39. Salah Paham

3.6K 229 24
                                    

"Mungkin benar, terkadang Tuhan hanya mempertemukan, bukan untuk mempersatukan. Salah satunya, antara aku dan kamu, yang hanya bisa bertemu, tanpa bisa bersatu."

***

Apa kata yang tepat untuk mewakili perasaan Risa saat ini? Bahkan dirinya pun sudah tidak tahu lagi bagaimana kondisi hatinya sekarang. Yang pasti, hatinya sudah terpecah menjadi bagian-bagian kecil, yang sangat kecil kemungkinannya untuk disatukan kembali.

Ia harus merelakan hatinya sakit karena harus mengalah demi kebahagiaan Dean, dan Vira tentunya.

Sebenarnya, ia bisa saja menjadi jahat untuk tetap mempertahankan Dean agar tetap bersamanya saja. Tetapi, Risa juga sadar diri, Dean bahkan lebih memilih Vira dibanding dirinya.

Risa juga tak akan sejahat itu. Ia tahu bagaimana rasanya, ketika mencintai seseorang, namun tak bisa bersatu hanya karena ada salah satu pihak yang menghalangi. Risa tahu, kalau Vira juga pasti punya perasaan yang sama dengan Dean. Ia dapat melihat hal itu dari tatapan Vira yang seolah mengatakan, bahwa cewek itu juga memiliki perasaan yang amat dalam untuk Dean.

Risa memejamkan matanya kuat sembari terus mencoba menguatkan diri agar air matanya tak jatuh. Tapi percuma, semakin ia memejamkan matanya, semakin bulir putih bening itu keluar dari matanya. Mengalir dan membasahi pipinya.

Ia tak bisa membohongi dirinya, hatinya benar-benar dalam kondisi yang berantakan. Perasannya kacau saat ini. Akhirnya, ia hanya membiarkan air matanya terus keluar. Seolah hanya dengan menangis itu, bisa membuat perasaannya lebih lega. Walaupun sebenarnya, hal itu tidak membantunya sama sekali. Hatinya masih saja sakit.

Bunyi bel masuk kelas membuatnya tersadar. Mau tak mau, ia harus menghentikan air matanya dan segera masuk ke kelas. Ia menghembuskan napasnya perlahan sembari terus mengelap sisa air mata di pipi dan wajahnya.

Risa melangkahkan kakinya meninggalkan taman yang berada di belakang sekolahnya itu menuju ke kelas. Langkahnya terhenti saat kedua bola mata hitam pekat milik Dean menatapnya dari ujung koridor.

Belum sempat Risa melanjutkan langkahnya, Dean berjalan menghampirinya.

"Gue mau ngomong." ucap Dean setelah berada di hadapan Risa. Risa hanya mengangguk lesu.

"Eza udah ceritain semuanya ke gue tentang perasaan lo sama gue selama ini."

Risa hanya mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tak mampu lagi jika harus menatap wajah Dean saat ini. Karena sudah dipastikan, ia akan menangis lagi jika harus menatap cowok itu sekarang.

"Gue minta maaf. Gue nggak bermaksud bikin lo baper dengan semua perhatian dan sikap gue ke lo." Dean menghela berat sebelum melanjutkan ucapannya. "Walaupun, gue nggak bisa bohong, kalo gue juga sempet suka sama lo."

Risa mendongak dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Dean pernah menyukainya?

"Gue kira perasaan itu bakal berkembang terus seiring bertambahnya kedekatan kita. Tapi ternyata, perasaan itu cuma bertahan sebatas rasa suka dan sayang. Nggak tau kenapa, perasaan itu nggak pernah berkembang jadi rasa cinta. Bahkan setelah gue berusaha untuk lebih dekat sama lo, supaya perasaan gue naik satu tingkat jadi cinta pun, tetep aja nihil."

Risa masih saja diam. Ia tak mampu berkata apapun lagi. Tenggorokannya terasa tercekik, yang membuat ia tak bisa mengucapkan sepatah katapun. Sakit di hatinya makin bertambah saja.

Mencoba menguatkan diri dan hatinya, Risa memberanikan diri untuk menatap Dean balik. Ia mencoba tersenyum walaupun rasanya sangat sulit.

Well, siapa coba, yang masih bisa tersenyum lebar disaat kondisi hatinya sudah kacau dan hancur berkeping-keping. Orang terkuat sekalipun, mungkin tidak akan mampu melakukannya.

Stupid Feeling  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang