#26

2.1K 94 55
                                    

Jangan berjanji tak pernah meninggalkan, jika pada akhirnya pergi tanpa penjelasan yang berarti.

****

Aletha mengerjapkan matanya beberapa kali. Berusaha menyesuaikan dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Pertama kali yang dia lihat setelah perban penutup matanya dibuka adalah warna putih yang menyilaukan mata. Saat objek di depannya sudah sepenuhnya nampak Aletha tersenyum. Sekarang dia tidak melihat kegelapan lagi.

Berkat mata baru yang menggantikan matanya yang tak lagi berfungsi.

Yang Aletha lakukan setelah berhasil melihat objek di depannya adalah, menangis haru. Sekarang dia dapat melihat orang-orang yang dia anggap penting dalam hidupnya.

Semua orang yang melihat Aletha tersenyum dan menangis haru juga melakukan hal yang sama. Mereka sangat berterimakasih kepada seorang malaikat berwujud manusia yang dengan senang hati mendonorkan matanya untuk Aletha.

Dua teman perempuan Aletha yang masih mengenakan seragam sekolah ikut tersenyum dan menangis haru. Sementara tiga dari empat teman cowok Aletha yang juga masih mengenakan seragam sekolah cuma tersenyum dengan mata kemerahan. Sedangkan yang satunya, sudah berlari keluar ruangan dengan air mata mengalir deras. Sudah dapat ditebak dia siapa.

Senyum Aletha yang semula mengembang indah perlahan sirna. Dia memang berhasil melihat semua orang yang hadir dalam ruangan ini. Tapi dua orang yang pernah bersamanya saat di kantin tidak terlihat di sana.

"Ar-Ardi sama Victor mana?" itulah pertanyaan yang sebisa mungkin mereka hindari.

•*•*

Beberapa hari setelah Aletha pulang ke rumahnya lagi, dia sudah sangat ingin berangkat ke sekolah. Bukannya takut semakin jauh tertinggal materi pelajaran, tetapi ingin bertemu dengan Victor. Karena sejak dia bisa melihat lagi dia belum melihat Victor.

Sebebarnya bukan hanya Victor, tetapi Reno juga.

Royyan? Dia sudah tidak perduli lagi dengan orang itu.

Orang yang membuat Aletha sampai celaka sudah ditahan oleh polisi, dan beberapa waktu lalu proses sidang mereka baru selesai. Mereka berdua adalah Maura dan Rendi. Mereka berdua divonis hukuman penjara, entah mengapa tidak hukuman mati saja. Padahal Alena berharap demikian.

Aletha sedang tertawa sekarang. Sambil berjalan menuju perpustakaan bersama Sandra dan Vian. Entah mereka sedang bergurau tentang apa.

Saat sampai di koridor lurus menuju perpustakaan ada anak dengan kerah seragam kaku berlari dari arah kiri. Karena mereka sedang melewati pertigaan koridor.

Karena Aletha yang berjalan paling depan dan sedang berjalan dengan arah mundur jadinya dia yang tertabrak hingga terhempas ke dinding. Kepala Aletha kepentok dinding hingga telinganya terasa berdengung.

Aletha memejamkan matanya seiring rasa pusing merayapi kepalanya. Aletha memegang kepalanya dengan kedua tangan.

Aletha kembali membuka matanya setelah rasa pusing yang menderanya menguap entah ke mana. Aletha menatap laki-laki yang ternyata adik kelasnya itu dengan tatapan penuh emosi.

"Bangsat! Kalo lari aja nabrak, jalan aja makanya!! Lari emang pake kaki, tapi kalo mata gak lo gunain juga, terus buat apa fungsinya mata?!!"

Adek kelas itu menunduk ketika Aletha mulai memarahinya. Emosi Aletha benar-benar tidak terkontrol sekarang.

"Sekali lagi lo nabrak gue, lo bakal gue DO dari dunia!" tegas Aletha penuh penekanan di setiap katanya.

alvino✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang