Ia menangis sambil memeluk sebuah baju lama , baju yang pernah dipakainya dulu. Nafasnya begitu sesak menahan rasa sedih yang dialaminya. Kehilangan seorang yang sangat ia cintai tentu membuatnya begitu terluka. Namun ada yang lebih melukainya saat ini yaitu kehilangan seseorang yang telah merawatnya , memberinya kasih sayang yang begitu dalam. Sudah dua jam lebih fatwa tidak keluar dari kamarnya. Suara pintu terbuka dari kamarnya, Abi masuk dan duduk didekatnya.
Abi Azam yang menggenggam tangan fatwa begitu erat , mencoba menguatkan putrinya.
" Umi sangat bangga padamu nak " matanya yang bulat menatap Abi Azam penuh harap bahwa uminya masih ada disini bersamanya.
Fatwa memeluk abinya, mengeluarkan semua perasaan nya saat ini. Mengeluarkan semua beban kesedihannya selama ini. Sekali lagi ia menyadari hanya abinyalah yang mampu mendengarkan begitu banyaknya keluh yang ia rasakan. "Abi.. fatwa .. " fatwa yang tidak bisa menyelesaikan perkataannya terus memeluk abinya dengan erat. "Ini salah.. fat wa Abi .." ia yang terus saja menyalahkan dirinya atas kepergian umi Azam. Ia marah pada dirinya sendiri. "Andai saja fatwa mendengarkan ucapan Abi ,pasti fatwa masih sempat bersama umi " ia memukul kepalanya sendiri karena merasa dia terlalu bodoh memilih jalan itu.
" Nak, kita hanyalah bagian dari sebuah cerita yang Allah buat di dunia , Apapun itu atas kehendak Allah, semua sudah diatur nak, Abi pun sedih tapi kita harus tahu bahwa kapanpun itu semua akan kembali ke pada-NYA " nasehat Abi kini membuat fatwa sedikit merasa tenang hatinya mulai sedikit terasa lega. Ia terus menerus mengucap ampunan kepada Allah. Dan akhirnya iapun keluar dari kamarnya bersama Abi. Sesungguhnya bukan hanya itu yang membuatnya sedih tapi juga atas pernikahan Aisyah dan Ja'far . Pemuda yang ia cintai sejak lama kini menjadi suami Aisyah saudaranya . Fatwa tidak pernah menyangka kalau wanita yang beruntung itu adalah saudaranya sendiri. Kini ia harus menjalani hidupnya untuk Abi dan adiknya Adam. Begitupun dengan James, laki laki yang pernah menjadi bagian dari kehidupannya. Ntahlah semua itu berlalu begitu saja. Aisyah yang mencoba mencari kesibukan untuk fatwa agar ia tidak terus menerus meratapi kepergian umi Azam mengajaknya ke sebuah pasar swalayan . "Fatwa, kau belum makan bukan? Fatwa hari ini Adiba ingin sekali makan capcai, jadi aku pikir aku akan memintamu untuk menemani ku ke pasar , kau mau kan? " Ajak Aisyah yang sengaja tidak mau bertanya dan membahas tentang umi Azam. Fatwa mengangguk dan bergegas ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya yang sembab karena menangis. "Aw , " kerudung fatwa yang tersangkut di pintu dan terjepit membuatnya sulit berjalan. Fatwa mencoba melepaskan kerudungnya yang tersangkut di pintu kamar mandi tersebut. Dilepaskannya kerudung itu dengan perlahan . Ja'far yang membantu fatwa untuk melepaskan kerudung itu ,karena tadinya ia berfikir bahwa itu adalah Aisyah . Istrinya.
"Fatwa?? Maaf aku pikir tadi kau adalah Aisyah"
Ja'far yang sangat merasa bersalah dan tidak sanggup menatap wajah fatwa. Ntah perasaan apa yang mendekatinya ketika ia berada di dekat fatwa. Itulah sebabnya Ja'far selalu menghindari fatwa. Dan bahkan mereka jarang sekali bertegur sapa. Fatwa hanya tersenyum dan menutup pintu kamar mandi . Ja'far yang masih terdiam di depan pintu kamar mandi.
Melamun memikirkan keadaan yang dihadapinya saat ini. Mengapa perasaan itu kembali lagi. Perasaan yang sudah disimpannya secara dalam dan dikuburnya kini muncul kembali hanya dengan mendengar namanya. " Fatwa, andai kau tahu , jika cinta itu dosa maka akulah yang akan menjadi pendosa paling besar dimuka bumi ini , " Ja'far yang mencoba menahan dirinya dan terus menyadarkan dirinya sendiri bahwa ia telah menikah. Dan Aisyah adalah istrinya .bukan fatwa. "Ja'far, kau sedang apa? " Tanya Aisyah yang sedikit membuat Ja'far menghentikan lamunannya. "Aisyah.. ummm aku hanya ingin mengambil air minum " Dahi Aisyah yang terlihat berkerut membuat Ja'far menjadi salah tingkah. "Ja'far, disini bukan dapur, kau baik-baik saja?" Ja'far yang langsung melihat sekelilingnya adalah kamar mandi dan tempat wudhu . Ia lupa bahwa dapur dan kamar mandi dirumah ini dipisah. Fatwa yang keluar dari pintu kamar mandi menjadi pusat perhatian Aisyah dan Ja'far. Fatwa yang bingung dengan tatapan mereka berdua terhadapnya .
"Kkalian kenapa? Mengapa menatapku seperti itu? " Tiba-tiba saja tawa mereka pecah seketika. Melihat busa-busa yang masih ada di kening fatwa. "Fatwa kau ini seperti anak kecil saja " Aisyah yang tertawa lalu masuk kedalam.
Ja'far hanya menunjuk kearah keningnya sendiri mencoba memberi tahu pada fatwa, dan fatwa masih bingung dengan sikap Ja'far.
"Fatwa ,keningmu masih penuh busa " mulut fatwa yang langsung berubah menjadi huruf O tersebut langsung menyentuh keningnya yang penuh busa dan masuk kembali ke kamar mandi. "Yasudah ayu kita berangkat " merekapun pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang mereka butuhkan. Pasar itu begitu padat oleh para pengunjung . Mereka berhimpit-himpitan untuk berjalan. Dan banyak juga yang berlarian karena sebuah diskon besar-besaran. "Aisyah aku ingin ke tempat aksesoris dulu ya, aku ingin membelikan sesuatu untuk temanku " Aisyah hanya mengangguk tanpa menjawab apapun. Fatwa yang menuju pedagang jepitan melihat sebuah Bros yang berbentuk capung dengan warna biru. Sangat cantik. Namun saat fatwa ingin mengambil Bros itu ada yang mengambilnya selebihnya dahulu. " James.. " fatwa yang tidak menyangka akan bertemu dengan James setelah kepulangannya dari sana. James hanya menatapnya tulus dan tersenyum.
"Kau menyukainya? Ambilah " ujarnya tanpa basa basi. James lebih terlihat sopan saat ini .
"Tidak, kalau kau ingin itu ambilah James, untukmu biar aku cari yang lain saja ""Mengapa kau selalu menolak apa yang aku berikan fatwa ? " Fatwa yang terkejut atas ucapan James padanya.
"Aku tidak bermak.."
" Kalau begitu ambilah " karena merasa tidak enak , akhirnya fatwa mengambil Bros itu. Mereka berjalan sambil membicarakan tentang kehidupan mereka sekarang.
" Oh iya,bagaimana kau bisa ada disini? "
Tanya fatwa pada James di sela perjalanannya."Tadinya untuk mencari takdirku, tapi aku tidak mengerti mengapa aku bertemu denganmu lagi,
Mungkin kau adalah takdirku " fatwa hanya tersenyum kecil dan memasangkan Bros itu di saku sebelah kanan James. Bros itu memang berukuran sangat kecil. Kemeja putih yang dikenakan James membuat Bros itu menjadi lebih terlihat diantara yang lainnya. James hanya menatap sikap fatwa yang mengaitkan Bros itu di kemejanya."Kau tahu, takdir itu tidak pernah bisa dicari, meskipun jauh takdir itu ditempatkan, maka kau akan menemukannya dengan sendirinya tanpa kau harus mencarinya. Seperti Bros ini, kau tidak perlu mencarinya, karena ia akan terlihat dari kemejamu yang putih. " James hanya tersenyum mendengar perkataan fatwa yang selalu mampu membuat hatinya merasa damai.
"Bagaimana jika aku menginginkan sebuah takdir sesuai dengan kehendak ku ?"
"James, apa yang telah Allah berikan padamu itulah yang terbaik , o iya Aisyah pasti sudah menungguku aku harap kita bisa bertemu lagi assalamualaikum " fatwa yang pergi meninggalkan James yang masih tertegun di tempat itu.
"Wa'alikumsallam, aku harap bertemunya kita bukan lagi menjadi seorang teman fatwa "..
Enggak ING eng...
Hai.. apa kabar kalian..
Maaf kalo di part ini sedikit banget..
Ya ampun Thor, udah up nya lama, part-nya sedikit pula.. wkwkMaaf".. author lagi sibuk sekarang,,
Tapi insyaallah Minggu besok udah up lagi dan part nya juga di tambahin oke..Jangan lupa harus vote setelah baca
Oke, gak susah kok.. hehehe
Kalo perlu comment nya juga ya..
😍😍😘😘😘😘
Salam sayang dari author..
Assalamualaikum.. 😳😳
KAMU SEDANG MEMBACA
Who is Allah?
SonstigesCintailah siapapun yg ingin kau cinta, karena suatu saat kau pasti akan meninggalkannya