#21

2.4K 68 29
                                    

Jika itu caramu menyemangatiku. Ujian ribuan hingga jutaan bahkan triliunan kali pun aku siap. Asal bukan ujian melihat kedekatanmu dan dia saja.

****

Jumat malam itu akhirnya berlalu dengan sangat aman. Aletha juga jauh dari tempat yang biasa dia sebut tempat untuk berpesta.

Tapi Royyan tidak mengalami kekalahan sebesar lima belas juta malam itu. Karena dulunya dia juga seorang pembalap bergeng. Sama seperti Aletha saat masih di Brazil. Dan itu menjadi awal mula pertemuan Royyan dan Aletha sebelum akhirnya menjadi sepasang kekasih.

Jumat malam itu Aletha mengatakan pada Reno. Bahwa saat liburan nanti dia ingin pulang ke Brazil untuk berkunjung di rumah abadi milik Vano. Tapi dengan syarat Reno harus ikut bersamanya.

Hari Senin pagi-pagi ini, Aletha sudah berada di rumah Reno. Bukan karena dia datang sepagi ini tapi karena sejak hari Jumat itu dia menginap di rumah Reno.

Aletha akan libur selama beberapa hari ke depan. Tidak cuma Aletha, tetapi seluruh murid kelas X dan XI juga.

"Good morning, Reno!" seru Aletha sambil memeluk Reno erat.

Reno mengernyit dalam tidurnya karena merasa tidurnya sedang diganggu, tapi dia enggan membuka mata. Aletha memanyunkan bibirnya, entah sejak kapan sinis dan kejudesannya menghilang.

Aletha yang tadi tidur di samping Reno jadi berpindah ke atas tubuhnya. Dia mulai mengusik tidur Reno dengan mencubiti pipinya.

"Ardiii, Jenny pergi yaa?!!"

Bagai ancaman mematikan Reno langsung membuka kedua matanya. Dan dia melihat Aletha tengah tertawa puas di atasnya. Lalu dia membalas Aletha dengan menarik kedua pipi Aletha dengan kedua tangannya.

"Aw... Sakit, Reno!" adu Aletha.

Reno mendengus, "yang tadi itu gak lucu." ucapnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Aletha hendak menyingkir dari atas tubuh Reno dengan bertumpu pada kasur. Tetapi kedua kaki Reno menahan agar Aletha tetap berada di atasnya.

Berkali-kali Aletha mencoba agar segera menyingkir dari atas Reno tetapi dia tetap tidak berpindah ke mana-mana. Reno tersenyum lalu kedua tangannya menarik tubuh Aletha untuk direngkuhnya.

Aletha diam saja dengan kedua tangan berada di atas kepala Reno. Reno sendiri menyembunyikan wajahnya di lekuk leher Aletha dan Rambut Aletha yang panjang menutupi kepalanya dengan sempurnya. Hembusan napas Reno di lehernya membuat Aletha tersenyum geli.

"Cepet mandi nanti telat ujiannya."

Reno mengangguk, tapi belum juga melepaskan Aletha. Dia malah semakin mempererat pelukannya. Hembusan napas di leher Aletha juga semakin terasa oleh Aletha. Menandakan bahwa jarak hidung Reno dengan leher Aletha semakin dekat.

Aletha semakin tak bisa menahan senyum lebarnya kala benda kenyal itu menempel pada lehernya. Bergerak semakin ke atas hingga berhenti di sudut bibirnya.

Aletha memutar kepalanya menjadi menghadap wajah Reno. Menutup kedua matanya dan membalas mencium Reno dengan bibir tertutup rapat. Tanda belum mengizinkan siapa pun untuk memasukinya lebih dalam.

Tapi sayangnya Reno berbeda. Dia ingin menyelami bibir Aletha lebih dalam. Jadinya dia mencoba membuka mulut Aletha, walau sedikit saja.

Pada akhirnya Aletha mengalah dengan membuka bibirnya yang tadi tertutup rapat. Kedua tangan Aletha tak pernah berhenti bergerak di kepala Reno. Tangan Reno sendiri berada di kepala Aletha bagian belakang. Bermaksud untuk mencegah jika sewaktu-waktu Aletha menyingkir darinya.

alvino✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang