Semalam gue gak bisa tidur nyenyak karena Vivi memborbardir gue dengan sejuta pertanyaan tentang apa yang terjadi di minimarket ketika dia lagi balik ke hotel. Tentang obrolan kampret-kampret mengenai tarif jablay semalam itu masih belum gue bocorkan. Jadi gue hanya bisa menjawab pertanyaannya Vivi kalau majalahnya gak jadi gue beli karena kepergok Rama. Terus gue tengsin lah, sok jual mahal.
Pagi tadi setelah gue menerima morning call, gue bisa dengar pintu kamar hotel gue diketuk berkali-kali.. Ketika gue buka, Tama lagi berdiri ganteng disitu. Gue mendecak sebal karena, cuuuuy, ini masih jam enam pagi! Dan dia segitu niatnya ngajak gue sarapan bareng.
Untungnya gue sudah mandi.
"Yuk?" Ajaknya.
Sebenernya gue kurang nafsu sarapan di hotel. Tadinya gue mau makan pop mie aja di dalam kamar sambil liat mobilitas orang-orang Jepang saat pagi hari dari jendela. Tapi si ganteng sudah seniat ini, masa gue anggurin? Sayang ih. Tanpa menjawab gue mengikuti langkahnya ke bawah.
Terus lagi-lagi deh, menunya bikin gue lesuuuuu. Gue lihat keluarganya Adam masih tetep makan disitu tapi yang diambil nasi doang terus mereka makan pakai abon yang dibawa dari Indonesia.
"Saya mau makan pop mie aja deh di kamar." Ucap gue gak semangat.
Tama tampak berpikir. Gue sih terserah dia mau ikutan makan pop mie atau nggak, yang jelas gue males makan di hotel.
"Ikut saya, yuk?" Ajaknya.
"Kemana?"
Dia gak jawab apa-apa. Langsung menyambar tangan gue untuk keluar hotel yang... sumpah rame banget sama orang yang mau kerja. Orang Jepang tuh gokil banget deh jalannya buru-buru.
Tama menuntun gue ke minimarket yang semalam gue datangi. Gue menghentikan langkah dan membuatnya menoleh.
"Mau ngapain kesini?" Tanya gue khawatir.
"Sarapan lah."
Gue masih menatap mukanya dengan penuh tanya. Gue masih tengsin loh semalam ketauan lagi megang anu. Terus dia ngajak gue kesini supaya gue keinget terus gitu?
"Masuk dulu!" Paksanya sambil menyeret gue yang ogah-ogahan.
"Gak mau ah! Kamu sengaja banget ngajak saya kesini lagi." Rengek gue masih ogah-ogahan.
Tama gak menghiraukan. Gue disuruh duduk di salah satu meja disitu dan menunggu dia yang lagi sibuk ngambilin makanan. Sampai ketika dia balik lagi nyamperin gue, gue masih malu mengingat adegan semalam.
"Saya gak ada masalah sebenernya kamu mau beli konten begituan. Sudah biasa disini."
"Konten apaan siiiih?!" Gue kesel, ampun dah!
Dia terkekeh, "Bercanda. Nih makan dulu. Ini isinya tuna, yang ini sayuran. Kamu mau minum susu atau kopi?" Katanya sambil memberikan gue dua potong onigiri. Terus gue keinget Bayu pernah ngajarin gue satu kalimat.
"Anata wa miruku o motte imasu ka (apakah kamu punya susu?)?" Gue mencoba mengucapkannya sehati-hati mungkin. Takut salah arti.
Tama terkekeh mendengarnya. Haduh salah kali yak? Nanti susu yang dimaksud susu itu jangan-jangan. Tuh! Emang otak lo aja Haniii yang isinya begituan!
"Yang ngajarin kamu Bayu ya?" Tanya dia.
Gue mengangguk. "Bener gak artinya?"
"Tunggu sebentar saya ambilin susunya."
"Susu sapi lho ya!" Tekan gue.
Enak banget lo, Hani! Udah kayak Puteri Raja dilayani begini.
Begitu Tama kembali, dia duduk di depan gue. Terus membuka onigiri isi tuna miliknya yang langsung dimasukkan ke mulut sampai penuh. Tujuannya apa makan begitu? Keselek aja baru tau rasa!
KAMU SEDANG MEMBACA
TOKYO, The Unexpected Guy
ChickLitSebagai seorang backpacker, Hani sudah tidak asing lagi dengan yang namanya liburan. Gadis itu berharap di tengah hiruk-pikuknya kota Tokyo dia dapat menyelesaikan misi rahasianya . Tapi justru saat liburannya ke Jepang, dia menemukan perbedaan dari...