#22

2.4K 82 40
                                    

Melihat tubuhmu tergeletak tak berdaya membuatku ingin mati saat itu juga.

****

Ujian kelulusan sudah berlalu yang tentunya amat sangat menguntungkan bagi Reno. Dan akhirnya waktu yang ditunda dalam balapan itu tiba juga.

Setelah beberapa minggu Reno dan yang lainnya bisa menarik dan menghembuskan napas secara bebas, akhirnya masa-masa sulit tiba juga. Masa di mana Aletha akan berada di balik kemudi mobilnya dan melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.

Liburan kenaikan kelas tahun lalu, Aletha celaka dalam kondisi di dalam mobilnya. Liburan tahun baru kemaren Aletha kecelakaan karena mobil juga. Untuk liburan kenaikan kelas tahun ini, apa Aletha akan celaka juga bersama mobilnya?

Dan untuk kedua kalinya menghancurkan mobil mahal keluarganya? Sungguh itu bukan candaan yang mengundang gelak tawa.

Aletha duduk di atas kap mobilnya yang sekarang berwarna merah. Dengan teman-temannya yang mengelilinginya. Sesekali Aletha tertawa menanggapi candaan yang mereka buat.

Sementara Aletha tertawa bersama teman-temannya. Kelima pasang mata milik orang yang sedang berdiri sambil bersandar pada badan mobil tak jauh dari sana sedang memandang Aletha penuh was-was.

Tidak ingin sampai lengah hingga keselamatan Aletha terancam. Pemilik lima pasang mata itu tidak lain adalah Reno, Victor, Bintang, Arnold, dan Alena.

Sebelum datang ke sini mereka sudah menyiapkan rencana lebih dulu. Mereka akan berjaga di sepanjang jalan yang akan Aletha lewati. Mereka juga membawa senjata untuk berjaga-jaga jika ada yang menyerang Aletha di jalan. Urusan dengan polisi mereka ke sampingkan lebih dulu.

Karena yang terpenting di sini adalah, keselamatan Aletha.

Keenam teman Aletha juga ikut turun tangan dalam kasus ini. Tentunya mereka tidak ingin temannya itu berurusan dengan rumah sakit lagi. Sudah cukup bagi mereka melihat kondisi terparah Aletha tahun lalu.

"Tha, intinya lo harus menang nanti."

"Bener banget si Micin. Kita bakal nungguin lo di garis finish," tambah Vian mantap.

"Awas aja lo nangis lagi kek biasanya," cibir Dimas sesekali melirik Vian. Cibiran Dimas sukses membuat Vian mencebikkan bibirnya.

Aletha terkekeh, "iya-iya, gue pasti menang kok. Sejauh ini belom ada yang ngalahin gue."

"Eh, Tha. Lo kok gak sama Royyan, sih, ke sininya? Kata lo dia yang nawarin lo balapan ini," tanya Dea yang sedari tadi cuma menyimak perbincangan.

Mendengar itu bibir Aletha jadi tertutup rapat. Matanya mulai menelusuri halaman luas yang ada di depannya. Lalu matanya berhenti bergerak setelah melihat dua orang yang satu perempuan dan yang satu laki-laki.

Dalam detik itu juga, rasa marah, kecewa, sedih, miris bercampur menjadi satu hingga tatapan Aletha jadi tidak dapat terbaca. Aletha berdecih melihat dua makhluk di ujung sana itu.

"Bentar lagi dia pasti dateng!" seru Aletha dengan nada datar yang sukses membuat temannya mengernyit bingung, "bukan dateng buat gue, tapi dateng buat duitnya."

Aletha mendesah pelan dan diikuti pelototan dari keenam temannya.

"Ma-mak-sud lo? Royyan jadiin lo bahan taruhan?" tanya Sandra dengan terputus-putus di awal.

Aletha mengangkat kedua bahunya lalu menurunkannya lagi, "udah lama gue tau soal ini."

"Kenapa lo gak tegor dia kayak lo negor kita waktu itu?" tanya Vian dengan sedikit nyolot.

alvino✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang