#06

5.8K 232 11
                                    

Terkadang diam dan memendam itu lebih baik.

****

Vuck: Tha

Aletha: apa sayangnya Etha?

Vuck: jibang bahasa kamu

Keduanya sama-sama menjulurkan lidah dan berekspresi ingin muntah.

Aletha: sama

Aletha: kenapa ngechat tengah malem?

Vuck: gak kenapa

"Ish ganggu ketenangan orang aja." gerutu Aletha. "Gak tau apa the monster lagi ada masalah."

Aletha: beneran?

Vuck: enggak salah

Aletha: mencium bau2 kebohongan

Aletha: udah tanyain aja mumpung orangnya masih ada

Read. Cuma diread doang dan Aletha hanya menanggapinya dengan acuh. Lalu dia kembali fokus pada grupnya.

Vuck: tadi dianter taksi sampe rumah kan?

Serasa disambar petir ditengah malam Aletha jadi mematung membaca kalimat pertanyaan dari Victor itu.

Aletha: iyalah. Kenapa emang? Penasaran sama argonya?

Balas Aletha setelah menetralkan ekspresi wajahnya.

Vuck: emang berapa total argo dari sekolah ke rumah kamu?

Aletha tersenyum miring. Untung dia pernah pulang ke rumah diantar taksi sebelum dia selalu turun di pertigaan tak jauh dari sekolahnya.

Aletha: 25ribu. Kadang lebih dikit kadang kurang dikit

Vuck: lain kali bonceng aku aja daripada pemborosan

"Sori nih ya Vik tapi gue gak mau dianter sama lo."

Aletha: gak usah. Ntar ngerepotin

Vuck: pacar sendiri juga

Walaupun diskakmat sama Victor, Aletha tetap menanggapinya dengan tenang.

Vuck: daripada ngerepotin orang lain

"Haha.. Mampus lo gue double kill." tawa orang di samping Aletha.

Aletha menoleh ke samping dan menemukan Arnold sedang tertawa bersama ponselnya.

"Lo ngejek gue?" tanyanya tak terima karena merasa diejek oleh Arnold.

"Kurker amat ngejek lo. Gue kalo mau ngejek pandang bulu dulu neng." jawab Arnold tanpa menoleh ke Aletha. "Bisa mati gue ngejek lo." lanjutnya namun berupa gumaman.

"Terus, maksud double kill itu apa?!" tanya Aletha mulai sewot.

"Ini, gue lagi ngegame. Moba Tha, moba." jawab Arnold dengan mengalihkan fokusnya terhadap Aletha.

alvino✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang