Part 13

347 23 0
                                    

Dua jam berlalu, operasi telah selesai dan berjalan lancar, ini adalah operasi perdana mereka , jadi tentu saja akan sangat membanggakan jika mereka berhasil.

" okey, girl you know, Allah is your healer :) " gadis itu tersenyum pada fatwa. Sambil mengusap kepala gadis itu dan keluar dari ruangan itu.

Lalu mereka berdua pergi ke universitas terkenal di amerika ,karena kelas merekapun sama hari ini. Teman bukanlah menjadi prioritas fatwa disini. Memang tidak sedikit yang memandang fatwa sinis, mungkin karena terlihat aneh bagi mereka. Tapi banyak juga laki-laki yang malah tertarik dengan pakaian yang ia kenakan. Fatwa cukup pendiam dan dia aktif dalam berbagai organisasi.

Ditengah bendera amerika yang berkibar, ia menatap langit, mengingat pada suatu hal kecil yang selalu ia abaikan dalam hidupnya.
Hari ini ia mengingatnya, mengingat sepintas tentang cintanya. Rumah sanggar. Tiba-tiba ia mengingat tentang rumah sanggar. Dulu mereka punya harapan mendirikan rumah sanggar bersama.

Flash back on

Angin yang sangat kencang membuat kincir-kincir dari gadis kecil itu berputar kencang, ia berlari bersama temannya. Mereka duduk di pinggir gubuk kecil bambu. Merasakan angin sepoy sepoy.

" apa cita-citamu? Apa kau ingin menjadi pilot?"
Gadis kecil itu tersenyum dan membenarkan pakaiannya.

Ia menatap langit yang terang, lalu berkata
" aku kan perempuan " laki-laki kecil itu tertawa

"Aku ingin membuat rumah sanggar, " gadis kecil itu menoleh ke arah temannya ,

"Kenapa?"

"Agar mereka tidak merasa kesepian "

"Baiklah kita akan mendirikannya bersama, "

"Kau janji? "

"Ya aku janji "

Flashback off

Tepukan itu membuyarkan pandangan fatwa, siapalagi kalo bukan james .

" apa yang kau fikirkan? "

"Tak ada, "

--------

Wanita itu menunduk diam dan malu setelah mengantarkan makanan untuk ja'far ke masjid.
Memang benar setelah kepergian fatwa ,aisyah lah yang menggantikan fatwa mengantarkan makanan untuk ja'far. Uminya selalu melakukan itu karena umi dan abi azam sudah mengangapnya sebagai anak mereka sendiri.
Tah selama ini pun umi dan abi azam tidak punya anak. Anak kandung maksudnya. Mereka hanya mengangkat anak, dan menyayangi mereka seperti anaknya.

" aisyah.. Jangan menunduk " ujar ja'far tersenyum, aisyah mendongak ke arah ja'far.

" Aisyah , terimakasih, " Aisyah tersenyum kecil mendengar itu. Ja'far memanglah laki-laki yang nyaris sempurna Dimata wanita. Sikapnya, wajahnya, dan yang lainnya.

"Sama-sama Ja'far, semoga kau akan terbiasa memakan masakan ku.. " Ja'far terkesiap mendengar ucapan Aisyah.

Pengajian berakhir dengan lancar, para ibu-ibu, remaja, bapak-bapak telah keluar dari masjid.
Setiap hari Jum'at masjid Al-Ikhlas memang selalu mengadakan pengajian. Biasanya Ja'far yang menjadi ust, kebetulan Ja'far adalah lulusan Kairo dan guru mengaji dikampung itu. Jadi namanya sudah lumayan banyak dikenal orang.

" Ehh.. kok diem aja disini, ayo pulang, oh iya nak, ibu mau kerumahnya umi Azam dulu ya"
Kata Bu Rahman pada anaknya itu. Ja'far mengangguk mengerti. Lagipula Ja'far masih harus mengajar anak-anak mengaji.

"Ayo Aisyah, " Aisyah sedikit terkejut saat Bu Rahman menarik tangan kirinya. Bu Rahman memperhatikan gelang merah yang dipakai Aisyah. Ia melihatnya dengan seksama lalu tersenyum , memegang sedikit gelang itu. Diperhatikannya benar-benar. Lalu tersenyum.

Who is Allah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang