#39

2.4K 67 34
                                    

Yang tidak pandai menutupi sesuatu.

****

Alena mengangguk, memberikan piringnya kepada Bintang lalu beranjak untuk memanggil Victor dan Aletha. Dapat dilihat dari sini kalau Alena sempat berdebat dengan Victor dan Aletha sebelum akhirnya dia kembali membawa mereka.

Mereka berdua duduk bersampingan di atas kursi yang masih tersisa. Sejenak keadaan menjadi hening. Yang terdengar hanya gesekan daun dan ranting.

"Etha, ada yang mau kita omongin sama kamu malam ini," ujar Nicholas sebagai pembukaan.

"Apa, Pa? Kayaknya serius banget."

Nicholas berdehem untuk menetralkan suasana, lalu dia mulai berbicara, "Kamu inget makan malam sebelum kamu kecelakaan yang pertama hari itu?"

Aletha mengangguk, "Inget. Ada apa emangnya?"

Nicholas menghela napas sebelum lanjut berbicara. Dia menatap Aletha lurus-lurus tanda dia sedang serius.

"Sebenernya malam itu kita ngerencanain mau nunangin kalian berdua." semuanya sadar, kalimat yang Nicholas katakan barusan itu membuat Aletha merasa terkejut.

Sebagian dari mereka juga terkejut walau mereka sudah tahu tujuan awal barbeque party ini diadakan.

"Terus?" tanya Aletha agar Nicholas menyerukan apa saja yang akan dia katakan.

"Terus, karena malam itu gak jadi, berhubung sekarang kita semua bisa kumpul dan gak akan ada hambatan apapun. Jadi, malam ini kita berencana buat ngelanjutin apa yang tertunda malam itu."

•*•*

Terhitung sudah satu minggu lamanya setelah barbeque party malam itu. Dan terhitung sudah satu minggu lamanya sejak Victor dan Aletha resmi bertunangan.

Setiap kali Aletha menatap cincin yang melingkar di jari manisnya membuat dia teringat akan Reno. Sampai sekarang Aletha masih menyimpan dua pasang cincin yang Reno beri untuknya.

Alasan Aletha tetap menyimpannya cukup sederhana. Dia hanya ingin terus mengingat kalau dia pernah dilamar sebanyak dua kali sebelum dia dilamar secara resmi dan akan berlanjut hingga jenjang pernikahan.

Hari ini, selama Aletha berada di kantor dia merasa dirinya kurang baik. Bahkan wajahnya memucat entah karena apa. Saat Victor datang ke ruangannya Aletha justru mengeluarkan darah lewat hidungnya.

Sebelum Victor mengintrogasinya lebih lanjut Aletha memilih pergi dari ruangannya. Pergi menuju tempat yang dia datangi saat jam sembilan.

Aletha menyibak lengan jas yang dia kenakan saat sudah berada di dalam mobil. Melihat tangannya sendiri membuat Aletha takut sekaligus senang.

Aletha menghidupkan mesin mobilnya. Setelah menyala dia langsung menginjak pedal gasnya. Lalu, pergi meninggalkan pekarangan kantornya. Menuju tempat yang setiap hari selalu dia kunjungi.

Mobil Aletha berhenti di parkiran luar bangunan besar yang pasti sudah sangat bosan dia kunjungi. Aletha keluar dari mobilnya, berjalan memasuki bangunan besar itu. Membuka salah satu pintu ruangan yang terdapat seseorang sedang menunggunya di dalam.

Begitu pintu terbuka lalu tertutup kembali, yang Aletha dapat adalah sambutan hangat dari seorang pria. Sambutan yang selalu dia dapatkan berbulan-bulan ini.

Aletha duduk di kursi depan pria itu yang terhalangi oleh meja. Menghadap pria itu dengan wajah pucat tak dibuat-buat. Dia bahkan menyibakkan lengan jas yang dia kenakan. Hingga terlihat dengan jelas ada luka di sana.

alvino✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang