PART 15

2.9K 121 4
                                    

Viona menghela nafas kasar melihat kursi nasya yang kosong. Semenjak kejadian di koridor tadi, nasya belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Kenapa sih vi?" tanya azam

Viona menghela nafas lagi memalingkan wajah nya ke arah raka yang saat ini dengan enteng nya tertidur pulas.

Azam melihat kekhawatiran dari mata viona "nasya ya?" tebaknya.

Viona memandangnya dan menganggukkan kepala "iya" jawabnya

"Dia kemana sih? Gak kayak biasa nya dia kayak gini" kesal viona.

Viona menghampiri meja raka "nih cowok kalo udah tidur gak inget siapapun!" omel viona kemudian menggebrak meja.

Alhasil membuat raka terlonjak kaget. Raka menatap kesal viona "apa sih vi?!" kesalnya sedikit membentak

"Nasya gak masuk"

"Terus?"

"Kok lo jawab nya gitu sih?!" viona mulai kesal dengan sikap acuh raka. Karena raka lah kehidupan nasya menjadi tidak tenang.

"Kenapa? Suka-suka gue lah mau jawab kayak gimana"

Viona ingin membalas ucapan raka itu, tapi ia kalah cepat dengan bel sekolah.

Bel pulang sekolah berbunyi. Menghentikan perdebatan antara raka dan viona. Para murid pun berbondong-bondong membawa tas mereka menuju parkiran.

"Gue mau pulang" ucap raka seraya menyampirkan tas nya

"Bentar" cegah azam

"Apa lagi?"

"Gue mau bicara sama lo BERDUA" tegasnya seraya menatap viona. Viona yg mengerti pun langsung pergi dari dalam kelas. Sebelum ia benar-benar menghilang, ia berpesan "jangan berantem. Udah gede" pesannya. Raka dan azam hanya diam.

Saat viona sudah sepenuhnya pergi, azam mulai membuka pembicaraan "batalin niat lo buat balas dendam" ucapnya to the point

"Gak bisa. Emang lo pikir enak jadi gue?"

"Lo batu banget sih! Apa susahnya sih buat maafin seseorang"

"Ngomong emang gampang"

"Gue gak sebaik yang lo kira. Gue udah jahat semenjak keluarga gue ancur. Lo gak tau rasanya jadi gue"

"Gara-gara nyokap bokap gue, gue jadi benci sama yang namanya cinta, dan lo tau itu" ucapnya dengan senyum sarkatis

"Tapi nasya itu gak tau apa-apa!" emosi azam

"Lo jangan belain nasya! Jangan cuma gara-gara cewek itu gue sampe nonjok lo. Lo itu temen gue bukan temen dia"

Azam diam, ia tidak ingin melanjutkan pertengkaran ini, percuma! Raka hanya akan baik sama pamela dan akan terus begitu.

"Udalah zam. Gue emang gak butuh siapapun buat ngertiin gue" ucap raka kemudian ia melangkahkan kakinya keluar.

Azam hanya mengepalkan tangannya menahan emosi. Raka tidak tau jika azam mengkhawatirkan nya. Mengkhawatirkan raka bukanlah perkara yg mudah, ia Sulit untuk di atur, dia melakukan apa yang ia ingin lakukan, melarang pun percuma karena raka memang keras kepala.

Azam berharap semua nya akan baik baik saja. Ia juga berharap akan ada seseorang yg memberikan raka cinta dengan tulus, menghilangkan rasa bencinya terhadap cinta.

*****

Hembusan angin menerpa wajah indah nasya. Gadis ini duduk di bawah pohon menikmati ringannya angin yg berlewatan. Ia ingin bebannya juga terbawa oleh angin, menghilang.

"Kalo emang itu yang lo mau. Gue bakal ikutin cara main lo" ucapnya pada diri sendiri sembari menatap lurus ke arah danau.

Disinilah masa kecilnya bersama veno, tempat yang indah dan tenang untuk bermain.

Tapi sekarang ia harus mencampurkan urusan perasaan nya dengan tempat ini, mungkin tempat ini akan menjadi hiburan sejenak untuk menghilangkan kekecewaan.

"Gue juga gak nyangka apa yang gue alami mulai dari bertengkar, kecelakaan, di bully, sampai jatuh cinta sama lo"

"Mungkin gue terlalu cepat buat jatuh cinta" nasya mengambil nafas panjang kemudian membuangnya secara perlahan

"Gak tau kenapa gue bisa jatuh cinta secepat ini, hati gue terlalu suka kali ya sama lo? Sampai-sampai mau di bodohin kayak gini sama lo" ucapnya dengan senyuman kekecewaan.

"Padahal veno udah kasih peringatan sama gue" nasya memegang dadanya yang terasa sesak

Nasya melihat sekitar, Mungkin ia akan sering kemari. Nasya menghela nafas kasar sekali lagi, sebelum ia meninggalkan tempat ini.

Nasya mengambil tas dan mengenakannya di belakang punggung. Ia berjalan perlahan menuju jalanan. Saat ia melihat halte, dia segera pergi kesana. Tampak wajah lesu nya, ia mengambil sebotol air minum ke dalam tasnya. Meneguk hingga setengah.

Kemudian ia merogoh saku bajunya untuk mengambil ponsel. Mencari nama yg akan ia hubungi. Dan nama mamanya lah yg ia pilih, nasya pun segera mencalling nomor mamanya, dewi.

"Iya nasya, tumben jam segini telpon?" terdengar suara dewi dari seberang sana.

"Hm ma, itu..." ucap nasya sedikit gugup

"Kenapa? Oh ya, kamu dimana? Veno tadi telpon mama katanya kamu gak ada di sekolah" ucapan dewi barusan membuat nasya segera menggigit bibir bawah nya.

"Kenapa bolos sekolah? Ada masalah sama teman-teman?"

Nasya enggan untuk menjawab pertanyaan mamanya, ia malu karena sudah bolos. Ia tidak mengerti kenapa ia harus bolos cuma gara gara raka, terlalu bodoh untuk dilakukan. Tapi ini sudah terlanjur.

"Nasya, kenapa diam?"

"Ma, nasya laper. Suruh pak didi buat jemput aku di halte dekat danau tempat nasya sama veno sering main itu loh. Nanti aku jelasin"

"Oh ya udah, kamu tunggu disana ya" dewi pun memutuskan sambungan sepihak.

Nasya menghela nafas kasar, masalah terus datang kepadanya, masalah hati, di bully dan yg paling ia kesalkan saat ini adalah kalungnya yang belum juga ditemukan. Dimana kira-kira kalungnya hilang, kalau omma nya sampai tau habis lah dia.






Sorry lama apdet guys🙏🙏

Sibuk ditambah mager makanya baru apdet sekarang

Vote sama kommentnya jangan lupa ya manteman😊😂

Love You My Troublemaker (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang