Saeron sedang menatap rintikan hujan diluar sana, saat Mark terlihat memasuki perpustakaan itu. Mark melirik Saeron yang tersenyum kemenangan, karna kursi favoritnya kini menjadi miliknya kembali. Mark acuh tak acuh, pria itu duduk di belakang Saeron, tapi menghadap gadis itu.
Saeron juga acuh tak acuh, dia tak memperdulikan kehadiran Mark dibelakangnya. Ia menyentuh jendela itu, lalu tersenyum.
"Sedang apa kau disini? Bukannya pulang, jangan bilang kau akan menginap disini." ujar Mark, membuat Saeron memutar matanya.
"Apa urusanmu?" tanya Saeron, kesal.
"Tidak ada, tapi aku hanya tak mau, petugas perpus menemukanmu dalam keadaan mati kedinginan disini." ujar Mark, tajam.
"Biar saja, siapa pula yang berniat tidur disini." ujar Saeron, sewot.
Mark memutar matanya, lalu kembali membaca buku. Tapi ia terganggu karna suara cekikikan Saeron yang seolah bercanda dengan seseorang, tapi tak ada siapapun disini, selain dirinya. Mark menghela nafas, kesal. "Ya! Bisakah kau diam? Berisik sekali, apa kau tak pernah tau aturan perpus?"
Saeron menghela nafas, lalu menoleh kearah Mark. "Kau yang sedari tadi berisik, bukan aku." ujarnya, mencoba bersabar.
"Tapi suara tawamu itu menggangguku, pergi sana. Kenapa sih kau ada disini? Padahal kau tak membaca, malah tidur tak jelas." ujarnya, kesal.
"Bodo amat, itu kan bukan urusanmu." ujar Saeron, kesal.
"Pergi sana, aku tak mau diganggu. Kau selalu mencari perhatianku, di saat yang tak tepat." ujar Mark, datar.
"Ya! Aku tak mencoba mencari perhatian padamu, kebetulan saja kau selalu ada di saat aku seperti itu." ujar Saeron, sebal.
"Seperti apa?" tanya Mark, menantang.
"Aishhh, aku pergi." ujar Saeron sambil beranjak pergi, membuat Mark menatap punggungnya. "Aishhh, pria itu benar-benar, kenapa sih dia tak mau mengalah? Kenapa aku yang harus selalu ngalah? Aishhh, pria menyebalkan."
Saeron duduk disebuah kursi, ia memeluk dirinya sendiri, suasana masih dingin karna hujan cukup deras masih mengguyur sekolahnya. "Aishhh, kenapa aku selalu berhadapan dengan pria sepertinya?" Ujarnya, kesal. Saeron terus menggerutu kesal, hingga tanpa sadar tubuhnya menghangat, karna sosok itu memeluknya cukup erat. "ha... Pasti kau ada disini memelukku, terimakasih ya, hanya kamu yang peduli padaku."
"Kim Saeron, kenapa ada disini?" tanya Youngmin, membuat Saeron segera berdiri.
"Ehhh, Ssaem, saya... Saya tadi ketiduran di perpus, saat ngerjain tugas. Ssaem sendiri kenapa ada disini?" tanya Saeron, pelan.
"Hm, saya ada urusan dengan kepsek tadi. Kamu gak bisa pulang? mau diantar?"
"Gak usah, Ssaem, saya menunggu hujan reda saja. Sebentar lagi saya pulang kok, saya hanya duduk sebentar disini."
"Yasudah, ini pakai jaket saya." ujar Youngmin sambil membuka jaketnya, membuat Saeron kaget.
"Gak usah, Ssaem. Bagaimana dengan Ssaem sendiri?" tanya Saeron, merasa tak enak.
"Saya bawa mobil, jadi saya kasih ini ke kamu. Kamu lebih membutuhkan, terima saja." ujar Youngmin, tersenyum.
"Baiklah, Ssaem, terimakasih." ujar Saeron sambil mengambil jaket itu, lalu memakainya.
"Kalau begitu saya permisi, ibu saya sudah menunggu." ujar Youngmin, pamit.
"Iya, Ssaem, terimakasih." ujar Saeron sambil membungkukkan badan, membuat Youngmin tersenyum. Pria itu segera berjalan pergi, meninggalkan Saeron dengan jaketnya. "Baik banget, kapan aku bisa mendapatkan pria seperti itu?" gumamnya, tersenyum. "Aishhh, Sae, mikir apa sih?" ujarnya, kesal.
Saeron memasukkan tangannya ke saku jaket itu, tapi ia terdiam saat merasakan ada sesuatu disana. Saeron mengeluarkan sesuatu itu, lalu melihatnya. Sebuah foto berisikan dua pria kembar tengah memakai seragam SHS, sepertinya seragam sekolah disini. Saeron terdiam, lalu membalikkan foto itu. Ia membulatkan matanya, kaget.
Jo Kwangmin,
Aku merindukanmu, sangat merindukanmu."Jadi, Ssaem punya kembaran, cakep banget, sama-sama cakep ihhh." ujar Saeron, tersenyum senang. "tapi, kenapa dia menulis merindukannya? Apa terjadi sesuatu pada kembarannya itu?" gumamnya, bingung. "Sudahlah, aku akan mengembalikannya setelah jaketnya dicuci." ujar Saeron sambil berjalan pergi.
Tanpa Saeron sadari, Mark melihat semuanya. Ia bersembunyi disebuah tiang, mencuri dengar pembicaraan Saeron dan Youngmin tadi. Ada apa dengannya? Kenapa ia begitu ceria? Apa dia menyukai pria itu?
***
Seorang gadis tampak berjalan menyusuri bandara itu, ia membuka kacamatanya sambil melihat sekelilingnya. Dia menghela nafas, saat tak menemukan seseorang yang dicarinya.
"Eunbi, Hwang Eunbi..." teriak seseorang, membuat gadis itu menoleh.
"Imooo, aku kangen." teriak gadis itu sambil berlari membawa kopernya, lalu memeluk wanita itu. "Imooo, imo semakin cantik saja, aku iri." ujarnya sambil mengerucutkan bibirnya, membuat wanita itu tertawa.
"Kau juga semakin cantik dan tinggi, haha." ujar wanita itu, membuat gadis itu ikut tertawa.
"Dimana Saeron? Si preman itu dimana? dia tak ikut menjemputku?" tanya gadis itu sambil melihat kesana kemari, guna mencari sepupunya itu.
"Dia tak ikut, mungkin masih disekolah. Imo kan langsung menjemputmu, tak sempat menjemputnya disekolah."
"Ishhh, Imo selalu saja begitu. Baiklah, kita jemput Saeron sekarang. Ayo Imo, aku tak sabar melihat preman kecilku itu." ujar gadis cantik itu dengan langkah penuh semangat sambil menggandeng wanita yang menjemputnya itu, membuat wanita itu menggelengkan kepalanya.
***
"Eonnieee!!" teriak Saeron, saat seorang gadis baru saja keluar dari mobil yang ia kenal sebagai mobil milik ibunya. "Eunbi Eonnie, apa kabar?" tanyanya, saat sepupunya itu sudah ada di pelukannya.
"Kamu Saeron, kan? Preman kecilku itu?" tanya gadis itu, membuat Saeron mengerucutkan bibirnya.
"Berhenti memanggilku preman, Eonnie jelek." ujar Saeron, kesal.
"Haha, ternyata benar, kok kamu jadi setinggi ini sih? Cantik pula, udah punya pacar?"
"Ishhh, Eonnie, jangan rusak moodku dengan pertanyaan macam itu." rengek Saeron, membuat gadis bernama Eunbi itu tertawa.
"Apa kebiasaanmu itu belum berubah? Kamu selalu menantang pria yang menyukaimu? Ya Tuhan, kau akan jadi perawan tua, kalau begitu terus." ujar Eunbi yang dikenal sebagai SinB itu, membuat Saeron berdecak.
"Aku tidak seperti itu, banyak kok yang mengejarku disekolah, malah aku dipanggil playgirl."
"Dan kamu bangga? Ya ampun, adikku ini benar-benar..." ujar SinB sambil mengacak rambut Saeron, membuat Saeron memekik kesal.
"Aishhh, Eonnie, kau berhasil membuatku kesal hari ini." ujar Saeron, kesal.
"Hei, kalian ini mau sampai kapan disitu? Reuniannya teruskan dirumah, karna mulai dingin dan semakin sore."
"Ye, Eomma."
"Ye, Imo."
Keduanya pun masuk kedalam mobil, tanpa menyadari sosok itu juga ikut masuk bersama mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/141297667-288-k411482.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE (ft. Sherly Diah) (END)
FanfictionSaat seseorang yang tak kau kenali mengenalimu sebagai salah seorang dari masa lalunya, apa yang akan kau lakukan? Saat kau merasakan bahwa dia bukanlah manusia sepertimu, akankah kau takut padanya? Apakah kau akan membantunya untuk kembali ke alamn...