Blank Space

116 21 14
                                    

Youngmin berjalan memasuki kamar adiknya itu, Youngmin menatap sekelilingnya. Seminggu setelah ditinggal adiknya itu, hatinya masih tak merelakan adiknya begitu saja. Bagaimanapun sejak kecil mereka selalu bersama, meskipun pada detik akhir hidup adiknya itu mereka bertengkar cukup hebat.

Youngmin duduk di ranjang yang sering ditiduri Kwangmin, dia menatap sekelilingnya. Setiap sudut kamar ini selalu mengingatkannya pada Kwangmin, tanpa sadar setetes air mata jatuh membasahi pipinya.

"Tidak, aku tak boleh menangis. Kwangmin akan sedih, dia takkan tenang di sana." gumamnya sambil mengusap wajahnya, tapi tetap saja semuanya tak bisa ia bendung. Air matanya semakin mengalir, saat ia mencoba menahannya.

Sial...

Mata Youngmin menangkap sesuatu diatas laci nakas Kwangmin, ia membuka laci itu. Rupanya hanya diary, kukira apa? Tapi karna penasaran, Youngmin membuka perlahan diary itu. Ia membaca perlahan buku diary itu, sesekali ia tersenyum, lalu tertawa pelan persis seperti orang gila.

Deg!!!

Youngmin terdiam, saat membuka beberapa halaman terakhir dari buku itu. Ia menahan nafasnya, lalu beranjak dari dipannya itu. Dengan segera ia berjalan menuju lemari Kwangmin, lalu mengambil sesuatu yang tersembunyi disebuah kotak lama. Ia membuka kotak itu dan melihat sebuah alat perekam, ia segera mengambilnya. Pria itu mendengarkan isinya, ia menghela nafas. "Jadi karna ini kau mengorbankan nyawa, Kwangmin. Baiklah, aku akan balas semuanya pada mereka."

Kwangmin sangat kaget, saat ia tiba-tiba terdorong keluar dari tubuh Sohyun. Ia menatap Sohyun yang terjatuh di pelukan seorang pria bernama Taeyong itu, membuatnya terdiam. Bagaimana ia melakukannya? Apa ia orang yang kebal? Kok bisa membuatku keluar seperti ini?

"Kita bicarakan ini nanti, sebaiknya kau pergi." ujar Sohyun, membuat Youngmin yang sedikit bingung pergi perlahan.

Sohyun menatap Taeyong sekilas, lalu berjalan. Tapi Taeyong segera menahan tangannya, membuat Sohyun tertarik padanya. "Apa yang terjadi tadi? Apa yang kau bilang? Saeron kenapa?"

"Sejak kapan kau disini? Sejak kapan kau mendengar semuanya?"

"Ya! Aku punya telinga dan mata, jelaskan apa yang terjadi tadi?" desak Taeyong, sedikit memaksa. "Atau... Kau kerasukan tadi?"

Sohyun menatap Taeyong, lalu melepaskan tangannya. "Ini bukanlah urusanmu, jadi..."

"Kau... Apa yang kau katakan? Saeron adalah adikku, jadi aku berhak tau semuanya." ujar Taeyong, kesal. "Dimana roh yang memasukimu tadi? Dimana dia?"

"Bagaimana bisa kau tau?"

"Aku tau tentang gelang itu, bahkan keluarga nenekku yang membuatnya." ujar Taeyong, membuat Sohyun bungkam. "Jadi katakan padaku, Saeron kenapa? Dia pasti masih disekitar sini, kan?"

"Apa kau sudah gila? Bicara apa kau ini? Bagaimana bisa aku berhubungan dengan roh?" ujar Sohyun, kesal.

"Kau pikir aku ini bodoh, sini akan kubuka gelang itu." ujar Taeyong memaksa, membuat Sohyun segera melindungi tangannya.

"Kau ingin aku mati, hah? Apa kau sudah gila?" ujar Sohyun sambil mundur menjauh dari Taeyong, membuat Taeyong menatapnya tajam.

"Kau beritahu aku, apa yang terjadi?" ujar Taeyong, membuat Sohyun meringis.

"Tanyakan pada Saeron, hanya itu yang perlu kau lakukan." ujar Sohyun, sebal.

"Ya! Kau pikir, aku bisa mendapatkan keterangan dari gadis itu?" ujar Taeyong sambil menarik tangan Sohyun, tapi ia malah terpeleset...

Brugh!!!

Sohyun dan Taeyong membulatkan mata, saat melihat apa yang terjadi. Tatapan mereka tertuju pada bibir mereka yang bersentuhan, tubuh Sohyun juga menindih Taeyong.

Kwangmin ikut terdiam, saat melihat itu. Ia membulatkan matanya, saat menyadari adegan drama yang ada didepannya itu. Kwangmin diam-diam pergi dari sana, saat mereka sibuk mencerna apa yang terjadi.

Sesaat kemudian...

"A!!! Ya! APA YANG KAU LAKUKAN?!!"

Plak!!!

***

"Ini, Tuan, selama beberapa hari ini saya telah mengawasi Nn. Kim dan Tn. Lee, mereka semakin dekat, sejak Nn. Kim masuk rumah sakit." ujar Shim sambil menaruh map coklat dihadapan Tn. Lee, ayah Mark.

Tn. Lee tersenyum, lalu membuka map itu. Ia sangat puas melihat beberapa foto yang menunjukkan kebersamaan Mark dan Saeron. Sebentar lagi Mark akan ia taklukan, gadis ini akan jadi senjata ampuh untuk pria itu.

Tapi mata pria itu tiba-tiba membulat, ia menatap foto yang menunjukkan Saeron tengah berjalan bersama seorang pria berambut coklat, lalu foto lainnya yang menunjukkan bahwa Saeron juga pernah berpelukan dengan gadis yang tak asing dimatanya.

"Siapa ini? lalu pria ini?" tanya Tn. Lee pada Shim, membuat Shim segera melihat kedua foto ini.

"Ahhh, gadis ini adalah sepupu Nn. Kim, anak dari kakak ibunya. Lalu, pria ini adalah guru pengganti Lee Ssaem, Jo Youngmin."

"J-Jo Youngmin?"

"Iya, dia Jo Youngmin..."

Sial, sepertinya aku menemukan orang seperti bocah itu lagi. Apa dia penyebab semua rencanaku hancur lima tahun yang lalu?

***

Seorang pria berjas memasuki sebuah apartemen kecil, membuat kegiatan seorang pria yang tengah membuat sarapan terhenti. Pria itu menghela nafas, lalu menaruh sarapannya didepan TV yang menyala.

"Kapan kau akan menyelesaikannya?" Tanya pria berjas itu, membuat pria itu terdiam. "Kau ini sedang apa? Apa kau memiliki rencana untuk mengikuti mau kami?"

"Aku tak mau, kau juga sudah memegang kartu As yang kumiliki, kan? Aku takkan bisa melawan, bersabarlah sedikit lagi."

"Sampai kapan?"

"Sedikit lagi, bersabarlah sedikit."

"Apa yang kau rencanakan?"

"Aku tak memiliki rencana apapun." Balas pria itu, cuek.

"Ya! Mana bisa seperti itu, kau harusnya memiliki rencana, lagipula kau hanya membunuh seorang anak SHS?"

"Memang, makanya aku tak memiliki rencana."

Tiba-tiba pria itu menarik baju pria itu, tangannya terangkat. Pria itu mendesah, lalu menurunkan kembali tangannya. "Baiklah, kuberikan waktu tiga hari. Kalau kau masih belum membunuhnya, akan kupastikan kau akan mendapatkan akibatnya."

"Kenapa? Bukankah dia adikmu, Lee Jeongmin?"

Hai, I'm back. Sebenarnya gak mau up, tapi berhubung hari aku lagi senang sekaligus sedih, jadinya aku up, kemarin datanya ilang, jadinya gk up deh. Maaf, kalo ff ini sering kali molor waktu up nya.

Makasih yang masih setia, makasih untuk dukungannya selama ini hingga ff ini jadi top rank untuk kategori Kwangmin dan 62 untuk ghost, uhhh aku sama yng punya plus si Mamas bahagia sangat, terimakasih banyak yaaa, see you soon

Minji

PROMISE (ft. Sherly Diah) (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang