#23

2.3K 78 33
                                    

Mendengar teriakan dan isakan dari mulutmu membuatku semakin sakit.

****

Sudah beberapa hari ini Aletha belum juga membuka matanya. Sekarang semua orang cuma bisa pasrah. Jika Tuhan sewaktu-waktu mengambil Aletha mereka telah siap.

Di antara semua orang yang telah pasrah, cuma Reno yang masih berdiri tegap, dengan sangat yakin Aletha akan membuka mata lagi. Melihatnya dan memanggilnya Rizal.

Dua hari yang lalu Aletha telah melewati masa kritisnya. Mengingat terjadi benturan keras di kepalanya, dokter mengira bahwa, jika Aletha sadar nanti ingatannya akan kembali. Jika!

Yang Reno lakukan sama seperti yang dia lakukan saat di ruang ICU tahun lalu. Menggenggam erat tangan Aletha dan menempelkannya di pipinya. Matanya tak lepas menatap mata Aletha yang masih tertutup rapat.

Melihat wajah pucat bak mayat Aletha membuat hati Reno teriris. Untuk yang kesekian kalinya Reno merasakan kehilangan sosok Aletha di hidupnya.

Tangan Reno terulur untuk mengusap kepala Aletha dari samping. Matanya memerah dan dadanya terasa sesak, menandakan kesedihan yang berakar kuat.

"Sayang, apa pun bakal aku lakuin buat kamu. Apa pun! Jadi Rizal mohon buka mata kamu, ya?" ucap Reno dengan nada lembut.

Victor yang melihat Reno sedang bermonolog di samping Aletha jadi merasa dirinya pengecut. Karena dia termasuk dalam kategori orang yang pasrah dengan keadaan Aletha sekarang.

Victor menatap wajah Aletha sekali lagi. Entah mengapa wajah pucat pasi dengan mata tertutup rapat itu, seolah mengatakan masih ada harapan ke depannya. Masih ada kesempatan agar mereka dapat bersama.

Entah dorongan dari mana, setelah melihat wajah Aletha dengan mata terpejam damai, tangan Victor menyentuh handle pintu. Membuka pintu, masuk ke dalam, lalu menutupnya lagi.

Victor berjalan mendekat tanpa Reno sadari. Berhenti di depan ranjang Aletha lalu menatap matanya yang terpejam damai.

Tha, dua orang yang cinta sama kamu udah ada di hadapan kamu, please buka mata kamu sekarang, banyak orang di luar sana nungguin kamu bangun, ucap Victor dalam hati.

Seperti kejaiban, jari-jari Aletha yang digenggam Reno bergerak. Reno yang merasakan itu menampilkan senyum tulusnya.

"Sayang," lirih Reno, tetapi berhasil Victor dengar.

Victor menoleh, melihat Reno dengan senyum yang mengembang indah di sana. Mata Reno mengerjap tak percaya beberapa kali kala melihat jemari Aletha bergerak lagi.

Baik Victor maupun Reno, merasa bersyukur akan hal itu. Dalam hati Reno tak henti-hentinya mengucapkan syukur. Tentu ini sebuah kemajuan besar.

Mata Victor dan Reno menatap wajah Aletha yang pucatnya perlahan menghilang. Tetapi bukan berarti wajah pucat bak mayatnya menghilang begitu saja. Kedua kelopak mata Aletha perlahan bergerak membuat senyum lega terbentuk di wajah kedua laki-laki itu.

"Ardi," lirih Aletha setelah matanya terbuka sempurna.

Jujur keduanya sempat sedikit merasa sakit hati. Jika Victor sakit hati karena yang Aletha panggil pertama kali bukan dirinya. Maka Reno sakit hati karena Aletha tidak memanggil dia sebagai Rizalnya.

"Ardi!" panggil Aletha lagi dengan suara sedikit naik. Kedua air matanya mulai mengeluarkan air mata.

Aletha mulai terisak membuat baik Victor maupun Reno mengernyit bingung.

"Jenny kenapa? Ardi di sini." tangan Reno mengusap lembut tangan Aletha.

Aletha semakin terisak tangan kirinya yang ditusuk dengan jarum infus bergerak untuk menyentuh tangannya.

alvino✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang