#37

2.1K 65 36
                                    

Melupakan sebuah kenangan itu tak semudah jantung berdetak.

****

Esok harinya Aletha kembali ke rumahnya. Dengan membawa beberapa pakaian kotor yang masih tertinggal di kantor.

Saat memasuki kamarnya. Aletha merasa sepi dan seolah dia sendirian di tengah hutan. Mengingat sebulan yang lalu di kamarnya kerap kali ada Reno.

Aletha menghela napas, lalu dia membanting tubuhnya sendiri ke atas kasur. Memejamkan matanya, sejenak untuk meluapkan rasa lelahnya.

Bayang-bayang tentang kebersamaannya dengan Reno beberapa waktu ini terus saja berputar-putar di kepala Aletha. Hingga membuatnya bingung bagaimana caranya untuk menghentikan itu.

Jika dulu dia terus menyangkal kalau Reno sudah tiada. Maka tidak lagi untuk sekarang. Karena di depan mata kepalanya sendiri dia melihat tubuh Reno tergeletak tak berdaya di atas aspal.

Dia merasakan sendiri jantung Reno yang tak lagi berdetak abnormal setiap kali dipeluknya. Dia menyaksikan sendiri saat tubuh Reno ditimbun oleh tanah.

Aletha yang kembali merasakan masa-masa seperti itu, jadi teringat semasa Reno meninggalkannya dulu. Dulu dia masih bisa mendengar suara dan melihat wajah Reno melalui rekaman video. Mungkin, sekarang dia bisa melakukan itu lagi.

Tapi tidak. Sekarang, Aletha akan benar-benar menepati semua janji yang Reno minta padanya. Aletha akan menepati janji untuk melupakan Reno, tidak lagi mencari Reno, berhenti menangisi Reno, dan semuanya yang menyangkut dengan diri Reno.

Untuk melupakan Reno sepertinya tidak semudah jantungnya berdetak. Dia sudah terlanjur memahami Reno terlalu jauh. Karena Rio mendidiknya untuk memahami, bukan untuk mengingat. Jika diingat suatu saat bisa lupa, tapi jika dipahami, walau suatu saat sudah lupa untuk mengingatnya kembali tidak terlalu sulit. Itu yang Rio ajarkan padanya.

Aletha merogoh saku jas yang ada di sampingnya. Mengambil dua buah kotak kecil dengan warna yang berbeda. Kado tujuh belas tahunnya berwarna merah dan untuk kado dua puluh dua tahunnya berwarna biru tua.

Aletha terus memandangi kotak cincin berwarna biru tua. Memikirkan bagaimana cara Reno memilih cincin itu. Lalu, dia teringat Victor. Dan dapat dia simpulkan kalau Reno membeli cincin itu bersama Victor.

Aletha tidak menyangka, Victor mau menemani Reno untuk membeli cincin untuk dia dan Reno. Karena yang dia tahu, Victor tidak pernah ingin memberikan dirinya pada Reno.

"Kalo kamu masih ada, kita kapan nikahnya?" tanya Aletha sambil memandangi dua cincin di dalam kotak biru tua yang dia buka.

Aletha terduduk, saat mendengar namanya dipanggil oleh seseorang dari luar. Pintu kamarnya dibuka dan menampilkan Sheila di sana. Sheila tersenyum melihat anaknya yang sudah berhari-hari tidak pulang ke rumah.

"Etha, ada mama sama papanya Reno di bawah. Temuin gih!"

"Aku, siap-siap dulu." Sheila mengangguk.

"Jangan lama-lama, ya, Mama tunggu di bawah." setelah pintu tertutup kembali, Aletha menaruh dua kotak cincin itu di atas meja riasnya.

Aletha mengambil pakaian dari dalam lemari pakaiannya. Pakaian yang tidak terlalu berkesan formal.

Tak butuh waktu lama untuk Aletha bersiap. Hingga dalam kurun waktu sekitar sepuluh menit dia sudah keluar dari kamarnya. Berjalan menuruni anak tangga ke bawah.

Saat sampai di anak tangga terakhir Aletha mulai ragu untuk meneruskan langkahnya menuju ruang tamu. Dia takut jika kedua orang tua Reno menyalahkan dia atas kecelakaan itu.

alvino✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang