22. Jinrikisha (Becak-becak Jepang)

23.2K 3K 30
                                    

Tama mengajak gue ke tempat Raffi Ahmad sama Yuni Shara pernah naik becak tradisional Jepang. Itu lho, becak yang pakai tenaga manusia, ditarik gitu supaya bisa jalan becaknya. Kata Tama namanya Jinrikisha, tapi gue mah maunya nyebut becak-becak Jepang aja!

Mana? Katanya mau ngajak gue ke tempat yang proper buat ngdate?! Seproper naik becak doang elah!

Sejauh ini dia bener-bener gak gandeng gue. Tapi dia selalu berpesan supaya gue jalan di samping dia. Pokoknya sejak gue kesasar malam itu dia jadi kayak parno ninggalin gue sendirian.

Baik Tama maupun gue belum buka suara banyak-banyak kecuali cuma basa-basi gak penting. Gue sendiri masih sibuk berpikir tentang apa alasan dia bisa tertarik sama gue. Oke sih gue tau dia baru bilang tertarik, sama kayak waktu gue pertama liat dia yang gantengnya gak ketolongan. Tapi gue tetap aja bingung, cuy!

"Ikubaru-san!" Panggil seseorang.

Tama menoleh pada orang yang tampilannya udah kayak ninja. Gue pengen ngakak sebenernya liat ada temennya Naruto- eh maksudnya orang yang penampilannya kayak nija gitu.

"Ohayou gozaimasu, Toshiro-san!" Jawab Tama sambil membungkuk.

Terus mereka asyik ngobrol berdua. Gue kayak kambing congek disini elaaah.

Gue memutuskan untuk mundur selangkah memberi mereka ruang untuk ngobrol. Tapi saat itu tangan Tama menahan tangan gue.

"Mau kemana?" Tanya dia.

"Lagian asyik banget ngobrolnya. Saya gak ngerti kalian ngomongin apa." Jawab gue bete.

Lagi-lagi Tama mengalungkan tangannya ke pundak gue. Terus dia bicara seperti mengenalkan gue sama ninja di depan ini.

"Suramat pagi.. Nama seuya Toshiro Yuuga." Katanya ramah dalam bahasa Indonesia seadanya sambil membungkuk sopan pada gue.

"Selamat pagi. Nama saya Hani." Jawab gue ikut membungkuk.

Tama kembali bicara sama si Toshiro. Gue cuma bisa sok merhatiin mereka padahal gue gak ngerti sama sekali.

"Dia nawarin kita naik." Ucap Tama.

"Naik itu?" Gue menunjuk becak Jepang itu pakai bibir.

Tama masih betah rangkul gue. "Iya. Yuk?"

"Emangnya kalau mau naik harus pake rangkul-rangkul gini?" Tanya gue ketus.

Dia terkekeh setalah itu. "Yaudah maaf. Buruan naik."

Tanpa babibu lagi gue naik tuh ke becak Jepang dibantu sama Toshiro. Lalu Tama menyusul dan duduk di samping gue. Toshiro mulai memposisikan dirinya siap untuk menarik becak ini membawa kami keliling.

"Proper date dari Hong Kong! Cuma naik becak gini!" Sindir gue ketus.

Tama menarik pipi gue, "Kan bedaaaa... ini di Jepang."

Gue menepis tangannya dari pipi gue, "Apaan beda? Sama aja kayak saya naik delman di monas!"

Dia hanya tertawa ganteng menanggapi gue.

"Kamu tadi ngomong apa sama dia?" Tanya gue.

"Dia tanya ke saya kamu siapa." Jawabnya.

"Terus kamu jawab apa?"

"Saya jawab kamu pasangan saya."

"Kok gitu?"

"Soalnya kalau datang sama pasangan jadi gratisaaaawww-" Pekik Tama kesakitan setelah gue cubit lengannya. Beneran gue cubit, bukan yang gregetan atau semacamnya.

TOKYO, The Unexpected GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang