelah Athaya memutuskan untuk tidak pergi menemui Rafael di taman. Athaya masih saja berdiam di rumah Meysha, Ia hanya tidak ingin jika dia di rumah, Athaya akan mengingat Rafael lagi.
Athaya sudah sepakat dengan hatinya bahwa ia tidak akan lagi mempercayai Rafael, mungkin saja anak itu hanya menjadikan Athaya sebagai insting playboy nya yang identik tidak puas dengan satu wanita.

Namun tak lama kemudian, kak Zahra menelpon Athaya agar ia segera pulang ke kostan, dari nada bicara Kak Zahra tadi, sepertinya Kak Zahra sedang marah. Dalam pikitan Athaya mengapa jam segini kakanya itu sudah pulang?

Athaya segera berpamitan pada Meysha, dan segera pulang ke kostan, walaupun saat itu diluar sedang dalam keadaan hujan cukup lebat.

****

"Kamu dari mana aja dek?" bentak Kak Zahra.

"Ak...aku dari Meysha kak, kakak tumben pulang jam segini?"

"Tadinya kakak pulang cuman ngambil uang, tapi kakak ngeliat Rafael ujan-ujanan di taman, dan ternyata dia lagi nunggu kamu yang gak dateng-dateng. Kamu malah enak-enakan main di rumah Meysha." Kali ini Kak Zahra benar-benar terlihat marah.

"Kalau kamu gak bakal dateng, harusnya kamu kabarin dia. Anak orang kamu bikin sakit, kakak gak pernah ngajarin kamu kayak gini loh dek," tambah Kak Zahra.

Athaya hanya bisa terdiam merutuki kesalahannya, benar kata Kak Zahra harusnya dia menghubungi Rafael jika ia memang tidak akan datang. Alhasil Athaya hanya bisa diam saja karena memang ia yang salah, Athaya pikir Rafael tak akan menunggunya selama itu.

"Te...terus El sekarang dimana kak?"

"Kamar kamu, kakak udah kompres dia dari jam tiga tadi. Dia nunggu kamu lebih dari satu jam Athaya!"

"Ma..maaf kak," ucap Athaya.

"Minta maaf sama Rafael, kamu gak punya masalah sama kakak."

Athaya membuka kamarnya dengan pelan takut mengganggu istirahat Rafael, Athaya menatap Rafael lekat yang terlihat pria itu sedang berbaring, sambil sebuah kain hangat menempel di jidatnya untuk menurunkan panas tubuhnya. Pria itu tampak lelah, dan kedinginan.

"Rafael," ucap Athaya serak menahan tangis.

Rafael membuka matanya, dia melirik kearah Athaya lalu tersenyum bahagia.
"Hey, kamu udah pulang?"

"Harusnya kamu pulang saat aku gak dateng," ungkap Athaya.

"Aku takut kalau aku pulang, kamu dateng Ay," jawab Rafael.

"Minimal kamu berteduh kek, supaya gak kehujanan."

"Kan aku ngajak ketemuan nya di taman Ay, " jawab lagi Rafael.

"Maaf, aku pikir..."

"Aku ngerti kalau kamu gak mau lagi ketemu sama aku Ay," potong Rafael.

"Bukan gak mau, aku takut aja."

"Aku ngerti kok Ay, yang penting kan sekarang ada kamu. Jadi aku bisa bilang semuanya."

"Kamu mau bilang apa El?" tanya Athaya.

Rafael merogoh saku celananya, ia memperlihatkan sebuah kotak kecil berwarna biru dongker dan membukanya. "Would you marry me? "

Athaya tersentak oleh kalimat itu, air mata tak terasa jatuh mengukir satu garis di pipinya. Ada apa dengan Rafael? Kenapa ia tiba-tiba melamarnya?

About ATHAYA ✔#pastelwattpadseries Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang