"Entah kenapa, kadang kamu buat aku mikir kalau kamu punya perasaan sama aku. Tapi kadang, kamu juga selalu buat aku mikir, bahwa yang terjadi malah sebaliknya. Aku yang punya rasa, sedangkan kamu nggak sama sekali."
***
Malam ini, Vira memilih untuk memperbaiki mood nya dengan cara menonton drama Korea di laptopnya. Vira bukan fangirl oppa-oppa koriyah ya, ia hanya iseng saja menonton drama Korea. Itupun dari rekomendasi Melia yang memang punya koleksi drama Korea bejibun.
Rasa kecewa dan sedikit sesak yang menyelimuti hatinya karena kejadian tadi masih terasa. Memang sudah seharusnya mungkin Vira sadar diri, memangnya dia siapa jika dibandingkan dengan Risa?
Tapi, perasaannya tidak bisa dibohongi. Rasanya ia ingin menjadi egois saja. Yang lebih dulu dekat dengan Dean kan dirinya, dan bukan Risa. Tetapi kenapa saat ini Dean jauh lebih dekat dengan Risa? Sedih sih, tapi bagaimana lagi.
Kegiatan menonton Vira terganggu oleh suara kerikil yang di lempar dan tepat mengenai pintu kaca balkon kamarnya. Ia lantas menoleh ke arah pintu balkon kamarnya.
Cewek itu menelan ludahnya samar. Ini baru pukul setengah sembilan, hantu macam apa yang datang di jam segini, pikirnya.
Ah, mungkin orang iseng. Ia mencoba untuk tidak berpikir yang aneh-aneh.
Baru saja ia hendak menonton kembali drama Korea yang teralihkan tadi, suara lemparan kerikil itu terdengar lagi dengan diikuti teriakan seseorang yang memanggil namanya.
"Wuy, Vira!" sahut orang itu.
Cewek itu berdecak kesal. "Elah, siapa sih. Rusuh amat."
"Oy, cepetan keluar. Buru, gue digigitin nyamuk ini." kata orang itu lagi, diikuti dengan suara tepukan seperti orang menepuk nyamuk.
Vira langsung meletakkan laptopnya di atas kasur, kemudian berjalan menuju balkon kamarnya. Setelah pintu balkon terbuka, ia agak kaget mendapati Dean di bawah sana sedang berdiri menatapnya sambil mengangkat dua kantung plastik yang Vira tidak ketahui apa isinya.
Ia berdecak pelan. "Ngapain sih, lo? Pulang sana." usirnya seraya melangkahkan kakinya hendak berbalik ke kamar.
"Tega banget sih. Gue udah jauh-jauh kesini juga."
Vira memutar bola matanya malas. Mau tak mau ia harus menemui cowok ini. "Tunggu di depan."
Saat hendak masuk ke kamar, Vira berpikir mengenai maksud cowok itu datang ke rumahnya. I mean, Dean bahkan tidak mengabari Vira sama sekali, atau paling tidak meminta maaf melalui sebuah pesan.
Saat membuka pintu rumahnya, Vira kaget setengah mati karena wajah Dean sudah terpampang nyata dengan cengiran khas nya di depan pintu. Cowok itu kemudian mengangkat dua kantung plastik berisi berbagai macam makanan favorit Vira.
Tanpa basa-basi, Vira langsung mengambil alih kantung plastik tersebut dari tangan Dean. "Makasih." ucapnya singkat dan hendak menutup pintu rumahnya kembali.
"Eh eh eh, enak banget hidup lo. Sini dulu." sergah Dean dengan kaki kirinya menahan pintu agar tidak ditutup oleh Vira. Cowok itu menarik Vira keluar. "Siapa suruh langsung masuk."
"Yeee suka-suka gue dong, rumah-rumah gue juga." sewotnya sembari melipat kedua tangannya.
Dean menaikkan kedua alisnya menatap Vira. Terus memperhatikan wajah cewek itu lamat-lamat. Hal itu membuat Vira salah tingkah sendiri dan berusaha mengalihkan pandangannya ke jalanan aspal di depan rumahnya.
Dean tersenyum kecil melihat tingkah Vira. Cewek itu nampak seperti anak kecil kalau sedang begini.
"Sebagai tanda permintaan maaf gue karena nggak sempat baca chat lo, dan nggak bisa nemenin lo ke Gramedia tadi siang. Gue mau ngajak lo dinner, Vir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Feeling [COMPLETED]
Teen FictionKamu tahu bagaimana rasanya jatuh pada harapan yang kita ciptakan sendiri? Seperti naik rollercoaster. Setelah diterbangkan dengan tingginya, lalu dihempaskan begitu saja saat tahu harapan itu tidaklah nyata. Sakit? Sudah jangan ditanya. Pasti sakit...