Black Shadow

124 28 2
                                    

Saeron berjalan terburu-buru menuju kelasnya, karena ia sudah sangat terlambat. Karna keasyikan mengobrol dengan Taeyong, ia telah lupa bahwa bel sudah berbunyi 15mnt yang lalu. Untung saja setelah ini adalah pelajaran Youngmin, jadi ia bisa sedikit lega karna mungkin Youngmin takkan memberinya hukuman.

Brugh!!!

Tanpa sengaja, Saeron menabrak seseorang yang juga berlari dari arah halaman sekolah. Hampir saja ia terjatuh, kalau saja ia tak segera berpegangan pada tembok disampingnya.

"Aduhhh, maafkan aku." ujar gadis itu sambil membungkukkan badannya, membuat gadis tinggi itu menatap gadis dihadapannya itu.

"Sohyun? Kim Sohyun?" ujar Saeron, membuat gadis itu ikut menatapnya.

"AAAA..." Keduanya teriak barengan, lalu saling memeluk dengan erat.

"Saeron, kamu disini juga?" ujar gadis itu sambil memeluk Saeron, erat.

"Kapan kamu sampai? Kok gak bilang?" ujar Saeron, sedikit kesal.

"Maaf, aku mendadak juga datang kemari." ujar Sohyun sambil melepaskan pelukannya, lalu menatap Saeron. "Kamu tinggi ihhh, gak berubah." ujarnya, sedikit mengerucutkan bibirnya.

"Kamu juga semakin cantik, ahhh, kangen." ujar Saeron, tersenyum.

"Aku juga, ehhhh, dia masih jagain kamu?" ujar Sohyun sambil melirik ke sebelah kanan Saeron, gadis itu sedikit menunduk, lalu tersenyum. "Ehhh, benarkah?" ujarnya, membuat Saeron kaget.

"Kenapa, Hyun?" tanya Saeron, kaget. "Apa dia mengatakan sesuatu?" tanyanya, penasaran.

"Gak papa kok, aku cuman kaget dia masih disini." ujar Sohyun, tersenyum. Ia melihat sosok itu lagi, lalu menghela nafas. Ia mengisyaratkan sesuatu, tanpa diketahui Saeron. "ehhh, Sae, kamu gak ke kelas?"

"Ehhh, iya, aku telat, aku harus segera pergi." ujar Saeron, panik. "Ehhh, Hyun, aku duluan ya."

"Kupinjam dia sebentar ya, Sae?" ujar Sohyun, membuat Saeron terdiam.

"O-ok." ujar Saeron sambil berlari, pergi. Sebenarnya ia penasaran, tapi ia juga percaya bahwa Sohyun takkan menyembunyikan apapun darinya.

***

Saeron berjalan menuju kelasnya dengan langkah terburu-buru, tiba-tiba saja kepalanya sakit. Tapi hanya sekilas, Saeron melihat sekelilingnya. Entah kenapa ia merasakan sesuatu yang tak biasa, ia segera berlari menuju kelasnya. Tapi ia terdiam, saat melihat sesuatu yang bersembunyi dibalik sebuah tembok. Bayangan hitam itu menatapnya, membuat Saeron mengerjapkan matanya. Ia segera melupakan bayangan itu, mungkin itu hanya halusinasinya. Saeron dengan cepat berlari pergi menuju kelasnya karna ia sudah sangat terlambat, sampai di depan pintu kelasnya kepalanya kembali sakit.

Saeron tersenyum, lalu ia berjalan perlahan menuju kursinya. "Maaf, Ssaem, saya terlam-- arghhh!!!"

Brugh!!!

Dengan spontan, Mark memeluk Saeron yang hampir saja terantuk mejanya sendiri. Gadis itu terjatuh, setelah berteriak cukup keras tadi. Seketika satu kelas itu panik, Mark ikut terjatuh karna ia kehilangan keseimbangannya. "Sae, Sae, heiii..." ujarnya sambil menepuk pipi Saeron, pelan.

"Sakit, arghhh, sakit." ujar Saeron sambil memegang kepalanya, membuat Mark dan yang lainnya bingung.

"Cepat telpon ambulance, cepat." teriak Mark, membuat Yeri segera mengambil ponselnya. Dengan cepat ia menelpon rumah sakit, wajahnya sudah penuh dengan air mata karna panik.

"Saeron, Sae..."

"Sakit..."

Dengan perlahan genggaman Saeron pada seragam Mark mengendur, gadis itu pingsan.

"Sae, bangun!!! Sae..."

Kwangmin yang baru saja datang kembali menatap sekelilingnya, ia melihat sebuah bayangan hitam tersenyum padanya. "Siapa kau?" tanyanya, sedikit marah.

"Kau pasti tau aku, aku adalah yang terkuat disini. Aku tak menyukai gadis itu, tapi kau selalu melindunginya."

"Kenapa kau tak menyukainya?"

"Karna---"

"Kwangmin, jangan dekat-dekat dengannya." teriak Sohyun, membuat keduanya menatap gadis itu.

"Kau bisa melihat kami?" ujar bayangan hitam itu, membuat Sohyun menatapnya tajam.

"Jangan mengganggu Saeron, aku tau niatmu tak baik padanya." ujar Sohyun, kesal.

Bayangan hitam itu menatap Sohyun dari atas kebawah, pandangannya terhenti pada sebuah gelang yang ada dipergelangan tangan Sohyun. "Apa kau memakai gelang penolak itu?" tanyanya, membuat Kwangmin menatap gelang yang dimaksud.

Sohyun melindungi gelangnya, ia tau roh dihadapannya cukup kuat. Mungkin yang paling kuat di sekolah itu, tapi ada urusan apa dia mengganggu Saeron. "Kau ini siapa? Kenapa mengganggu Saeron?" tanyanya, tajam.

"Aku hanya tak menyukainya, karna dia memilikimu sebagai pelindung." ujar bayangan hitam menatap Kwangmin, membuat pria itu mengerutkan keningnya.

"Apa maksudmu?"

"Aku tak menyukaimu, tapi aku tak bisa menyerangmu. Sedangkan dia lemah, jadi aku bisa menyerangnya, saat kau pergi."

"Apa maksudmu?"

"Jadi, kau tak memiliki dendam apapun pada Saeron?" tanya Sohyun, membuat Kwangmin menatap bayangan itu.

Bayangan itu tersenyum, lalu menghilang. Aku cukup puas menyerangnya hari ini, tapi jangan lengah lagi. Karna kalau kalian kembali lengah, mungkin dia akan mengalami hal yang lebih berat lagi.

"Ya! Apa maksudmu?"

"Biarkan saja, Kwang. Dia sangat berbahaya, auranya sangat kuat. Sepertinya dia yang paling kuat disini, mulai sekarang hati-hati saja."

"Aku ingin bertanya, gelang apa itu? Dia kok tau soal gelang itu, sedangkan aku tidak."

"Gelang ini adalah gelang pemberian kakekku, ini untuk melindungiku agar para roh tidak bisa memasukiku. Aku mudah dirasuki, Kakek hanya takut tubuh ini dipakai hal yang tidak-tidak oleh roh-roh yang ingin balas dendam."

"Jadi kau bisa dirasuki?"

"Hanya kalau gelang ini dilepas." ujar Sohyun, pelan. "Jangan memikirkan hal aneh, Kwang." ujarnya sambil berjalan pergi, memasuki ruang kelas yang masih heboh karna Saeron yang pingsan.

Kwangmin terdiam, ia memikirkan cara agar bisa memberitahukan semuanya secara langsung pada Saeron. Apa aku bisa meminjam tubuh Sohyun? Kami berbeda, tapi... Aku tak memiliki pilihan lain. Apa Saeron akan mempercayaiku kalau aku bisa meminjam tubuh Sohyun?

Hmmm, mungkin part ini agak gaje, tapi ini masih ada hubungannya kok sama mereka. Makasih yng udah mau nungguin MakaRoni aku, maaf kalo cerita ini makin hari makin gaje.

Minji

PROMISE (ft. Sherly Diah) (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang