Nightmare

132 23 18
                                    

Brak!!!

Prang!!!

Prak!!!

Semua barang-barang itu dilempar tepat didepan Saeron yang tak mengerti apa yang terjadi pada pria yang ada dihadapannya itu, gadis itu hanya menatap bingung pria yang sedang membuat kerusakan ditempat yang sama sekali tak ia kenal.

"Kenapa? Kenapa ini terjadi padaku? Kenapa?" teriak pria itu, kesal. Tangannya tak sekalipun berhenti memecahkan barangnya, yang membuat Saeron heran adalah darimana barang-barang sebanyak itu pria ini dapatkan.

Saeron masih diam ditempat sambil menatap sekelilingnya yang penuh oleh pecahan barang-barang itu, ruangan itu kini menjadi seperti sebuah kapal pecah. Saeron menatap pria itu, ia sungguh kaget saat pria itu menatapnya dengan mata merahnya. Pria itu menghampirinya, membuat Saeron melangkah mundur. Pria itu semakin dekat dan dekat...

"Kim Saeron!!!"

Suara teriakan itu membuat Saeron tersadar, ia segera beranjak dari tidurnya. Gadis itu melihat sekelilingnya, mimpi tadi benar-benar membuatnya takut. Saeron terdiam, pria itu sangat menakutkan. Tapi meskipun begitu, wajah pria yang terlihat samar itu sangat familiar. Apa pria itu yang selama ini ada di mimpinya? Mimpi indah tapi aneh itu? Tapi, kenapa mimpi kali ini begitu menyeramkan? Apa ia berbuat salah pada pria itu?

Pagi ini Saeron merasa kedinginan, entah kenapa padahal pagi ini tak seperti biasanya. Saeron memeluk tubuhnya, apa ini efek takut dari mimpinya? Saeron menatap sekelilingnya, ia tak merasakan apapun di ruangan ini. Apa sosok yang ia kenal sebagai pria itu marah padanya? Tapi karna apa? Bukankah mimpinya selama ini selalu indah? Apalagi ketika ia kesal seperti kemarin, apa yang terjadi?

Saeron menatap buku itu dengan tak bersemangat, semalam ia kurang tidur lagi. Semalaman ia memikirkan mimpi itu, ia juga memikirkan letak kesalahannya. Mata Saeron hampir saja tertutup, kalau saja Cho Ssaem tak memegang bahunya.

"Ada apa, Kim Saeron? Kamu mengantuk lagi?" tanya Cho Ssaem, tajam.

"Tidak, Ssaem." ujar Saeron sambil mengerjapkan matanya, membuat semua orang tertawa karnanya.

"Baiklah, tapi kalau kau tertangkap lagi, saya akan hukum kamu dengan berat." ujar Cho Ssaem, membuat Saeron mengangggukkan kepalanya.

Mark hanya menatap sekilas gadis itu, lalu melanjutkan bacaannya lagi. Saeron melihatnya, gadis itu menghela nafas. Sedari tadi pagi, Mark memang acuh tak acuh padanya. Ia kembali ke sifatnya yang dulu, yang selalu membuatnya kesal. Tapi itu tak lagi, kini Saeron malah merasa kehilangan pria itu.

Aishhh, mikir apa sih Sae? Dia baru baik padamu beberapa kali, tapi bikin kamu kesel hampir tiap hari sejak ia datang? Kamu kenapa sih, Sae?

Saeron membuang mukanya, lalu menatap bukunya lagi. Ia menghela nafas pelan, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

***

"Sae, kok kamu sama Mark diem-dieman gitu? Kalian lagi ngambekan, ya?" ujar Yeri, saat Saeron memakan rotinya dikantin itu.

"hm? Emang aku sama dia tiap hari kayak gitu, kan? Aku baru ngomong sama dia kalau dia bikin aku kesel, gitu kan?" ujar Saeron, pelan. Ia menatap roti itu, tentu saja roti ini mengingatkannya pada Mark yang sore itu mengecup pipinya. Meskipun Mark pernah mengecup keningnya waktu itu, tapi ciuman itulah yang paling membekas pada Saeron.

"Gaklah, aku merasa ada yang aneh sama sikap kalian kali ini." ujar Yeri, membuat Saeron menatapnya. "Ada apa sih? Curhat dong, aku kepo nih."

"Gak ada apa-apa kok, aku baik-baik aja." ujar Saeron, tersenyum.

"Eh, Youngmin Ssaem akhir-akhir kok gak deketin kamu lagi? Kenapa?" tanya Yeri, membuat Saeron menatapnya.

"Kenapa jadi bahas dia?" tanya Saeron, kaget.

"Kamu kan kemarin deket sama dia, pake ngasih paper bag yang isinya bikin aku penasaran sampe saat ini." Ujar Yeri, membuat Saeron menatapnya.

"Kamu mata-matain aku?" tanya Saeron, kaget.

"Ehhh, gak sengaja." ujar Yeri, pelan.

"Ri, kamu tau kan, aku paling gak suka diginiin?" ujar Saeron, kesal.

"Ya, abisnya kamu gak pernah cerita. Haechan juga tau kok, dia penasaran juga sama isinya."

Saeron menghela nafas, salahnya sendiri sih tidak membagi hal apapun pada Yeri hingga membuat sahabatnya itu penasaran. "Gak ada yang istimewa kok, isinya cuman jaket." ujarnya, pelan.

"Jaket?"

"Iya, Youngmin Ssaem minjemin jaketnya." ujar Saeron, membuat Yeri menatapnya.

"Gak heran sih, kamu dipanggil playgirl. Cowok manapun pasti bakal suka sama kamu, kamu mah cakepnya kebangetan sih."

"Dih, ngomong apa sih? Dia itu kasian sama aku, karna ngeliat aku kedinginan. Kamu mikirnya kejauhan deh, kebanyakan nonton drama kayaknya." ujar Saeron, sebal.

Yeri menepuk jidatnya, Saeron memang gadis yang tak peka. Tapi bagaimana pun ada beberapa pria yang berani mengungkapkan perasaanya pada gadis itu, tapi tak ada satupun yang berhasil menarik hati gadis itu. Yeri saja kaget, saat mendengar kedekatan Saeron dengan Mark yang notabene pria yang baru dikenalnya. "Terserahlah." ujarnya, kesal.

Saeron mengerucutkan bibirnya, sebal. "Sahabat macam apa kamu?"

"Ya, kamunya gak peka. Banyak cowok yang suka sama kamu, tau." ujar Yeri, membuat Saeron tersenyum.

"Hehe, mau gimana lagi." ujarnya, tersenyum, membuat Yeri memutar matanya.

Tanpa mereka sadari, Youngmin sedang memperhatikan mereka. Pria itu menatap Saeron yang sedang memakan rotinya, ada yang aneh dengan gadis itu. Perasaan Youngmin mengatakan bahwa ada sesuatu dalam gadis itu, tapi dia tak tahu apa.

Walahhh, gk up sekali, langsung ditagih pake bawa2 nama si Mas lghi, adehhh. Hha, kebiasaan curhat disini. Udah ya, jngn nagihin lghi sih, aku konsisten kok, kalo gk lupa n sibuk, hho, kecuali kalo ngambek. Jangan heran kalo aku bawa semua hal yang kamu ceritain, hho, aku jago jiplak kisah nyata ternyata.

Ditunggu vommentnya teman, udahlah ya, hha.

Minji

PROMISE (ft. Sherly Diah) (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang