Part 12

355 23 0
                                    

Tibalah sebuah kota yang sangat terkenal, kota ini benar-benar indah, bahkan fatwa sendiri hanya bisa melihat kota ini dalam google, atau semacamnya. Tapi untuk kali ini kota ini berada di tapakan kakinya. Ya ia berada kota ini sekarang ,kota yang tidak pernah ia bayangkan ia akan berada disini. Menempuh pendidikan yang lebih tinggi. New york adalah ibu kota amerika , banyak sekali pusat pembelanjaan disana, kotanya ramai dan tidak kalah pula touris yang berada disini, pria dan wanita bule berlululalang dijalan. Mungkin jika diindonesia mereka akan menhadi pusat perhatian bagi masyarakat indonesia.

Tibalah mereka disebuah apartement, gedungnya cukup tinggi, dan bertingkat.

" hello, Mr. James " james tersenyum dan menoleh kearah receptionis itu. Bagaimana bisa? Padahal mereka baru saja tiba, mereka disambut dengan baik disana.

James lalu memesan dua kamar untuk mereka berdua, namun sayangnya hanya tersisa satu kamar, tidak mungkin mereka akan mencari apartement terlebih dahulu, pastinya mereka membutuhkan istirahat yang lebih hari ini.

"Okey, if so take that one room" dengan senyum manisnya receiptionist itu memberikan kunci kamarnya pada james ,

" james, apa yang kau lakukan? Kita tidak mungkin tinggal satu kamar, !! " james berhenti dan mencoba menjelaskan pada fatwa bahwa tidak pilihan lain.

Fatwa tetap kekeh dengan pilihan nya, bahwa ia tidak mau satu kamar dengan james,

"Okey, fatwa diruangan itu besar, bagian kamar separuhnya akan menjadi tempat tinggalmu, dan bagian depan akan menjadi tempat tinggalku, bagaimana , come on dont make me waiting.. !! " fatwa menyetujuinya ,dan mereka masuk keapartement itu tandanya karena konci aparyement hanya satu jadi mereka harus saling menunggu dan tentunya akan pulang bersama. Mungkin ini adalah hal menyenangkan untuk james tapi tidak dengan fatwa hatinya terus diselimuti rasa takut, bagaimana bisa ia satu atap dengan laki-laki yang bukan suaminya.

" aku akan menaruh pakaian ku, biarkan aku yang menata pakaianmu.. " james tersenyum dan mengeluarkan pakaiannya yang tidak sedikit itu.

"James ,kau membawa semua pakaian ini? " ujar fatwa sedikit membelalakan matanya melihat begitu banyak barang yang james bawa. Mereka saling berbagi tempat, untuk menaruh pakaian, sepatu, tas, alat mandi ,makanan, dan sebagainya. James sendiri tidak keberatan jika harus berbagi dengan wanita itu.

"Ayolah.. Kita disini bukan untuk beberapa bulan, tapi 4 tahun fatwa, "

Sedikit mengerutkan kening fatwa, ia lupa bahwa mereka akan tinggal cukup lama di negara ini, negara yang bebas,

Tok..tok..tok..

James membuka pintu kamar itu
" good afternoon Mr. james there is a tablet for you, if you need something " ( selamat sore mr.james disana ada tabs untuk anda, jika anda membutuhkan sesuatu )

"Oke, thank you "  lalu pelayan itu pergi, dan james tidak menutup pintu itu kembali. Ia keluar, dan berbicara pada seorang wanita yang rupanya berasal dari indonesia juga.

" ya kau benar, bagaimana pekerjaanmu? "

"Tak ada perubahan masih sama " ucap wanita itu dan merangkulkan kedua tangannya di leher james. Tingkah mereka seperti biasa, tak ada yang janggal,  apa wanita itu adalah kekasih james, fatwa tidak perduli tapi ini pasti akan sulit untuk fatwa jalani, sebuah kehidupan yang berubah 180° . sangat berbeda.

"James , jika kau lapar aku telah menyiapkan makanan untukmu " james bergerak cepat melepaskan tangan wanita itu, ia tidak ingin fatwa berfikir buruk tentang dirinya.

"Who james ? Apa dia istrimu? " james hanya terdiam dan kembali masuk ke kamarnya.

Ia mencari sosok fatwa  yang ia tidak dapati diruang makan, lalu ia mendengar seseorang bernyanyi, ahh bukan tepatnya mengaji. Dibalik pintu james berdiam. Hatinya terasa damai mendengan pelafalan al-quran. Lalu james masuk dan tidak sengaja melihat wajah asli fatwa , karena fatwa sholat tidak memakai cadarnya. Fatwa sedikit kaget, wajahnya memerah karena mungkin baru james laki-laki pertama yang melihat wajahnya saat ini. Bahkan sejak kecil ia sudah memakai cadar.

"Ma.. Maaf aku tidak tahu kalau "

"Katakan james, ada apa?" wanita itu memalingkan sedikit wajahnya, james terdiam betapa kagumnya dia, wajahnya begitu cantik yang selama ini ditutupi oleh balutan jilbabnya yang besar , bersih dan bercahaya, alisnya hitam polos tanpa make up, bibirnya merah muda, hidungnya macung dengan wajah yang tirus dan dagu panjangnya.

Ia sangat cantik, bahkan saat aku hanya melihat kedua bola matanya,
Ia begitu jauh lebih cantik ketika aku benar-benar melihat wajah aslinya dihadapan mataku..

"Kita bicara dimeja makan" fatwa mengangguk dan menatap punggung james yang keluar dari kamar itu.

-------

Adam yang sedang mengerjakan pr nya dikamar, aisyah yang sedang membantu uminya di acara tetangga dan fatima yang berdiam dikamarnya . membuat abi merasa kesepian, biasanya fatwa selalu menyempatkan bicara pada abinya itu, ia pasti memijit kaki abinya sambil bercanda pada abinya itu, menemani abinya menonton tv, membaca al-quran, dan berbagi pengetahuan.

Kini abinya tak mendapatkan itu, ia merasa kehilangan sejak fatwa tak ada dirumah , ia berharap anaknya akan memegang kata-katanya.
Semua tau bagaimana kehidupan di negara itu. Negara yang bebas, apalagi jauh dari pantauan otang tua. Jauh dari agama.

Dengan lelahnya abi azam menutupkan matanya, ia tertidur pulas seperti biasanya dijam segini, tak terasa satu bulan putrinya tak berada disampingnya. Sedang apa dia? Bagaimana keadaannya ia tak tahu, bagaimana abi azam bisa tenang? Sedikit penyesalan karena kejadian itu. Saat ia mengusir fatwa harusnya ia tak melakukan itu. Mungkin ini adlah jalan tuhan untuknya.

Allah pasti memiliki rencana yang lebih baik bukan? Abj azam hanya berharap dapat melihat putrinya kembali. Setidaknya menunjukan rasa bangga pada putrinya itu.

"Abi, abi masuk kamar aja kalo ngantuk, apa mau aisyah buatkan kopi? " ujar aisyah yang baru pulang

Abi menggelengkan kepalanya tanpa menyahut dan berlalu melangkah kekamar. Aisyah sedikit bingung dengan sikap abinya, wajahnya murung dan terlihat sedih.

" ada apa dengan abi ? "

Aisyahpun masuk kekamarnya, selama ini hanya aisyah yang berhubungan dengan fatwa disana. Fatwa ataupun aisyah sering menelpon, menanyakan kabar abi dan umi,

" hallo Assalamualaikum aisyah, ada apa?"

"Walaikumsallam fatwa, bagaimana kabarmu, percayalah aku sangat merindukanmu " ucap aisyah yang sebenarnya ingin menceritakan tentang abi azam padanya.

" insyaallah aku baik, bagaimana dengan kalian? "

Aisyah bingung kabar yang diberikan aisyah selama ini tentang abinya itu adalah bohong, ia tahu abinya tidak baik baik saja. Ada sesuatu dalam fikiran abinya.

"Fatwa sebenarnya .. "

"Aisyahhh.. " teriak umi, membuat fatwa langsung mematikan telponnya. Dan keluar dati kamarnya,

"Iya umii " jawabnya dengan langkah terburu-buru.

------

Kata kata aisyah menjadi beban untuk fatwa, apa yang ingin dibicarakan aisyah padanya , fatwa mencoba menghubunginya kembali namun tak ada jawaban ,

" ada apa fatwa? , "

"Tidak james, mari kita keruang praktek bedah "

Mereka berduapun keruangan itu, ruang dimana nyawa akan dipertaruhkan, ini adalah awal dari perjalanan mereka sebagai seorang dokter, walaupun mereka adalah dokter muda dan masih harus melanjutkan pendidikannya di negara ini. Tapi mereka sudah cukup mampu untuk menggunakan tenaga mereka dirumah sakit itu. Mereka menangani seorang anak gadis remaja yang terkena tumor dikepalanya.

Wajahnya cantik, bahkan cantik sekali, sayang jika ia harus meninggalkan dunia ini ,dengan sekuat hati dan tenaga mereka berusaha menyembuhkan atau setidaknya menyelamatkan nyawa anak ini terlebih dahulu.

Ruang operasi dibuka,

"Ya allah, hidup dan mati seseorang hanya engkau yang menentukan , tak dari kami yang mampu menentang takdirmu, berikan yang terbaik dari rencanamu pada gadis ini ya allah, hilangkan rasa sakitnya, karena kami tahu enggkau lebih tahu apa yang terbaik untuknya. "

Doa fatwa sebelum mengambil tindakan, james tersenyum mendengarnya, bahkan pada waktu seperti ini ia tidak lupa mengadu pada tuhannya.

Enjoy reading...

Who is Allah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang