23. Pesta (1)

3.2K 235 6
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Itu berarti, tinggal sekitar lima jam lagi pesta ulang tahun Risa akan dimulai. Hhh.. pesta ulang tahun, rasanya Vira malas memikirkan hal itu. Bahkan ia berencana untuk tidak datang ke pesta tersebut.

Ia berjongkok di pinggir lapangan untuk mengikat tali sepatunya yang lepas.

"Belum pulang juga?"

Vira mendongak saat menyadari seseorang sedang berdiri di hadapannya. Ia pun langsung berdiri  dan membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan karena berjongkok tadi.

Ia tersenyum ramah kepada orang itu. "Belum, Kak."

"Nungguin Dean?"

Wtf! Ngapain gue nungguin Dean coba. Batin Vira.

Vira menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak kok, Kak." ia kembali menatap kakak kelasnya itu. "Kakak sendiri? Ngapain?"

"Gue?" Eza menunjuk dirinya sendiri. "Iseng aja sih, males pulang."

Vira mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Sebenarnya, tidak penting juga sih alasan Eza masih di sekolah. Ia bertanya hanya untuk formalitas saja agar suasana tidak awkward.

Eza melangkahkan kakinya disusul oleh Vira di belakangnya. Mereka menyusuri lapangan sekolahnya sambil bercengkrama.

Beberapa kali Eza sempat menyinggung perihal hubungan Vira dengan Dean yang menurutnya dekat. Tetapi beberapa kali juga ia melihat Dean dekat dengan Risa yang tidak lain adalah sepupunya sendiri.

Jadi,  Dean ini dekat dengan siapa sebenarnya?

"Anyway, lo diundang ke pestanya Risa nggak?" tanya Eza setelah mereka sampai di depan gerbang sekolah.

"Iya. Kakak juga?"

Eza tertawa pelan. "Gue sepupunya, yakali nggak diundang."

"Lo dateng kan?" tanya Eza lagi.

Cewek itu mengendikan bahunya acuh. "Saya nggak tau. Abisnya bingung mau kesana sama siapa." Vira tertawa kecil di ujung kalimatnya. Membuat wajahnya terlihat lebih cantik beberapa tingkat menurut cowok di hadapannya ini.

Eza tersenyum sendiri memperhatikan cara Vira tersenyum, bicara, dan tertawa. Cewek itu tampak cantik dalam semua ekspresinya. Benar-benar sempurna!

"Sama gue mau? Kebetulan gue juga nggak tau mau dateng sama siapa." kata Eza tiba-tiba. Membuat Vira yang tadi asik bermain sisa air hujan di pohon langsung menoleh dengan wajah polos.

Vira bingung. Di satu sisi dia masih berharap kalo Dean bakal ngajak dia dateng bareng. Tapi di sisi lain, dia juga takut nggak dapet pasangan buat ke pestanya Risa.

"Gue anggep diam lo sebagai jawaban iya."

***

Riana tersenyum saat mendapati putri kesayangannya sedang duduk sambil memaku laptopnya di tempat tidur. Ia menghampiri anaknya dan mengelus puncak kepalanya.

"Katanya kamu ada undangan pesta ulang tahun, Vir?" tanya Riana.

Vira hanya menghembuskan nafasnya pelan, ia menutup laptopnya dan meletakkannya di atas nakas. "Vira kayanya nggak dateng deh, Ma."

"Lho, kenapa?"

"Bingung mau dateng sama siapa,"

Riana mengernyit bingung. Bukankah selama ini anaknya sedang dekat dengan seorang cowok? Lalu kenapa masih bingung harus datang dengan siapa.

"Dean?" tanya Riana ragu-ragu.

Vira menggeleng pelan. Tidak untuk Dean. Sepertinya ia memang harus datang bersama dengan Eza saja. Mengharapkan Dean sama saja seperti berharap agar rumus fisika dan kimia lenyap dari muka bumi.

"Kamu lagi berantem sama Dean?" tanya Riana lagi.

Lagi-lagi Vira menggelengkan kepalanya.

Riana menghela nafasnya dalam. "Mama nggak mau ikut campur ya, sama urusan kalian. Tapi, akan lebih baik, kalo urusan kalian cepat diselesaikan." Riana mengusap puncak kepala Vira lagi sebelum ia keluar dari kamar putrinya itu.

Iya, Ma. Tapi kalo urusannya sama perasaan, gimana nyelesainnya? Kasihtau Vira, Ma..

***

Sudah tinggal dua jam lagi acara pesta ulang tahun Risa dimulai. Dan Vira masih di kamarnya, dengan baju tidur bergambar doraemon dan sandal kamar berbentuk kepala doraemon juga. Ia tidak ada niat untuk datang ke pesta ulang tahun Risa.

Ia menghempaskan tubuhnya di kasur miliknya. Pikirannya tertuju pada keputusannya untuk menolak tawaran Eza untuk datang ke pesta bersamanya.

Eh, tolak tidak ya? Kalau ditolak, Vira juga akan merasa tidak enak. Tapi kalau diterima, ia takut juga dengan konsekuensi yang harus ia terima.

Baru saja ia hendak menggulung tubuhnya dengan selimut tebalnya, tiba-tiba sang Mama masuk ke kamarnya.

Riana menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Kok belum siap-siap, sih?"

"Vira males dateng, Ma." cewek itu kembali memasukkan kepalanya ke dalam selimut. Yang kembali gagal karena ditarik oleh Mamanya.

Vira mendengus sebal. Ia duduk dan bersandar di kepala ranjang. "Kasih Vira satu alasan, kenapa Vira harus dateng?"

Nggak salah dong, Vira nanya gitu? Lagipula, buat apa datang cuma buat lihat Risa kasih potongan kue pertamanya ke Dean. Eh, like someone who is jealous?

Fine! Vira sudah mengaku kalau ia baper. Jadi, kalau sudah begini, bukan tidak mungkin kan ia akan cemburu dengan apapun yang menyangkut Dean dan Risa?

Bukankah semua perempuan juga akan begitu? Setelah jatuh cinta dengan laki-laki, maka akan cemburu jika laki-laki itu dekat dengan perempuan lain. Walaupun hanya teman.

Vira hanya memutar bola matanya malas kala Mamanya sudah mengacak isi lemarinya. "Mama cari apaan, sih?"

Riana tidak menjawab pertanyaan putrinya itu. Ia masih sibuk memilah beberapa dress milik Vira. Mencocokkannya di tubuh Vira dan kembali menilai, serta menaruhnya kembali jika dirasa tidak cocok.

"Ma?" panggil Vira lagi.

"Sssttt.. no protes-protes."

"Mama bahkan belum kasih alasan kenapa aku harus dateng,"

Riana menoleh sambil mencocokkan lagi sebuah dress di tubuh Vira. Lalu tersenyum puas setelah merasa bahwa dress itu cocok di tubuh putrinya itu.

"Sip! Kamu cocok pake ini."

"Ma,"

"Cepetan siap-siap. Udah ditunggu di bawah."

Kedua alis Vira terangkat naik. Siapa yang menunggunya? "Siapa, Ma?"

Riana langsung keluar dari kamar tanpa menjawab pertanyaan putrinya itu setelah menyiapkan baju yang akan dikenakan putrinya nanti. Vira sendiri masih cengok di kasurnya, ia menatap kepergian Mamanya dengan pikiran yang masih belum terkoneksi dengan baik.

Ia berdecak pelan. "Kak Eza," cewek itu menghela nafasnya berat. Mungkin memang harus dengan Eza ia kesana. Bukan dengan Dean.

***

Keep Vote and Comment ya 😅

Ok. See u :)

Stupid Feeling  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang