Part 14

317 27 0
                                    


- jangan katakan apapun tentang apa yang kau mau, karena terkadang apa yang kau inginkan bukanlah yang terbaik untukmu,

Kilauan cahaya Ramadhan, menambah binar Dimata wanita itu. Menjalani ibadah puasa adalah hal terindah untuk fatwa,

- tidak ada manusia yang tidak bersyukur karena bisa menikmati bulan yang penuh berkah..

" James bangunlah, ini sudah pukul 08 pagi , apa kau tidak kerumah sakit? " ucap fatwa yang terus bersikeras membangunkan James.

Laki laki itu hanya membalikan tubuhnya di sofa tempat dirinya terlelap, matanya masih belum terbuka, tidak biasanya James belum bangun. Waktu berjalan tak terasa sudah hampir satu tahun setengah ia meninggalkan tempat kelahirannya. Rindu bukanlah menjadi satu satunya alasan mengapa ia belum kembali ke tempat itu. Sudah hampir 8 bulan juga ia tak mendengar kabar dari keluarganya . Menghilang seperti tertelan bumi. Fatwa mencoba menghubungi Aisyah, namun tak pernah ada jawaban. Kabar keluarganya pun ia tak tahu.

Hanya kabar terakhir yang menyakitkan yang ia dapat. Tentang laki laki yang ia harapkan menjadi penuntunnya, kini telah menjadi imam seorang wanita yang begitu beruntung mendapatkannya.

- assalamualaikum, fatwa, ini aku Ja'far

Ucapnya begitu lembut ditelpon milik fatwa.

" Walaikumsallam Ja'far, rupanya kau ingat juga denganku ,aku pikir kau akan melupakanku begitu saja " jawab fatwa dengan tawanya yang kecil.

" Bagaimana mungkin aku melupakan bidadari surgaku, " ujar Ja'far. Pipi itu kini merona ,mengukir senyum manis disudut bibirnya yang merah.

" Mengapa kau meneleponku Ja'far? " Pertanyaan dari wanita itu membuat Ja'far membisu , lalu dengan tenang ia menjawabnya.

" Apakah sebuah takdir Allah mampu ditentang fatwa? "

" Jangan menentang sebuah takdir yg diberikannya padamu, kau tau benar bahwa takdirnyalah yang paling indah "

" Walaupun takdir itu merenggut jiwaku? Apa aku harus tetap menjalaninya? "

" Percayalah ada makna dalam setiap kata, dan ada hikmah dalam setiap hal, Takan ada yang kau sia siakan ,apa kau mulai meragukan tuhanmu Ja'far? "

"Aku tidak pernah meragukannya, hanya saja ia telah membuatku bimbang pada kehidupan nyata didepan mata "

"Berharap lah padanya agar semua bisa seperti keinginanmu, namun jika tidak maka kau harus menjalaninya, mencoba mengartikan sebuah keikhlasan atas apa yang diberikannya
padamu  "

" Aku akan menikah fatwa " ucapnya yang membuat fatwa menyipitkan matanya, bulir bulir air mengalir, ia tahu bahwa ia tidak seharusnya berharap pada manusia. Dan mungkin ini sudah menjadi kehendaknya, dan tentunya adalah takdir.

" Benarkah? Ja'far jodoh yang dipilihkan tuhan untukmu pasti dia yang terbaik baginya. "

"Siapakah wanita beruntung itu? Aku menjadi sedikit iri padanya karena bisa mendapatkanmu " lanjutnya membuat suasana setenang mungkin.

Namun tidak dengan laki laki itu, ia tahu ada kepedihan yang terdengar dari suara lembut itu.

" Kita sama sama tahu arti sebuah perasaan dalam cinta yang telah Allah titipkan dihati kita, aku pun tahu rasa pedih yang Allah ukir dihati kita. Kita berdua sama sama tak punya harap akan perasaan ini, " ucap Ja'far yg menahan sesaknya.

" Allah lebih tahu apa yg kita rasakan, irama sebuah perasaan tak sesempurna rencananya Ja'far, percayalah pada apa yang ia putuskan "

" Jika itu inginmu, maka aku ikhlas mengorbankan perasaan ku , demi imanku dan juga dirimu, aku siap menerimanya sebagai makmumku, walau aku tetap menginginkanmu,"
Ujarnya dengan nafas beratnya.

" Mengapa kau bicara seperti itu? Ketahuilah Ja'far itulah sebabnya kita tidak diperkenankan berharap pada manusia, karena berharap pada mereka, hanya akan menumbuhkan rasa sakit yang begitu dalam. "

"Aku mencintaimu karena agamamu ,aku mencintaimu karena akhlakmu, aku tahu itu fatwa, aku akan coba, tapi, izinkan aku membangun cita-cita kita bersama. "

"Aku mengizinkan mu, demi Allah jika hanya itu yang bisa kulakukan untukmu, assalamualaikum "

--------
Fatwa menghentikan lamunannya itu 8 bulan yang lalu, terakhir kali ia mampu bicara pada laki laki itu. Kini ia sudah tak bisa menghubungi nya, percayalah ia akan menghindari fitnah karena Ja'far telah menjadi milik orang lain.

"Fatwa, kenapa kau tidak ikut sarapan denganku? " Ujar James yang sudah rapi dan lengkap memakai seragamnya.

Dipinggir jendela menatap kesejukan alam diluarsana, burung burung yang terbang tanpa ada beban ditubuh mereka. Fatwa memperhatikannya sampai mengabaikan pertanyaan James.

" Fatwa " James mencoba menghentikan pandangan fatwa ,

"James , kau sudah sarapan? Maaf aku hanya menyiapkan sepotong roti untukmu "

" Ada apa ? Kau merindukan keluargamu lagi? "
Tanya James yang ikut duduk di kursi putih dengan bantalan empuk yang sangat nyaman itu.

" James kita tidak bisa terus tinggal seperti ini, ntah sudah berapa banyak dosa yang ku perbuat " ucapnya, yang menyadari bahwa keadaan ini adalah sebuah kesalahan.

" Terkutuk lah aku , lalu apa yang harus aku perbuat? Membiarkan kau tinggal diluar sana tanpa seorangpun yang kau kenal? " Ujarnya sedikit kencang.

" Tapi kita tidak bisa terus seperti ini , ini salah !! " Ucap fatwa yang mulai menangis karena ia tahu ini adalah dosa, laki laki dan perempuan yang belum menikah tinggal satu atap?? Jahanam lah ia..

" Fatwa ,aku selalu menghormati mu? Aku menuruti apa yang kau anggap benar! Aku tidak pernah macam-macam bukan? Fatwa aku ini adalah pria dewasa yang normal, tapi kau harus tahu, aku tidak menginginkan itu terjadi karena aku menghormati mu sebagai wanita. !! " Sentak dengan emosi yang lepas.

"Aku tidak bisa.. aku tidak bisa James.. " ucapnya mencoba menahan airmatanya, apalagi ini ia sedang berpuasa . Apa ia pantas masuk surga setelah ia menodai bulan suci ini dengan tinggal bersama laki laki.

"Lalu apa yang kau inginkan? " Tanya James yang mulai mengontrol emosinya, ia tahu tidak seharusnya ia bicara sekasar itu pada wanita dihadapannya.

" Nikahi aku " dengan setengah mati ia mencoba memberanikan diri bicara seperti itu, mungkin karena sebuah keadaan yang mengharuskan mereka menikah, pikir fatwa.

" Jika kau tidak ingin, maka biarkan aku pergi James, biarkan, aku sudah mengecewakan abiku dengan menerima beasiswa ini ,dan sekarang, ya Allah... " Mengutuk dirinya sendiri,

Wanita itu terus memegang dadanya dan beristighfar , terus menerus.

Beberapa kali ia menahan tangisannya namun tidak berhasil, ia tahu semakin lama keadaan ini akan semakin buruk, seperti halnya James yang telah melihat wajahnya, bagaimana tidak mereka tinggal di atap yang sama, pergi bersama dan tidak mungkin ini semua adalah hal yang benar.

" Aku akan menikahimu,.. " ujarnya yang sedikit ragu namun ada kepastian didalamnya.
Ntah laki laki itu mengambil keputusan itu dengan hatinya atau logikanya karena tidak ingin fatwa pergi dari hotel itu.

"Lalu bagaimana dengan keluargamu? Bagaimana dengan kekasihmu ? " Ujar fatwa meminta kepastian lebih dari James.

" Aku akan coba bicara pada mereka, jujur saja ini berat, tapi aku akan menikahimu, dan kau akan menjadi istriku, " tegasnya dengan sebuah kemantapan hati yang terdengar jelas oleh fatwa.

Ada perasaan sedikit lega, namun ada pula perasaan ragu dan takut? Apa bisa sebuah hubungan terjalin tanpa didasarkan oleh cinta,? Namun fatwa percaya akan imannya dan takdir yang Allah berikan padanya. Ia harus mencoba dan berusaha menjalani apa yang ingin Allah berikan padanya. Walaupun itu adalah sebuah kesakitan nantinya namun ia Takan menyerah begitu saja. Karena ia tahu Allah selalu bersamanya dengan sebuah kedamaian dikala ia merasa luka.

Wanita yang berpegangan pada sebuah iman Takan pernah menyalahkan sebuah takdir hanya karena ia tidak mampu mendapatkan apa yang ia inginkan..


Jangan lupa vote, dan semoga pesannya tersampaikan, dan makasih sebanyak -banyaknya dari author.

Who is Allah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang