Revenge

72 11 0
                                    

Seorang dokter dan suster tampak memasuki sebuah ruangan yang dihuni seorang pria dipenuhi berbagai alat penunjang kehidupan, dokter itu menatap sang pasien yang masih belum mau membuka matanya. Ia menghela nafas, lalu mencatat keadaan pria itu.

Tiba-tiba mata pria itu terbuka, membuat sang dokter kaget. "Pak, Pak, Bapak mendengar saya."

"Saya dimana?" Ujar pria itu, tak jelas tapi masih mampu didengar dokter itu. "Anak saya bagaimana? Apa dia selamat?"

"Anak bapak?"

"Gadis yang saya tusuk bagaimana keadaannya??"

"Bapak sendiri terlihat mengkhawatirkan, untuk apa...?"

"Saya ingin tau keadaannya, apa dia selamat?"

"Baiklah, saya dengar dia membutuhkan donor jantung karna jantungnya terluka."

Pria itu terdiam, setetes airmata jatuh ke pelupuk matanya. "Ambil jantung saya..."

"Apa, Pak?"

"Ambil jantung saya, kasih ke dia."

"Tapi, Pak, anda baru saja bangun." Ujar Dokter itu, bingung.

"Kamu ingin uang, saya kasih semuanya, asal jantung saya dikasih ke dia."

"Pak, pikirkan kembali--"

"Kamu ingin menuruti saya atau saya teror keluarga kamu, setelah saya sembuh."

"Baiklah, Pak, saya akan membicarakan ini dengan atasan saya." Ujar pria itu, bergidik. Pria bergelar dokter itu pun segera pergi dari sana, ancaman pria itu begitu membekas. Pria itu ditembak setelah menusuk seorang gadis, ia tak bisa meremehkan ancaman itu. Dengan segera, ia berlari menuju kantor kepala dokter disana.

***

Lee menatap Mark tajam, pelatuk yang tadinya ingin ia tarik mengendur begitu saja. Lee menurunkan pistolnya, begitupun Mark yang mengikuti ayahnya.

Prak!!

Dengan mudah Mark dilumpuhkan, pistol yang ada ditangannya terlempar kearah Jeongmin. Dengan cepat, Jeongmin mengambilnya, lalu mengarahkannya pada Lee.

Saat itu juga pistol para pengawal langsung mengarah kearah Jeongmin, membuat pria itu tersenyum miring. "Kenapa? Kau kaget?"

"Hyung, jangan lakukan itu." Ujar Mark, membuat Jeongmin menatapnya.

"Kenapa? Apa karna kau menyayanginya?" Tanya Jeongmin, membuat Mark menatap Lee yang tampak tenang.

"Bunuh saja aku, aku juga sudah tak ingin hidup, karna aku memiliki dua orang putra yang sangat bodoh seperti kalian." Ujar Lee, membuat Jeongmin menatapnya tajam.

"Jangan, Hyung, jangan jadi pembunuh sepertinya." Ujar Mark, tapi para pengawal itu menjaganya ketat.

Jeongmin terdiam, tangannya bergetar. Matanya berkaca-kaca, membuat Mark ikut diam. "Aku tak pernah menuntut apa-apa darimu, aku hanya ingin hidup bersama ibuku, itu saja. Tapi kenapa? Kenapa kau membunuh ibuku? Agar kau tak ketahuan selingkuh? Apa kau tak ingin keberadaanku diketahui?" Ujarnya, matanya memerah.

"Kalian, anak dari dua wanita bodoh yang sama saja." Ujar Lee, sinis. "Mark, kau melihat semua kejadian itu, kau tentu tau kesalahan apa yang dilakukan ibumu?" Ujarnya sambil menatap Mark, membuat Mark terdiam. "Dan kau, ibumu adalah aib bagiku, aku sudah muak dengan tingkahnya yang selalu memerasku dan mengancamku akan memberitahukan semuanya pada media. Aku yang bodoh kala itu percaya saja padanya, tapi ternyata dia hanya menggertak."

"Lalu, kenapa? Apa itu kesalahannya melahirkanku? Kalau saja kau tak menidurinya, aku takkan pernah hadir diantara kalian." Ujar Jeongmin, air matanya mengalir deras. "Lee, aku menghormatimu sebagai ayahku, tapi aku tak bisa memaafkanmu sebagai pembunuh ibuku." Ujarnya, pelan. "Aku membencimu, aku membenci anak itu juga, aku membenci semua orang yang berhubungan denganmu."

"Lalu, kenapa kau tak membunuhku saja? Atau Mark sebagai satu-satunya penerus resmi perusahaanku? Atau... Oh, kau kan gagal membunuh Mark, untuk kesekian kalinya."

Mark terdiam, ia menatap Jeongmin. Membunuhku? Dia mencoba membunuhku beberapa kali??

"Kau tau, Kim yang saat itu datang padamu saja itu suruhannya."

Mark semakin terdiam, ia menatap Jeongmin yang tak mengalihkan tatapannya dari Lee. Dengan bimbang, Mark pun mundur dan berjalan pergi.

"Sekarang hanya ada kita disini, menyerahlah."

***

Youngmin menatap rumah besar itu dengan penuh dendam, ditangannya masih ada flashdisk yang diberikan Jeongmin kemarin. Ia menggenggamnya begitu erat hingga kukunya memutih, entah apa yang ada dipikirannya, tapi Youngmin masih berusaha mengendalikan diri.

Brak!!

Pintu gerbang rumah itu terbuka, seorang pria berhelm dengan motor sport yang begitu dikenali Youngmin keluar dari sana. Youngmin diam, lalu tersenyum sinis.

Ini kesempatan bagus, aku tak boleh menyia-nyiakannya.

Youngmin mengambil mobilnya, lalu melajukannya mengikuti motor sport yang terlihat mengebut itu. Senyuman Youngmin semakin lebar, kesempatan untuk membalas semuanya ada didepan mata. Hanya tinggal memilih waktu yang tepat, ia bisa membereskannya.

Youngmin kembali tersenyum, saat ia menemukan celah itu. Dengan cepat, ia menyusul motor itu. Saat ia akan menyerempet motor itu...

Ngiiinggg!!

Hyung, jangan lakukan itu!!

Youngmin sangat kaget dengan suara yang tiba-tiba muncul dikepalanya, ia segera membanting setir menuju arah sebaliknya.

Hingga...

Tiiinnn!!

Brugh!! Brak!!

TBC

Hai, aku balik lghi dengan Promise😙😙 Gimana? Promise bosenin, ya? Cerita berbelit-belit? Atau mungkin riddle nya kurang? Gk menarik? Atau gimana??

Maaf ya, aku belum bisa bikin cerita yang sempurna kayak yang lain. Mungkin ini cerita ter gaje yng pernah kalian baca, hha😂😂 sebenarnya sih aku gk ada niatan bikin promise serumit ini, aku jgha gk nyangka Promise gk sesimpel pemikiranku waktu itu😅😅 tapi anehnya, meskipun aku agak bosen, aku tetap semangat nerusin ini, karna selain kalian, para reader yang nungguin, juga karna ada beberapa project yang bakal aku luncurkan setelah Promise selesai, thriller jgha kayaknya, tapi dengan cast dan karakter yng beda. Karna takut ketuker, Promise ini harus segera diselesaikan.

Makasih yang udah ngikutin Promise sampai sini, terserah mau silent reader maupun reader yang aktif atau mungkin yang ikut nebak2 akhir cerita ini, aku sangat berterimakasih. Tanpa kalian, Promise takkan sampai dititik ini. Segitu aja dulu yaaa

Bye, see you

Minji

PROMISE (ft. Sherly Diah) (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang