13. Rahasia secret room

1K 87 4
                                    

Sudah lama Athaya tak berkunjung ke secret room nya, semenjak ia begitu sibuk berbahagia karena sudah hampir setengah semester ia dekat dengan Aristo.

Meskipun El masih cari gara-gara pada Athaya, tapi semakin lama Athaya sudah mulai terbiasa pada keadaan yang terkadang mengharuskannya untuk menangisi El, namun tetap saja meskipun Aristo adalah kebahagiaannya, Rafael masih menjadi cintanya. Mungkin tuhan menciptakan hati untuk Athaya lebih kuat dari biasanya, sehingga dia tetap kokoh meskipun berapa ratus kali El mencoba meruntuhkannya.

Hingga pada suatu hari, saat pulang sekolah Athaya berniat mengunjungi secret room nya itu, tanpa ditemani oleh siapapun.

Athaya membuka pintu perlahan yang membuat suara decitan pintu terdengar lebih lama. Senyum Athaya tersungging saat ia membayangkan betapa tempat ini merupakan saksi bisu kesedihannya, tangisannya, saat orang lain menganggap dirinya baik-baik saja padahal ia memuntahkan semua airmatanya disini.

Athaya  melihat sekeliling, dan tampak semuanya masih sama, kecuali....

"Apa itu?"

pandangan Athaya tertuju pada kain hitam yang sepertinya menutupi sesuatu, Aya mendekat.

"Kenapa ditutupi kain hitam ya?" tanya Athaya tanpa menunggu jawaban dari siapun.

Perlahan Athaya menarik kain hitam itu, dan sedikit demi sedikit bentuk benda yang sepertinya sengaja ditutupi itu mulai terlihat, dan akhirnya..

Athaya melongo, bibirnya membentuk O sempurna. Dan tak terasa genangan air mata sudah memenuhi pupil matanya.
Benda itu ternyata sebuah lukisan yang sudah selesai, lukisan dirinya dengan kaki tertekuk yang di peluk kedua tangannya, kepalanya yang ia tidurkan pada lutut sambil berlinang air mata.

"Siapa yang melukis ini?siapa yang melukis aku dengan gaya seperti ini? Gaya yang hanya aku lakukan ditempat ini? Dan aku yakin tidak ada yang melihatnya.!" hati Athaya bertanya-tanya.

Ia meraba lukisan itu, menatap detail disetiap warna nya. Dan ternyata dibagian bawah terdapat satu kalimat quotes dengan tulisan tangan seadanya.

'Dialah kebahagiaanku,maka aku harus membahagiakannya!aku mencintainya! ~Aristo'

Athaya tersungkur lemah, jantungnya berdetak sangat kencang, air mata sudah membasahi pipinya saat itu. Dan yang ada dipikirannya hanya satu, ARISTO!!

Athaya mundur, dan berbalik lalu berlari mencari sosok yang ingin ia temui, semoga Aristo belum pulang.

"Ar!.. Ar!" teriak Athaya dari kejauhan saat melihat Aristo akan membuka mobilnya berniat untuk pulang.

Aristo menoleh, terlihat senyumnya yang manis terbentuk.

"Ar!!" ulang Athaya yang saat itu sudah berhadapan dengan Aristo, dengan masih dihiasi air mata di pipinya. Perlahan senyum Aristo memudar saat melihat Athaya berairmata

"Kamu kenapa Tha? Siapa yang buat kamu nangis?" tanya Aristo panik sambil memegang bahu Aya.

"Kamu yang buat aku nangis,"

"Aku? Kenapa?"

"Ikut aku!" pinta Athaya menarik tangan Aristo menuju ruangan itu.

"Aku gak akan bertanya, aku nunggu kamu jelasin sendiri, " tegas Athaya saat mereka sudah berada diruangan itu sambil menghadap pada lukisan tadi.

"Siang itu aku lagi melukis, disini. Karena ini adalah ruang senirupa, aku berada dibalik lemari itu. Tiba-tiba ada orang yang membuka pintu, dan menangis disitu." telunjuk Aristo menegak kesatu arah.

"Aku gak mau ganggu dia, karena aku tahu dia lagi butuh sendiri, jadi aku ciptakan suasana seolah dia memang sendirian. Darisitu aku melukis kamu, saat aku pertama melihat kamu aku jatuh cinta," jelas Aristo

"Mungkin kamu mengira pertemuan pertama kita di perpus, nggak Tha. Kita pertama ketemu di sini, pertemuan pertama tanpa kamu ketahui," tambah Aristo.

Athaya diam sejenak lalu berkata.
"Jadi ini adalah ruang senirupa?"

"Pantesan kamu tahu waktu itu, bahwa aku emang suka nangis tiap hari, terus kenapa kamu gak bilang?" tanya Athaya.

"Kalau aku bilang, aku mungkin gak akan pernah tahu kesedihan kamu Tha. "

"Aku gak bakal tahu kalau kamu suka bohong, kamu bohong kan waktu di perpus kalo kamu nangis karena keluarga? Kamu juga bohong tentang kekunci di toilet itu kan?" Aristo membongkar semuanya, semua rahasia terbongkar ditempat itu.

"Maaf Ar aku gak bermaksud bohongin kamu."

"Gak apa-apa Tha, aku ngerti."

"Dan mungkin inilah saatnya kamu untuk tahu semuanya Tha, sorry ya aku gak cerita. Aku cuman pengen ngerasa hidup di dunia kamu," tambah Aristo

"Kamu tahu tentang El?" tanya Aya.

"Hmm. Orang yang paling kamu cinta, meskipun dia adalah orang yang paling jahat," timpal Aristo.

Jujur Athaya sangat malu, mengingat ia selalu menangis di tempat ini seperti anak kecil, yang merengek dan pasti saat itu ia tidak mengontrol wajahnya!!

ATHAYA BODOH!!

Kenapa saat itu ia tidak kepikiran bahwa ruangan ini memang bertuan, dan merupakan ruang senirupa. Harusnya dia sudah tahu betul saat dia melihat banyak alat lukis di sana.

"Sekarang kamu udah tahu perasaan aku," ucap Aristo

"Tha, jadi Athaya ku ya!" Pinta Aristo nembak Athaya.

Athaya kaget, ia tak tahu harus berkata apa. Ia memang bahagia saat bersama Aristo, tapi...hatinya?

"Jangan dijawab sekarang,"

"Terus kapan?" tanya Athaya heran.

"Bulan depan, saat aku udah selesai UN, supaya pikiran aku lagi fokus sama kamu. Nanti aku tanya kamu lagi," jawab Aristo.

"Hmmm." Athaya mengangguk mengerti.

***
 

Guys nantikan part selanjutnya ya, dan ditunggu masukannya. Terimakasih sudah membaca sampai part ini :)

About ATHAYA ✔#pastelwattpadseries Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang