#20

2.6K 86 30
                                    

"Malam nanti kamu balapan. Soal lawan, minuman, semuanya udah siap. Bisa kan?"

Aletha mengangguk mengetujui, "mobilnya siapa?"

"Kamulah," Aletha mengangguk setuju lalu ponsel Royyan berbunyi tanda ada telepon masuk.

Setelah membaca nama yang tertera pada layar, Royyan langsung mengangkatnya.

"Iya, jadi, awas aja lo gak dateng," ujarnya dengan suara sedikit direndahkan. Membuat rasa keingintahuan Aletha muncul ke permukaan.

"Udah, intinya lo siapin duit aja, gue yakin lo kalah."

Terdengar suara orang terkekeh di sebrang telepon sana,"pd gile lo, oke. Berapa duit yang harus gue siapin?"

"Gak banyak, lima belas aja," jawab Royyan dengan asal.

"Lima belas juta maksud lo?"

Royyan mengangguk walau tidak dapat dilihat oleh orang yang meneleponnya, "yap, lo bener banget."

"Oke gue bakal siapin. Entah kenapa rasanya hari ini bakal ada duit yang mandiin gue?"

Royyan berdecih. "Kita liat aja nanti. Siapa yang bakal mandi duit," lalu sambungan telepon diputus secara sepihak oleh Royyan.

Aletha mengernyit bingung karena Royyan tidak henti-hentinya tersenyum. Walau tidak dalam keadaan menatapnya.

•*•*

"Ren," panggil Victor yang dibalas deheman oleh Reno, "lo masih ngerokok gak sih?"

"Kenapa lo tiba-tiba tanya itu?" tanya Reno balik.

Victor berdecak, "udah jawab aja apa susahnya sih, tinggal bilang enggak atau iya?"

Kini gantian Reno yang berdecak, "lo tau sendiri, kan, kalo dari dulu gue itu gak ada hari tanpa ngerokok?"

Victor mengangguk, "iya, gue tau. Tapi akhir-akhir ini gue hampir gak pernah mergokin lo ngerokok. Entah di rumah atau di taman belakang sekolah."

Reno menghela napas berat sambil memijat tulang hidungnya, "gue terlalu sibuk mikirin ingatan Etha. Sampe buat ngerokok aja gue gak inget."

Baru tau gue kalo pas lagi jatuh cinta lo bisa sampe segitunya, batin Victor lalu tertawa miris dalam hati.

"Pulmo lo masih sehat, kan, Ren?" tanya Victor mendadak cemas.

Reno mengangkat kedua bahunya ke atas lalu diturunkan lagi, "gue gak peduli."

Anjing, sama diri sendiri aja gak peduli, umpat batin Victor.

Dari pintu keluar masuk kantin, Alena tampak celingukan mencari orang yang sangat penting dia temui sekarang. Dia berhenti di tengah pintu membuat tubuhnya berkali-kali terdorong dengan tidak sengaja atau sengaja oleh murid yang hendak ke kantin.

Mata Alena memincing begitu melihat orang yang dia cari. Kebetulan kakaknya tidak sedang bersama mereka. Jadi, dia tidak perlu menutup-nutupi masalah yang akan dia beritahukan.

Alena berlari membelah kerumunan beberapa anak yang bergerombol hendak meninggalkan kantin. Dia juga mendapat umpatan dan sumpah serapah dari mereka. Tapi Alena tak memikirkan itu lebih dulu.

Karena hal yang ingin dia sampaikan sangat penting, bahkan kelewat penting.

Dengan napas terengah Alena menggebrak meja yang ada di hadapan Victor dan Reno. Mereka berdua kompak menoleh dan mendapati Alena berdiri di sana dengan bahu naik turun tidak teratur.

alvino✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang