part 25

282 21 2
                                    


Aku lupa , terkadang aku melupakan seseorang yang sangat menyayangiku untuk melakukan sebuah kesalahan ,dan aku sadar bahwa ternyata mereka yang selalu ada ketika aku sedang merasakan sebuah penyesalan..

For you Abi and umi..

Setelah semuanya berakhir, kini fatwa telah menjadi dokter ahli, meskipun wisudanya tanpa kedua orangtuanya, namun prestasi fatwa dengan menjadi salah satu lulusan terbaik pasti membuat Abi dan uminya bangga. Fatwa yang tertidur diluar terbangun dan melihat pintu rumahnya masih dalam keadaan yang sama.

"Assalamualaikum, Aisyah.. " Aisyah yang sudah bangun mendengar suara ketukan dari luar dan bergegas membukakan pintu . Betapa terkejutnya Aisyah ketika melihat fatwa yang ada dihadapannya. Rasa senang, syukur, dan sedih pun sudah menyatu dihatinya. Di usapnya lembut wajah fatwa, lalu ia memeluknya .
"Fatwa.. ya Allah, aku sangat rindu " Aisyah yang tersenyum dan tak kuasa menahan airmatanya karena ia sangat-sangat bahagia dengan kedatangan fatwa. Merekapun masuk kedalam dan melihat Abi sedang mengambil air wudhu,

"Abi, .. " ucap fatwa yang gemetar, setelah sekian lama ia akhirnya mengucapkan panggilan itu lagi, Abi yang sedang berwudhu segera menoleh kearah suara yang pasti dikenalnya.
"Fatwa, " lirihnya dan mengusap wajahnya dengan kedua tangannya yang masih basah karena wudhu, ia berjalan perlahan mendekati fatwa, ditatapnya mata putrinya itu, abipun menangis tersedu-sedu melihat putrinya kembali, " maafkan Abi nak, maafkan.." ujarnya sambil menangis diperlukan fatwa. Fatwa yang hanya menggelengkan kepalanya karena merasa bahwa dirinyalah yang salah. Ia yang melawan abinya, ia yang tak mau mengikuti abinya. "Abi tidak salah bi, justru fatwa yang harusnya minta maaf sama Abi," fatwa yang terus memeluk abinya begitu erat. Setelah mengambil wudhu fatwapun memilih untuk sholat dikamarnya, sedang Abi dan yang lainnya sholat berjamaah di ruang sholat.
"Dimana fatwa Aisyah? Kenapa tidak ikut sholat bersama kita? " Tanya Abi pada Aisyah. Ja'far dan Fatima pun kaget mendengar bahwa fatwa telah kembali.
"Fatwa sudah pulang ?? Kenapa tidak ada yang memberitahuku? " Ujar Fatima dan langsung bergegas menemui fatwa setelah merapihkan mukenah yang dikenakannya. Ja'far hanya diam dan tak mau bertanya apapun tentang fatwa. Iapun meninggalkan rumah dan bergegas ke masjid . " Ja'far kau mau kemana? " Tanya Aisyah yang menghentikan langkah Ja'far .
"Aku ingin ke masjid Aisyah, ayo Adam " ja'farpun mengajak Adam pergi ke masjid. Setelah semuanya pergi tinggal Abi dan Aisyah yang belum meninggalkan ruang sholat, Abi berdoa sambil menangis. Bahagia yang sulit untuk ia ucapkan.
" Andai saja umimu masih disini "

"Shut, abi.. Kita tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan, abi sendiri yang mengatakan itu ! Abi, semua sudah menjadi kehendaknya, kita hanya bisa meminta dan berdoa agar umi bisa tenang disana "

-
-
-

"James C'mon, Bangun sayang, "

"Iya ma, " james yang masih tertutup oleh selimut besarnya akhirnya bangun dan mandi lalu turun untuk sarapan. Namun ada yang beda kali ini, bukan hanya james dan orangtuanya yang ikut sarapan tetapi juga.

" james dia adalah maria, " ucap Mr. Alderman saat dimeja makan. James memang sudah kenal dengan maria, karena maria adalah sahabatnya saat sekolah dulu.

"Yes pa, james tau, dia adalah teman james"

"Jadi kalian sudah kenal? Baguslah kalau begitu,  jadi papa tidak usah susah-susah untuk membuat kalian dekat"

"Maksud papa? " james yang bingung dengan ucapan papanya

"Iya james, kamu ingat tentang perjodohan yang papa bicarakan padamu saat dirumah sakit? Marialah orangnya james, sesuai dengan perjanjian kita ,kalau kamu tidak jadi menikah dengan orang pilihanmu maka kamu akan menikah dengan pilihan papa "

James mengingat akan malam itu, malam disaat ia menanyakan sebuah jawaban yang sangat ia tunggu. Sebuah jawaban yang akan menentukan kehidupannya. Ia sangat mencintai fatwa. Namun tidak begitu sebaliknya. James hanya berharap bahwa tuhan punya cara lain untuk menyatukan ia dan fatwa. Maria yang memang sudah menyimpan perasaan kepada james sejak lama, kini hanya tersipu malu serta merasa deg-degan dengan jawaban james.

"James akan menikah dengan maria dengan satu syarat " semua terkejut dengan pernyataan james ,

"Syarat? Syarat apa james? " ucap mommy james yang bingung mengapa harus ada syarat.
Dengan tegang semua menunggu kata yang keluar dari bibir james.

"Papa dan mama harus izinkan james untuk masuk islam ! " Mr. Alderman yang sangat tidak percaya mengapa james berkata seperti itu, Mr. Alderman tahu betul bagaimana dulu ia menikah dengan istrinya. Bahkan ia yang meminta ny. Alderman untuk ikut dalam agamanya, begitu kuat kepercayaan Mr. Alderman pada agama yang dianutnya dan sekarang anaknya sendiri ingin keluar dari agamanya.

" dan jika maria bersedia untuk menikah dengan james, maka maria harus ikut masuk islam ,"

"James !! Apa kau belajar di America seperti ini?
Apa kau sudah gila? TIDAK !! PAPA TIDAK SETUJU "

" kalau begitu batalkan saja perjodohan ini, maka semua akan selesai "

"JAMES !!! " Satu tamparan yang hampir saja mendaray ke pipi kanan james. Untung saja ada maria yang menahan tangan Mr.alderman.

"Maria , kenapa kau menghentikan om "

"Om, pada dasarnya semua itu sama ,maria yakin bapak juga tidak akan mempermasalahkan jika maria pindah agama. Karena bapak berfikir bahwa selagi agama itu mengajarkan hal-hal yang baik untuk maria, itu sama saja om, kalau om memang ingin perjodohan ini tetap terjadi, maka biarkan om"
Ujar Maria yang mencoba membukan jalan pikiran Mr. Alderman untuk bisa menerima james pindah agama.

-
-
-
matanya yang sembab, ia kompres dengan es baru, sudah seharian ia menangis tak karuan.
Celline yang tak tahu tujuan hidupnya. James yang sudah meninggalkannya, dan ia yang sudah meninggalkan orangtuanya demi james.
Ia rela melakukan apapun untuk james, ia menyesal mengapa semua terjadi padanya. Celline yang tidak hanti-hentinya menangis meratapi nasib hidupnya. Ia punya segalanya kini namun ia tidak merasa bahagia.
"Apa ibu dan bapak masih akan menerimaku?"
Pikirannya yang kacau membuatnya mengingatkan sesuatu. Allah. Penciptanya. Ia berjalan dan mengambil air wudhu, diambilnya sebuah mukenah yang sudah lama sekali terselip dilemari pakaiannya. Ia menangis sambil menciumi mukenah yang ia yakin masih baru karena tak pernah dipakainya sejak ia keluar dari agamanya. Dipakainya mukenah itu, cellinepun mendirikan sholat untuk meminta pada yang diatas, apa yang harus ia lakukan. Selama sholatnya celline mengingat semua tentang ibunya betapa ibunya sangat menyayanginya, mengurusnya dengan sabar, menghiburnya dikala ia menangis, merawatnya dikala ia sedang sakit, dan mempertaruhkan nyawanya demi dia. Celline juga mengingatkan ayahnya yang selalu mengantarnya ke sekolah, mendengarkan semua keluhannya . Menafkahinya dan tetap memberikan senyumannya meskipun celline tahu bahwa ayahnya sedang lelah. Tak lupa celline juga mengingat betapa kecewanya mereka saat ia pergi meninggalkan mereka.

"Ya Allah.. ampuni aku.. "

Hallo readers, balik lagi ke cerita aku..Semoga kalian tambah suka ya..
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, dengan vote dan comment cerita aku ini..
Terimakasih buat kalian yang udah kurangin waktu buat baca cerita aku..

Who is Allah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang