"Semoga pilihanku kali ini benar, dan tidak membuatku menyesal di kemudian hari hanya karena kembali dikecewakan oleh orang yang sama."
*****
"Stop, Vir."
Vira lantas menghentikan dorongan tangannya pada kursi roda. "Loh, katanya tadi mau ke taman yang di sana?"
"Nggak jadi. Di sini aja deh, rame anak kecil main. Seru lihatnya."
"Oooh.. okay."
Dean menoleh ke arah Vira yang masih berdiri di belakangnya. "Jangan berdiri terus, ntar varises. Duduk, gih."
Sempat menghela sejenak, akhirnya Vira mengiyakan perintah Dean untuk duduk di kursi taman di sebelah kursi roda yang diduduki Dean.
Setelah obrolan di dalam ruangan di mana Dean dirawat tadi, Dean memang langsung mengajak Vira keluar. Dean sengaja melakukan ini agar bisa bicara berdua, tanpa mendapat gangguan dari dua teman kampretnya itu.
Beberapa menit duduk di taman, keduanya saling diam menyelami pikiran masing-masing. Vira yang masih malu dengan pengakuannya sendiri, sejak tadi hanya diam sambil memperhatikan anak-anak kecil yang berlarian di taman rumah sakit ini.
Sedangkan Dean, cowok itu sedari tadi memperhatikan Vira tanpa cewek itu sadari. Dean dibuat tertawa kecil saat mengingat ekspresi Vira saat mengakui perasaannya sambil terus menangis.
"Kok diem aja? Tadi kayaknya ngomel mulu." kata Dean diiringi tawa kecil.
Vira hanya melirik sekilas ke arah Dean, tak ingin meladeni cowok itu yang sepertinya memang sedang ingin meledeknya.
Demi Tuhan! Ia benar-benar merasa bodoh saat ini. Bagaimana bisa ia sebegitu lebaynya sampai berpikir bahwa Dean akan meninggal. Kalau tahu Dean masih bisa bernapas dan menggodanya seperti ini, lebih baik tadi Vira tidak usah datang kemari saja.
Vira menghembuskan napasnya kesal saat mendengar Dean terkekeh. "De, udah deh nggak usah bikin kesel. Atau gue balik sekarang aja deh." Vira sudah berdiri hendak melangkah pergi, namun tangannya ditahan oleh Dean.
Cengiran lebar Dean langsung menyambut Vira. Mau tak mau ia kembali duduk walaupun masih kesal. "Jangan ngambek gitu dong, Vir. Hehe.."
Untung lagi sakit, De. Kalo nggak udah gue tabok-tabok, lo. Gerutu Vira kesal dalam hatinya.
"Lo pasti khawatir kan sama gue, makanya langsung nyusulin gue ke rumah sakit." Dean kembali berujar, yang membuat Vira lantas menoleh ke arahnya.
Vira berdecak. "Nggak usah ge-er gitu. Gue ke sini juga punya tujuan lain."
"Iya. Selain jengukin gue, lo juga mau mengaku kalah sama perasaan lo ke gue, kan?" goda Dean lagi seolah tak peduli dengan reaksi kesal yang sudah ditunjukan Vira.
"Lo tuh ya." Vira sudah mengangkat tangannya bersiap memukul cowok itu, namun segera diturunkannya kembali mengingat kondisi Dean saat ini. "Awas lo kalo udah sembuh. Gue lemparin lo ke kolam ikan koi di sekolah. Biar abis lo digigitin ikan." ancam Vira yang malah terdengar lucu di telinga Dean.
Dean malah makin tertawa mendengar omelan Vira. "Gue seneng sih, bisa liat lo kesel gini gara-gara gue." ucap Dean setelah tawanya mereda. "Karena selama ini kan, lo selalu menghindar dari gue." lanjut Dean.
Mendengar bahasan seperti ini, membuat Vira memilih diam kembali. Ia terus berdoa agar pembicaraan Dean tidak menyerempet kepada pertanyaan terakhir cowok itu sebelum mereka keluar tadi. Ya, semoga saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Feeling [COMPLETED]
Novela JuvenilKamu tahu bagaimana rasanya jatuh pada harapan yang kita ciptakan sendiri? Seperti naik rollercoaster. Setelah diterbangkan dengan tingginya, lalu dihempaskan begitu saja saat tahu harapan itu tidaklah nyata. Sakit? Sudah jangan ditanya. Pasti sakit...