17. Shinjuku

24.1K 3.2K 21
                                    

Pagi ini kami semua berada di stasiun untuk menuju Shinjuku. Tama mewanti-wanti jangan sampai kami terpisah. Ibu yang punya anak kembar minta tolong ke gue supaya menuntun anaknya yang pertama. Jadi keluarga ini bawa tiga anak, anaknya yang pertama laki-laki namanya Adam. Terus yang kembar di tuntun sama ayah ibunya.

Untungnya anak itu mau gandengan sama gue.

Di dalam kereta gue fokus sama si Adam yang lagi duduk di depan gue. Gue berdiri aja biarin, udah biasa. Adam sibuk sama ponsel ayahnya untuk main game.

Tiga hal yang biasa dilakukan saat berada di transportasi umum: tidur, membaca, main ponsel. Tapi semua dilakukan tanpa suara. Tenang gitu. Gak ada yang ngobrol heboh kayak pas gue naik Transjakarta.

 Gak ada yang ngobrol heboh kayak pas gue naik Transjakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue bisikkin Adam supaya dia ngecilin volumenya. Terus dia nurut. Gue suka nih anak yang nurut, hahaha.

Adam menepuk tangan gue, "Tante gak mau duduk? Nih gantian sama Adam." Ucapnya sangat pelan.

Gue tersenyum takjub, "Gak apa-apa, Adam aja yang duduk manis disitu."

"Tapi Adam kan laki-laki, jadi Adam yang harus berdiri. Tante Hani kan perempuan, jadi tante yang harus duduk." Haduh pengen gue bawa pulang aja nih anak. Gemes banget.

"Jangan berisik, Dam. Tante kan sudah besar, Adam masih kecil." Bisik gue. Adam lalu cemberut manyun. Gue nahan ketawa sebisa mungkin.

Gue bisa dengar pengumuman kalau kita sudah tiba di stasiun Shinjuku. Karena Shinjuku tuh luas banget, gue gak mau jalan sendirian lagi karena masih takut kesasar. Makanya gue bawa si Adam kemana-mana supaya gue juga selalu bareng sama rombongan.

Ibunya Adam menghampiri gue, "Mba Hani saya minta tolong yah jagain Adam. Maaf ngerepotin Mba Hani jadinya."

Gue mangangguk, "Ya, Bu. Gak apa-apa, saya seneng Adam nurut anaknya. Tapi ini saya mau keliling sebentar mau beliin titipan teman kantor, gak jauh dari sini sih. Adam ikut sama saya gak apa-apa, Bu?"

"Sama tante Hani jalan-jalan mau?" Tanya ibunya.

"Mau!" Sahut Adam semangat.

"Tapi gak boleh nakal ya? Mama jagain adek-adek disini. Adam pegang tangan tante Hani terus ya?"

"Siap!"

"Ini Mba Hani pegang, kalau Adam mau jajan, pakai uang ini aja." Ibunya Adam memberikan gue selembar uang. Gue menerima uang itu lalu menuntun Adam menuju toko kosmetik yang dimaksud Tara.

"Adam udah sekolah belum?" Tanya gue.

"Udah naik kelas dua tante." Anak ini kalau jawab pertanyaan gue semangat banget. Beneran deh bikin gemes.

"Kalau adek-adek?"

"Zhafiya sama Zaskiya kata mama belum boleh sekolah. Masih kecil."

"Enak gak punya adek kembar?"

TOKYO, The Unexpected GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang