"Jadi cewek itu nggak usah kebanyakan gengsi. Karena percuma, gengsi cuman bikin sengsara dan nggak bakal ada untungnya. Apa susahnya sih minta tolong?" -Dean
"Balik sama siapa, Vir?" tanya Nadine sambil menutup lokernya.
"Nggak tau, Nad." jawab Vira yang masih sibuk memindahkan semua bukunya dari loker.
Setelah selesai memasukkan semua bukunya ke dalam tas, Vira menghampiri Nadine yang sedang duduk di bangku panjang dekat loker kelasnya.
Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Entahlah, hari ini mereka begitu lelah, letih, lesu, lunglai.
"Nad.."
"Hmmm"
"Eh, nggak deh.." ucap Vira mengurungkan niatnya untuk bertanya pada Nadine.
Nadine menatap Vira, menaikkan sebelah alisnya bingung. Lalu kembali fokus pada handphone nya lagi.
Vira menggigit bibirnya gelisah sambil terus mengayunkan kakinya. Ia memperhatikan Nadine yang sedang asik senyum-senyum tidak jelas sambil memainkan handphone nya.
"Nad.." panggilnya lagi sambil menyenggol bahu sahabatnya itu.
"Apaan sih, Vir?" jawab Nadine masih sambil fokus pada handphone nya.
"Gue balik sama siapa?"
Nadine lantas memasukkan handphone nya ke dalam tas. Ia menengok ke arah perempuan di sebelahnya itu. "Emang nggak dijemput?"
Vira menggelengkan kepalanya lesu. Orang tuanya sedang menghadiri acara pernikahan rekan bisnis mereka saat ini. Sehingga tidak bisa menjemput Vira hari ini. "Gue ditinggal kondangan."
Nadine memutar bola matanya malas. "Yaelah, Vir. Naik taxi atau ojek online kan bisa. Lo nggak lagi di gurun sahara dimana cuma ada onta di sana." Nadine mencibir.
Vira hanya menyengir mendengar ucapan Nadine tadi. Sebenarnya ia ingin naik taxi atau ojek online tadi, tapi ia mengurungkan niatnya karena suatu alasan. "Bayarin dong, Nad."
Ya! Alasannya, Vira nggak punya uang.
"Kadang gue suka kasian gitu sama lo, Vir."
Vira mengernyit tak mengerti dengan maksud sahabatnya itu. Padahal ia sedang ngode agar Nadine mau membujuk Aldo supaya mau nebengin Vira pulang ke rumah hari ini. Atau paling tidak, Nadine mau membayarkan ongkos pulang untuk Vira.
Hanya Nadine satu-satunya harapan Vira saat ini. Melia dan Luna sudah pulang duluan tadi. Sedangkan Nadine dan Vira masih di sekolah karena mereka harus menyelesaikan tugas meresensi novel dari Bu Endang.
Setelah merasa tak ada tanggapan berarti dari Vira, Nadine melanjutkan ucapannya kembali. "Lo tuh cantik, Vir. Tapi jomblo, somplak, kere, sampe ongkos pulang aja minta ke gue."
Vira hanya mendengus mendengar ucapan sahabatnya tadi. Niatnya ngode, malah di beginikan.
Ia lantas bangun dari duduknya. Merapikan seragamnya, lalu segera memakai tasnya. "Handphone gue low batt. Terus lo nggak mau bayarin gue ongkos pulang. Jangan kaget kalo besok liat berita di koran ada siswi SMA tewas di bawah fly over dekat komplek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid Feeling [COMPLETED]
Novela JuvenilKamu tahu bagaimana rasanya jatuh pada harapan yang kita ciptakan sendiri? Seperti naik rollercoaster. Setelah diterbangkan dengan tingginya, lalu dihempaskan begitu saja saat tahu harapan itu tidaklah nyata. Sakit? Sudah jangan ditanya. Pasti sakit...